**Bagaimana pun perasaan mu takkan ada yang paham. Kadang mereka hanya mendengar karena penasaran bukan benar-benar peduli.
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹**
"ARA". Pekik suara kearah pintu masuk. Ara yang tengah serius dengan komputer yang ada didepannya sontak kaget, begitu juga dengan semua yang berada diruangan itu termasuk Martha.
Ara sontak berdiri "I-ya Tuan Nathan". Ucap Ara sambil menundukkan kepalanya dia bahkan meremas roknya saking takutnya.
"Maju". Bentak Nathan
Ara maju dan berusaha menenangkan dirinya.
"Kemana saja kau? Kau tahu Ara gara-gara kau tidak masuk Tuan Kay marah besar dan bahkan semua laporan pendapatan tidak ada yang bisa menyelesaikan nya? Kau tahu perusahaan yang sudah mengajukan kerja sama, langsung membatalkan semuanya". Pekik Nathan membentak Ara.
Ara masih menunduk. Sedangkan Saka mengusap wajahnya kasar, bagaimana tidak selama sebulan Ara tidak masuk tidak ada satu karyawan pun yang membackup pekerjaan karena mereka tidak secerdas Ara.
Sebenarnya Nathan tidak tega membentak Ara, tapi gadis ini sudah benar-benar keterlaluan.
"Maaf Tuan, saya......".
"Sudah, cepat selesai kan laporannya sekarang juga". Suara Saka semakin naik satu oktaf.
"B-baik Tuan". Sahut Ara.
"Yang lain kembali bekerja". Suruh Nathan.
Ara kembali duduk dengan pelan. Badannya sampai bergetar menahan sakit dan diperut operasi nya. Namun Ara berusaha menahan rasa sakitnya.
Ara menekan tombol demi tombol keyboard komputer yang ada didepan nya, tanpa komando dan tanpa permisi air mata Ara jatuh dipipi cantiknya. Ara terkejut dengan suara Nathan yang membentaknya begitu menggema. Ingin Ara jelaskan bahwa dia sakit tapi Ara tahu tidak akan ada yang peduli pada gadis miskin seperti dirinya.
Dua jam kemudian Ara sudah menyelesaikan laporan yang tertunda selama satu bulan itu. Berkas-berkas menumpuk sangat banyak dimeja kerja Ara.
"Ini, Tuan". Ara menyerahkan dokumen pada Nathan.
Nathan menatap Ara dari ujung kaki sampai ujung rambut. Nathan merasa bersalah karena sudah membentak Ara tadi dirinya terpancing emosi karena Kay terus saja mendesak nya untuk meminta laporan itu. Sedangkan didivisinya tidak ada yang bisa mengerjakan pekerjaan Ara, bahkan Nathan sekalipun.
"Baik". Sahut Nathan "Buatkan laporan selama lima tahun ini, dan ini berkasnya". Nathan memberikan setumpukkan berkas didepan Ara.
Ara mengangguk "Baik Tuan". Ara mengambil berkas itu.
Jam makan siang Ara masih saja berkutat dengan pekerjaan nya.
"Ra". Panggil Martha.
Ara mengangkat kepalanya "Iya Ta?". Sahut Ara.
"Sudah waktunya makan siang. Ayo". Ajak Martha.
"Aku belum selesai Ta. Kau duluan saja, aku juga belum lapar". Senyum Ara menolak halus.
"Ya sudah aku makan siang dulu. Apa kau mau titip sesuatu?". Tanya Martha lagi menawarkan
"Tidak Ta".
Padahal Ara merasakan lapar sekali apalagi dia harus minum obat yang diberikan dokter. Tapi perutnya akan sangat sakit dipaksa berjalan dan dia juga tidak punya uang untuk membeli makanan dikantin, jadi Ara hanya menahan lapar dengan terus meminum air.
Tangan munggil Ara masih setia menekan tombol demi tombol keyboard komputer yang ada didepannya. Otak cerdas Ara tak perlu lama untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
"Akhirnya selesai juga". Ara merenggangkan otot-otot tangannya.
"Ra, belum lapar?". Tanya Martha yang sudah kembali setelah makan siang.
"Aku masih kenyang Ta". Ara berdiri dengan pelan dari duduknya sambil menghampiri meja Nathan.
"Tuan". Nathan mengangkat pandangan nya dan melihat Ara yang sedang tersenyum. Senyum Ara terlihat manis membuat sudut bibir Nathan terangkat.
"Bagaimana Ra, apa sudah selesai?". Tanya Nathan.
"Ini Tuan". Ara meletakkan dokumen itu kedepan Nathan "Ini sudah saya bilah pertahun dan perbulan, masing-masing tahun sudah saya pisahkan". Jelas Ara.
"Baik Terima kasih Ra". Senyum Nathan.
"Ra".
