**Orang yang mengerti kondisimu, tidak perlu menjelaskan bagaimana perasaan mu. Dia akan tahu hanya dengan melihat raut wajah lelahmu. Karena cinta selalu peka terhadap kondisi wajah orang yang kau cintai.
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹**
"Maaf Tuan, laporan pendapatan belum bisa saya dapatkan karena Administrasi nya sedang cuti". Jelas Cody.
Kay langsung menatap tajam kearah Cody "Cuti?". Pekik Kay "Buat surat panggilan pertama untuknya, jika besok dia tidak mau kerja pastikan dia angkat kaki dari perusahaan ini tanpa pesangon". Tintah Kay tak terbantahkan.
"Baik Tuan, segera saya laksanakan". Sahut Cody.
"Aku tidak mau meeting jika Administrasi pendapatan itu tidak masuk, karena yang lebih tahu berapa pendapatan perusahaan". Jelas Kay "Buat peraturan baru, barang siapa yang cuti lebih dari tiga hari akan di PHK tanpa pesangon". Sambung Kay.
"Baik Tuan". Cody hanya menjawab dengan kata baik saja, takut jika singa jantan ini mengamuk bisa repot dirinya.
Ara tengah duduk didepan teras rumahnya ditemanin oleh sang Ibu. Sedangkan Mey masih sekolah dan Ferarer bekerja sebagai buruh tukang atau bangunan.
"Maaf ini dengan Nona Ara?". Tanya sang kurir.
"Iya Paman, ada apa?". Tanya Ara heran, perasaan dia tidak memesan sesuatu.
"Ini ada surat dari perusahaan untuk anda". Kurir itu menyerahkan amplop berwarna coklat pada Ara.
Kening Ara berkerut, kenapa ada surat dari perusahaan. Apa dia berbuat salah.
"Terima kasih Paman".
"Kalau begitu saya pamit Nona". Sang kurir melenggang pergi dari sana.
"Apa itu Nak?". Tanya Wati pada putrinya.
"Tidak tahu Bu".
"Coba buka saja".
Tangan Ara membuka amplop yang dikira berisi surat untuknya. Karena tampak dari pertama dibuka terlihat kertas putih HPS ukuran F4.
Mata Ara membulat sempurna saat membaca surat itu. Surat panggilan pertama, karena Ara sudah lama tidak masuk kerja dengan alasan cuti pulang kampung.
"Apa isi nya Nak?". Tanya Wati.
"Surat panggilan Bu. Kalau Ara tidak masuk besok, Ara akan dipecat oleh perusahaan". Jawab Ara sendu.
"Tapi bagaimana dengan kondisimu Nak? Bekas operasi itu masih belum kering". Ujar Wati khawatir.
Ara melihat wajah Ibunya dan tersenyum, lalu mengenggam tangan wanita paruh baya itu.
"Ara baik-baik saja Bu. Besok Ara akan masuk". Senyum Ara berusaha menyakinkan bahwa dia baik-baik saja.
"Tapi.....".
"Percaya sama Ara Bu, Ara baik-baik saja. Ara tidak mau dipecat mencari pekerjaan sekarang susah". Jelas Ara tersenyum menyakinkan Ibunya.
"Tapi bagaimana Ara bisa naik motor? Perut Ara pasti sakit?". Cecar Wati lagi khawatir.
"Bu, perut Ara sudah tidak sakit lagi dan juga obat dari Dokter masih ada". Ucap Ara menjelaskan.
Ara memang mengambil cuti selama satu bulan dengan alasan pulang kampung, kebetulan Wati adalah orang kampung namun setelah menikah dia tinggal di kota bersama suaminya.
Ara bersandar di dinding ranjang tempat tidurnya. Jujur saja Ara belum siap untuk masuk kerja, tapi dia tidak mau dipecat karena sangat susah untuk mencari pekerjaan.
Tok tok tok tok tok
"Masuk".
"Kak".
"Mey". Senyum Ara "Ada apa Mey?". Tanya Ara lembut saat melihat adiknya masuk kedalam kamar kecil miliknya.
"Ini Kak". Mey menyerahkan kertas putih pada Ara.
Ara menerima, dan Ara menghela nafas kasar saat melihat isi kertas tersebut.
"Nanti Kakak usahin ya Mey, Kakak belum gajian". Ucap Ara memberi pengertian pada adiknya.
