**Perlahan aku terbiasa menikmati setiap rasa sakit yang menggerogoti hati dan tubuhku.
Happy Reading......🌹🌹🌹🌹**
Ara sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter, setelah dua Minggu di rawat kondisi Ara sudah membaik dan gadis itu tidak lagi merenggek kesakitan.
Ara tersenyum saat bisa kembali dikamar yang sangat Ara rindukan. Dua Minggu lamanya, Ara meninggalkan kamar sederhana yang hanya dihiasi dengan kertas origami berbentuk burung bangau yang Ara lipat-lipat. Meskipun kamar Ara kecil tapi gadis itu merasa bersyukur setidaknya dia tidak tidur dijalanan dan masih memiliki rumah.
Brakkkkkkkkkkk
Brughhhhhhhhhh
Terdengar suara orang sedang berkelahi.
"Ada apa ya?". Gumam Ara, lalu keluar dari kamarnya.
Lagi dan lagi Ara harus melihat Kakaknya pulang dalam keadaan mabuk, bahkan Kakak nya sama sekali tak pernah menjengguk Ara dirumah sakit.
"Cepat berikan uangnya padaku!". Roger membentak Ferarer Ayahnya, agar memberikan uang itu padanya.
"Tapi Nak, ini uang untuk berobat adikmu". Bantah Ferar tak may memberikan uang ditangannya.
Roger mengambil paksa uang itu dari tangan Ayahnya "Alah, anak sialan seperti dia biarkan saja mati". Pekik Roger menyimpan uang itu dalam saku celana nya.
Roger mengarahkan pandangan pada Ara yang diam mematung dengan deraian air matanya. Roger tersenyum sinis melihat adiknya, Roger tidak membenci Ara, tapi karena Ara berani melawan dan membantahnya maka dia membenci adiknya itu.
"Kau tahu kan bahwa kau adalah beban keluarga disini, kenapa kau tidak mati saja?". Cibirnya melihat.
"Roger". Hardik Ferarer dan Wati bersamaan. Mey memeluk Kakaknya, Mey takut jika kondisi Ara kembali drop.
Ara menatap Roger dengan datar, padahal dulu hubungannya bersama Roger sangat hangat, tapi ketika Ara sudah mendapatkan pekerjaan dan bekerja diperusahaan membuat Kakak nya memanfaatkan Ara dan meminta uang, karena sudah lelah uangnya diambil oleh Kakak nya akhirnya Ara melawan.
"Aku tidak tahu Kak, hati mu terbuat dari apa? Aku tidak tahu apakah ada rasa kasihan dihatimu atau hanya ada perasaan rakus. Jika bisa membencimu aku sangat membencimu Kak, tapi aku tidak bisa aku butuh Kakak untuk mengayomi ku dan butuh Kakak untuk tempat bersandar. Tapi semua itu tidak aku dapatkan dari Kakak, hiks". Pekik Ara menatap kearah Roger. Mey mengelus punggung Kakaknya.
"Alah, tidak usah drama". Roger langsung beranjak keluar dari pergi meninggalkan rumah.
Ferarer dan Wati menghampiri putrinya dan memeluk Ara berusaha memberikan kekuatan pada anak gadisnya.
"Sabar ya Nak". Peluk Ferarer.
Ferarer sebagai orang tua merasa gagal mendidik Roger. Putra sulungnya itu, benar-benar keras dan tidak bisa diatur sama sekali. Ferarer tidak tahu entah apa yang membuat putranya menjadi pria yang tak punya hati. Sering, Roger mencuri uang Ara atau uang Ferarer, kadang juga Roger meminjam uang dan mengatas namakan Ara, sehingga banyak rentenir yang datang kerumah untuk menagih hutang nya.
Roger berjalan dengan wajah padam
"Arggghhhhh". Dia berteriak frustasi. Entah kenapa saat melihat adiknya menangis ada rasa sakit dihati Roger. Apalagi perkataan Ara yang mengatakan tidak mendapatkan apa-apa darinya.
"Arggghhhhh". Pekiknya lagi sambil meremas rambutnya dengan kasar.
"Hiks". Roger terduduk di trotoar jalan, hidupnya benar-benar berantakkan. Entah apa yang membuat pria tampan itu begitu frustasi. Selama ini dirinya selalu menikmati uang keluarganya bahkan memeras kedua orangtuanya namun saat melihat air mata jatuh dipipi Ara, membuat hatinya berdenyut sakit.