"Iya Tuan?".
"Saya minta maaf". Ucap Nathan tulus.
"Tidak apa-apa Tuan". Senyum Ara kembali ke meja kerja nya.
Nathan masuk kedalam ruang CEO sambil membawa beberapa dokumen ditangannya.
"Ini semua dokumen yang kau minta". Nathan meletakkan berkas itu didepan Kayhan.
Kayhan mengambilnya dan memeriksa isi dokumen yang dibawa Nathan.
"Kenapa bisa diselesaikan secepatnya ini? Bukankah katamu, Administrasi pendapatan itu sudah lama tidak masuk?". Tanya Kayhan heran dan bingung.
"Ya dia memang menyelesaikan nya hanya dalam waktu beberapa jam saja. Dia pintar dalam hal keuangan dan hitung menghitung". Jelas Nathan sudut bibirnya terangkat saat mengingat wajah Ara.
"Siapa namanya?".
"Kimara Ferarer". Jawab Nathan.
"Baik! Peringatkan dia supaya displin. Karena mulai besok pagi kita akan mengadakan briefing setiap paginya dan jangan sampai terlambat". Perintah Kayhan.
"Baik Boss". Goda Nathan. Kayhan memutar bola mata malas.
Nathan adalah kaki tangan Kayhan, dia merupakan sahabat nya yang Kayhan percayakan untuk mengelola perusahaan nya selama lima tahun.
"Apa ada lagi?". Tanya Nathan sebelum beranjak pergi dari ruangan Kayhan.
"Tidak ada". Sahut Kayhan "Apa boleh Kimara jadi sektarisku saja?". Pinta Kayhan sambil mengetuk-ngetuk pulpennya keatas meja.
Nathan mendelik kearah Kayhan "Hei Tuan Kayhan, jangankan untuk menjadi sekretaris mu dia tidak masuk satu bulan saja perusahaan sudah mengalami kerugian total karena tidak ada yang mengerjakan laporan. Apalagi jika dia harus meninggalkan Administrasi pendapatan?". Celetuk Nathan.
Kayhan memincingkan matanya "Apa kau menyukainya dan tidak mau melepaskannya?". Tanya Kayhan curiga dengan sikap sahabat nya itu.
Nathan terkekeh "Ya sebagai laki-laki normal aku sangat menyukai gadis itu, hanya saja dia tidak mudah untuk ditaklukan". Jawab Nathan.
"Cih, playboy sepertimu tidak bisa menaklukkan hati seorang gadis. Apa sudah turun pasaran?". Ejek Kayhan.
"Sudahlah aku mau kembali bekerja. Jika butuh sesuatu panggil Asissten mu jangan panggil aku". Ketus Nathan mellengang pergi meninggalkan ruangan Kayhan.
Jam menunjukkan pukul lima sore. Ara membereskan barang-barang nya dan mematikan komputer sebelum pergi meninggalkan meja kerjanya.
"Ra, pulang dengan siapa?". Tanya Martha menghampiri meja Ara.
"Dijemput Ayah". Sahut Ara sambil memgantung tasnya di bahu.
"Lho, motormu kemana?". Tanya Martha
Ara gegelapan "Ehem, sedang dibengkel". Sahut Ara asal takut Martha curiga.
"Ya sudah bareng yuk". Ajak Martha.
Keduanya meninggalkan ruangan devisi pemasaran.
Ting
Pintu lift terbuka, Ara dan Martha masuk sambil keduanya berbincang dan bercanda.
Ting
Pintu lift kembali terbuka, terlihat Kayhan dan Nathan serta Cody sang Asisten yang selalu berada disamping Tuan-nya.
"Selamat sore Tuan". Sapa Martha ramah sambil tersenyum kearah tiga pria yang sedang berdiri tidak jauh darinya.
"Sore". Sahut Nathan dan Cody bersamaan.
Sedangkan Ara menyenderkan belakangnya didinding lift, sakit bekas operasi nya kembali lagi.
"Ra". Panggil Martha, membuat ketiga orang itu juga ikut melihat kearah Ara
Ara memaksakan senyum "Iya Ta". Sahut Ara tanpa peduli dengan ketiga orang itu. Ya Ara memang memiliki sifat cuek dan sedikit pendiam.
"Kenapa wajahmu pucat sekali?". Tanya Martha menyelidik wajah Ara "Apa karena tidak makan siang?". Cecar Ara, membuat Kayhan dan Nathan menoleh kearah Ara lagi
"Tidak Ta. Aku tidak lapar, ini hanya sedikit kecapean". Sahut Ara tenang tapi masih bersandar di dinding lift.
**Bersambung...........
See u next episode.
Salam hangat
Ara ❤️ Kay**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Nina Stepi
pasti nanti jauhan bucin parah sama ara...
tebak kan ku sihhh😭
2022-07-10
0