**Jika bisa meminta, aku hanya ingin kau menghargai segala perjuangan ku. Pahamlah bahwa tidak mudah bagiku, aku tidak seperti mu yang bisa bercerita dengan jujur apa yang sedang dirasa.
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹**
Ara membersihkan puluhan toilet yang ada di gedung perusahaan ini. Sesekali dia menyeka air matanya, terlihat wajah lelah gadis itu. Namun dia masih cukup kuat untuk dibanting.
Ara lagi-lagi meringgis kesakitan sambil memegang perutnya. Dia masuk kedalam toilet lalu menutupnya.
Perlahan Ara mengangkat baju yang menutupi perutnya. Ara merintih kesakitan saat di membuka perban yang masih melekat diperutnya.
"Awwwww, hiks". Tangis Ara mengoleskan obat anti nyeri dibekas operasi nya. Bekas operasi Ara mengeluarkan nanah, dirinya terlalu banyak bergerak sehingga membuat luka yang seharusnya sudah alit kini terbuka mengangga.
"Tahan Ra, perjuanganmu masih jauh. Kau harus tahan banting". Ara berusaha menyemangati dirinya lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Tiga jam kemudian Ara sudah selesai membersihkan semua toilet yang ada diperusahaan. Dia melangkah gontai, menuju ruangannya. Langkahnya pelan dan wajahnya terlihat pucat, tapi berusaha ditahannya supaya dia kuat.
Ara menghampiri mejanya, semua karyawan divisi menatap Ara dengan sinis, kecuali Martha. Martha sungguh kasihan pada Ara.
"Ra, kau dipanggil Tuan Nathan". Martha menyampaikan pesan Nathan untuk Ara.
"Iya Ta. Nanti aku ke meja Tuan Nathan". Senyum Ara, lalu dia duduk di bangkunya sambil bersender dengan memejamkan air matanya.
"Ra, kenapa wajahmu pucat sekali?". Tanya Martha panik sambil berjalan ke meja Ara.
"Ini hanya kecapean saja Ta, tadi kan aku bersihin toilet". Jawab Ara.
Martha mengela nafas "Aku kira kau sakit". Timpal Martha yang sudah panik takut jika Ara benar-benar sakit.
Ara hanya membalas dengan senyum, dia kembali pada komputer yang ada didepannya. Ara mengerjakan semua pekerjaan nya yang menumpuk hanya dalam waktu satu jam sampai makan siang.
"Ta, aku ke meja Tuan Nathan dulu". Pamit Ara pada Martha sambil berdiri.
"Iya Ra. Apa kau akan makan sianh denganku?". Tanya Martha.
"Aku masih kenyang Ta". Senyum Ara.
Ara menuju meja Nathan yang tidak jauh darinya. Disana terlihat Nathan tengah sibuk dengan berkas-berkas yang ada diatas mejanya.
"Tuan Nathan". Panggil Ara sopan.
Mendengar suara Ara, Nathan langsung mengangkat pandangan dan menatap Ara dengan wajah datar dan dingin. Sebenarnya Nathan kasihan pada Ara tapi dia tidak mau Ara manja hanya karena dia kasihan dan membuat gadis itu semakin semaunya.
"Silahkan duduk Ra". Suruh Nathan dengan nada dan wajah yang dingin.
Ara duduk dengan sopan, sambil meremes ujung roknya dengan berusaha tenang. Dia yakin jika Nathan memanggilnya pasti akan menegur atau bahkan memberikan surat peringatan.
"Ini". Benar dugaan Ara bahwa Nathan akan memberinya surat peringatan itu.
Ara mengambilnya tanpa bertanya dia sudah tahu dan mungkin saja dia akan dipecat. Ara tidak tahu harus mencari pekerjaan dimana jika dia sampai dipecat.
"Ini SP 2. Jika sekali lagi kau terlambat kau akan dipecat tanpa pesangon". Tegas Nathan dengan wajah dinginnya. Sejujurnya Nathan tak tega dengan wajah lugu dan lelah Ara, terlihat sekali bahwa gadis ini menanggung banyak beban.