Roger, terjerumus dalam pergaulan yang salah. Mabuk-mabukan adalah hobby nya dan bahkan dia juga penjudi akut. Roger pernah bekerja tapi lagi-lagi dia dipecat hanya karena dirinya miskin dan tidak mampu.
Disebuah gedung pencakar lagi.
Seorang pria masuk kedalam gedung perusahaan, langkahnya terdengar menggema. Dibelakang nya diikuti oleh pria lain yang mungkin adalah Assisten nya.
Semua karyawan yang berpapasan dengannya menunduk untuk memberikan hormat pada pria tampan dengan kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya.
Dia berjalan tanpa ekspresi, tatapan nya tajam dan dingin. Kedua tangannya dia masukkan kedalam saku celana kanan dan kirinya.
"Silahkan Tuan". Sang assisten membuka pintu ruang CEO yang terbuat dari kayu jati permanen itu.
Dia masuk tanpa mengucapkan kata terima kasih. Matanya menyapu setiap ruangan yang baru pertama kali dia lihat, karena selama perusahaan ini dibangun dia berada di Australia untuk melanjutkan gelar profesor nya.
"Cody, aku mau ruanganku direnovasi kembali. Ganti semua kursi dan meja yang ada disini dengan yang baru dan pastikan terbuat dari kayu yang berkualitas". Tintahnya pada sang Assisten lalu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju mejanya. Meja yang selama ini tak pernah dia duduki, karena perusahaan nya dipegang langsung olehnya tapi dia tidak pernah menginjakkan kaki di kantor miliknya.
Dia memantau perusahaan nya dari Australia melalui orang-orang kepercayaan yang sudah bekerja belasan tahun dengannya.
"Kumpulkan semua Direksi, Manager, Kasie dan Administrasi dimasing-masing devisi, sebentar lagi aku ingin mengadakan rapat dan berikan laporan pendapatan selama lima tahun ini padaku. Aku mau hari ini sudah berada dimejaku". Perintahnya dengan nada tegas.
"Baik Tuan". Sahut Cody.
"Tolong, berikan padaku semua data karyawan yang bekerja diperusahaan ini, baik tenaga langsung atau tenaga tidak langsung. Aku ingin melihat siapa saja yang aktif dan tidak aktif, karena aku ingin membuang orang-orang yang tidak becus bekerja". Ucapnya lagi, menatap sang assisten dengan datar.
"Baik Tuan". Sahut Cody "Apa ada lagi yang Tuan ingin saya lakukan?". Tanya Cody sopan.
"Carikan aku sekretaris yang kompeten. Seleksi mereka dengan ketat, pastikan tidak ada yang bermain-main". Timpalnya lagi.
"Baik Tuan. Kalau begitu saya permisi". Cody segera meninggalkan ruang CEO dan melaksanakan tugas yang diberikan oleh sang Tuan.
Pria itu adalah Kayhan Mahendra Bagaskara. Seorang pengusahaan yang bergerak diberbagai bidang termasuk kelapa sawit. Perusahaan kelapa sawit adalah perusahaan satu-satunya yang di pimpin oleh Kayhan, karena dia lebih mengutamakan perusahaan proferti yang bergerak dibidang perhotelan dan pariwisata.
Kayhan menyenderkan punggungnya dikursi kebesaran miliknya. Lima tahun meninggalkan Negara ini, membuat Kayhan sedikit canggung dengan perubahan iklim yang berbeda.
Kayhan tinggal di Australia selama lima tahun, dan orangtua Kayhan memang menetap di Sidney Australia, di Indonesia Kayhan tinggal bersama Kakek-Nenek nya karena dua orang yang sudah lanjut usia itu tidak bisa jauh dari cucu sulungnya.
**Bersambung........
Hai guys yuk ikuti cerita Ara dan Kay. Maaf banyak typo di Novel ini dan banyak air matanya, author hanya sedang mengungkapkan semua isi hati author lewat tulisan ini.
50% novel ini kisah nyata author, dimana author memang berjuang tanpa seorang Ayah dan harus dipaksa dewasa diumur yang terbilang masih muda.
Terima kasih.
Salam hangat
Ara ❤️ Kay**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Nina Stepi
pengen nangis😭😭😭😭😭
2022-07-10
1