"Iya Kak. Kata kepala sekolah kalau Mey tidak bayar uang semester, Mey tidak bisa ikut ujian bersama". Jelas Mey dengan wajah sendu.
"Iya Mey, nanti akhir bulan Kakak akan bayar ya". Ara mengelus rambut panjang adiknya.
"Terima kasih Kak, maaf merepotkan Kakak karena gaji Ayah tidak cukup Kak". Mey menunduk dengan wajah lelahnya.
"Kan ada uang Kakak, jadi Mey tidak usah khawatir". Ucap Ara memberikan kekuatan pada adiknya.
"Ya sudah Kak, Mey kembali ke kamar dulu ya. Selamat tidur Kak, good night". Mey mengecup pipi Ara dengan sayang dan memeluk Kakaknya.
Ara mengambil ponselnya untuk mengacek saldo rekening, harusnya hari ini dia sudah gajian karena pertengahan bulan.
"Ya Tuhan, aku kan tidak masuk bulan kemarin jadi tidak ada gaji". Ara mengigit bibir bawahnya sambil berpikir "Anak-anak juga belum bayar uang les mereka. Kemana aku dapat uang untuk bayar biaya sekolah Mey?". Ara menarik nafas sambil memejamkan matanya. Penghasilan Ayah nya juga tidak cukup yang hanya dua sampai tiga juta perbulan dan itu pun tidak tentu, tergantung job yang dia dapat.
Ara memang memegang keuangan keluarga, semua pendapatan dan pengeluaran keluarga Ara yang pegang, bahkan Ara memiliki buku pengeluaran dan pemasukan tersendiri, kadang jika kurang Ara berusaha menutupi agar keluarga nya bisa makan, tak lupa juga Ara menabung untuk uang jaga-jaga meski pun hanya sedikit.
Uang yang biasa Ara tabung, sudah habis untuk biaya berobat saat dirinya masuk rumah sakit. Jadi sekarang Ara benar-benar tidak ada uang sama sekali.
"Apa aku pinjam uang sama Ata saja ya?". Gumam Ara, Ata adalah Martha. Ata panggilan sayang Ara pada sahabat nya itu.
Ara mencari nomor kontak sahabat nya.
"Hallo Ra, kau kemana saja? Kau baik-baik saja 'kan?". Tanya suara cempreng dengan lengikkan yang membuat Ara menjauhkan telponnya dari telinga.
"Astaga Ta, satu-satu kali tanya nya, aku sampai bingung mau jawab yang mana dulu". Gerutu Ara, kesal dengan suara cempreng sahabatnya itu.
"Hehe, kau kemana saja Ra? Aku sangat khawatir padamu, kata HRD kau mengambil cuti pulang kampung. Kenapa tidak memberitahu ku?". Cecar Martha.
"Aku sudah pulang Ta, ini sudah dirumah". Jelas Ara.
"Syukurlah Ra. Kau tahu tidak Boss kita marah-marah karena kau tidak masuk, dan terus semua meeting dibatalkan karena laporan pendapatan bulan lalu belum terekap. Makanya kau harus masuk besok, jika tidak bisa saja kau dipecat". Jelas Martha suaranya terdengar sendu.
Ara menghela nafas dan dia sudah tahu "Besok aku sudah masuk Ta, laporannya besok aku selesai kan". Ucap Ara "Ta, aku boleh pinjam uang tidak? Aku butuh uang buat bayar biaya sekolah Mey, aku janji gajian nanti pasti aku ganti". Ucap Ara pelan terdengar suara tak nyaman.
"Astaga Ara, tidak perlu pelan-pelan bicaranya. Kau butuh berapa nanti aku transfer? Masalah ganti itu gampang, kau boleh ganti kapan saja". Sahut Martha
"Terima kasih Ta, aku janji akan ganti. Aku hanya butuh satu juta saja". Balas Ara.
"Oke siap Nona Boss". Martha cekikikan dia tahu jika sahabat nya itu tidak suka dipanggil Boss.
"Isshhhh, kau ini!!! Ya sudah telponnya aku tutup dulu, terima kasih cinta aku menyanyangimu". Ara tertawa dan dengan cepat dia mematikan telponnya sebelum sahabat nya itu menggila dipanggil cinta.
**Bersambung........
Adakah yang mengalami kehidupan seperti Ara kekurangan dalam keuangan???
Yuk ikuti kisah Ara.
Salam hangat
Ara ❤️ Kay**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Nina Stepi
😢😢😢😢😢😔😔😔😔
2022-07-10
0