"Terima kasih Tuan". Sahut Ara memaksakan senyum kecut dibibir "Kalau begitu saya permisi". Ara beranjak pergi dari meja Nathan.
Kembali lagi dadanya serasa sesak menahan tangis. Ara juga harus mencari uang untuk biaya berobat Ayahnya walaupun ada bantuan asuransi tapi tetap ada uang yang dikeluarkan.
Ara menghela nafas berat, dia mengelus dadanya supaya tenang dan kuat. Bukankah hidup ini adalah perjuangan, lantas kenapa dia harus terus merengek dan menangis? Dia gadis yang kuat dan tahan banting.
"Nona Ara". Panggil Cody.
Ara menoleh kebelakang "Iya Tuan Cody". Sahut Ara dengan memaksa senyum diwajah cantiknya.
"Mari Nona ikut saya, anda dipanggil Tuhan Kayhan". Ajak Cody tersenyum ramah kearah Ara. Dia memperhatikan penampilan gadis itu yang terlihat sedikit berantakan, karena tadi Ara tidak membawa baju ganti.
"Iya Tuan". Balas Ara juga tersenyum.
Ara masuk kedalam ruang Kayhan. Tampak Kayhan sedang sibuk dengan berkas-berkas ditangannya dan sesekali memijit pelipihnya.
"Tuan, ini Nona Ara". Ucap Cody.
Kayhan menatap Ara dengan intens lalu menyerahkan beberapa dokumen pada Ara.
"Tolong, bantu saya kerjakan semua berkas ini". Ucap Kayhan ketus dan dingin.
Ara mengangguk paham dan mengambil berkas itu.
"Terima kasih Tuan, kalau begitu saya per.....".
"Kerjakan diruangan ini saja". Potong Kayhan yang membuat Cody mengerutkan keningnya, tak biasanya Tuan-nya itu mau berdekatan dengan wanita.
"Iya Tuan". Ara hanya menurut dan duduk disofa ruang kerja Kayhan
"Siapa yang suruh kamu duduk disitu, duduk disini". Sanggah Kayhan sambil menunjukkan kursi yang ada kedepan mejanya.
Ara menghela nafas dan hanya menurut lalu duduk dikursi depan meja Kayhan. Sebenarnya Ara jenggah berdekatan dengan Kayhan pria sombong dengan sejuta pesona itu. Ara heran kenapa banyak yang menyukai pria dingin itu, tampan sih oke, kaya juga oke, tapi jika berbicara tentang sikap dan karakter sangat jauh menurut Ara.
Ara mengerjakan berkas yang diberikan Kayhan dengan telaten bahkan gadis itu tampak sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan Kayhan yang berada didepannya sedang menatap dirinya dengan intens.
"Siapa gadis ini? Kenapa dia biasa saja melihat ku? Tidak menggodaku! Jangankan terpesona melirikku saja dia tidak?". Batin Kayhan yang diam-diam memperhatikan Ara.
Ara menyelesaikan pekerjaan nya dengan cepat, otak cerdas yang Ara miliki membuat dia dengan mudah memahami setiap pekerjaan.
Ara melirik arloji ditangannya. Setelah pulang dari kantor, dia akan mengajar bimbingan les privat bahasa Inggris dirumahnya, dan itu adalah pekerjaan sampingan Ara.
"Tuan". Panggil Ara Kayhan mengangkat pandangannya "Ini sudah selesai semua". Ara meletakkan dokumen yang baru saja dia kerjakan.
Kening Kayhan berkerut "Kau yakin?". Tanya Kayhan tak percaya.
Ara hanya mengangguk dengan senyum manis, membuat jantung Kayhan berdegup kencang.
"Ada apa dengan jantungku?". Batin Kayhan terpaku ditempat duduknya.
Ara tak mau menganggu Kayhan yang sedang menatapnya dengan aneh, dia pamit keluar dari ruangan pada Cody. Karena dari tadi dia memanggil Kayhan tapi pria itu justru melamun.
**Bersambung...........
Salam hangat
Kimara ❤️ Kayhan**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Nina Stepi
Thor hiks hiks hiks😭😭😭
2022-07-10
0