**Kehilangan mu adalah mimpi buruk yang terasa nyata, jika benar mimpi aku ingin memberontak agar segera bangun.
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹**
Kimara POV.
Aku menyusuri koridor kantor menuju parkiran. Hari ini tubuhku benar-benar lelah, luka bekas operasi diperutku beberapa kali mengeluarkan darah dan nanah. Aku tak mengira bekas operasi ini benar-benar infeksi, karena aku terlalu banyak bergerak dan melakukan aktifitas yang berat.
Mencuci puluhan toilet perusahaan membuat seluruh tubuhku melemah, lemas dan sakit dibagian sendi-sendi kakiku, mengangkat ember berisi air membuat bekas operasi diperutku sakit bukan main.
Aku harus kuat, bukankah aku tahan banting? Bukan salah Tuan Kayhan menghukumku, memang salahku sendiri yang selalu terlambat dan membuat mereka menunggu. Aku tak mungkin mengatakan yang sebenarnya karena, mereka takkan paham bagaimana perasaan ku. Aku hanya gadis miskin yang kehadiranku diperusahaan ini bagaikan rengginang kerupuk ditepi toples. Aku harus bersyukur masih bisa bekerja didunia walaupun harus melewati berbagai rasa sakit yang membellengu hati dan jiwaku.
Aku naik dan duduk diatas motor sambil memasang helm dikepala munggilku, setelah ini aku harus mengajar anak-anak ditempat bimbingan belajar yang tidak jauh dari sini. Sebelumnya aku selalu mengajar les dirumah namun beberapa waktu terakhir ini, kepala sekolah tempatku mengajar tidak mengizinkan lagi jadi aku terpaksa harus bolak-balik tempat mengajar setelah pulang dari kantor.
Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Aku baru keluar dari kelas mengajar dan sekarang tujuanku setelah membersihkan diri dirumah, adalah rumah sakit.
Aku melangkah dengan pelan sambil tangan kananku memegang perutku yang terasa perih. Beberapa kali aku menghela nafas kasar, dan sialnya air mata murahan ini selalu saja terjatuh sesuka hati tanpa permisi dulu padaku.
Aku masuk keruang ICU tempat Ayah dirawat. Kulihat wajah tua itu, wajah lelah dan wajah rapuh begitu terjelas diwajah Ayah. Aku menghampiri Ayah, lagi dan lagi dadaku serasa sesak. Pasokkan udara di paru-paru ku serasa terhambat saat melihat wajah Ayah.
Ya Tuhan, aku tidak sanggup melihat Ayahku. Mengapa dan mengapa, semua terjadi padaku? Aku rela menderita penyakit apapun dan bahkan diponis tidak memiliki keturunan, tapi saat melihat orang yang paling kusayangi terbaring lemah, rasanya seluruh duniaku runtuh.
Aku panik, saat melihat layar monitor itu terdapat garis-garis lurus dan tubuh Ayah kejang-kejang.
"Bu, Ayah". Teriakku. Mey dan Ibu yang sedang tertidur ditikar lantai sontak terbangun.
Aku berlari keluar memanggil Dokter dan perawat.
"Kak Nickho, tolong Ayah . Hiks". Aku panik bukan main.
"Ara tenang ya, ayo kita lihat Ayah mu". Dokter Nickho berusaha menenangkan ku dan dia merangkul ku berjalan menuju ruang rawat Ayah dan diikuti oleh beberapa perawat dibelakang kami.
Kak Nickho memeriksa Ayah, dan dia mengambil sebuah benda yang kuyakini sebagai alat penyentrum. Beberapa kali Kak Nickho menekan dan menekan alat itu dibagian dada Ayah.
Aku hanya bisa terdiam dan mematung ditempat, dalam hati aku berharap tidak terjadi sesuatu pada Ayah. Sedangkan Ibu dan Mey saling berpelukan dengan erat dan menguatkan satu sama lain.
Kak Nickho mundur dengan wajah menunduk, aku langsung menghampiri Kak Nickho.
"Kak bagaimana keadaan Ayah?". Cecarku tak sabar dan takut benar takut. Tuhan, kumohon jangan ambil Ayah kali ini saja kabulkan permintaan ku.
"Ra". Suara Kak Nickho tersekat.
"Cepat katakan Kak, bagaimana keadaan Ayah?". Desakku.
"Ra". Kak Nickho menggelleng "Ayah sudah meninggal". Jelas Kak Nickho.
Deg
Jantungku serasa berhenti berdetak, duniaku sekilas runtuh dan seluruh tubuhku serasa mematung. Aku merasakan tubuhku mati rasa dalam sekejap.
"Tidak, Kakak pasti bohong kan Kak? Kakak sedang bercanda kan?". Bantahku sambil menggelleng dengan cepat "Kakak pasti bohong". Isakku lagi.
"Ra". Kak Nickho menarik ku dalam pelukkan badan kekarnya "Kau harus ikhlas dan kuat". Dia mengelus rambut dan kepalaku. Sedangkan aku masih terdiam
"Kak, katakan bahwa semua berbohong katakan Kaka". Aku memberontak, lagi-lagi Kak Nickho hanya bisa memelukku
Mey dan Ibu menangis histeris memeluk Ayah yang sudah tak bernyawa. Bahkan Ibu sampai pingsan dan ditangani oleh Dokter. Sedangkan Mey juga tak sadarkan diri.
"Tolong hidupkan dia Kak, aku akan membayar berapa saja yang Kakak mau, kumohon hidupkan Ayahku kembali Kak, hikssss". Aku sambil memukul-mukul dada Kak Nickho dan memaksanya menghidupkan Ayah kembali.
"Ra". Kak Nickho memelukku erat "Dengarkan aku, aku hanya manusia biasa. Aku tidak bisa membuat orang yang sudah mati hidup kembali". Tegas Kak Nickho memegang kedua bahuku "Kau harus ikhlas, biarkan Ayah tenang disana, semua kita akan kembali hanya beda waktu dan tempat nya saja". Jelas Kak Nickho.
Aku menatap Kak Nickho dengan sendu. Aku berharap ini benar-benar mimpi dan bukan kenyataan. Entah akan seperti apa hidupku tanpa Ayah.
Aku menghampiri brangkar Ayah, melihat wajah tua itu. Wajah yang kini takkan bisa kulihat lagi senyumnya. Wajah yang takkan kudengar lagi kecerewatan nya. Wajah yang takkan bisa memanggilku dengan sayang lagi. Wajah yang akan menghilang selamanya dari pandangan mataku.
Aku mengelus lembut kepala Ayah, aku menatap dengan lekat wajah tua itu, untuk terakhir kalinya. Karena setelah ini aku benar-benar takkan melihat dia lagi selamanya.
"Ayah, Ayah kenapa meninggalkan Ara secepat ini? Apa Ayah sudah tidak menyanyangi Ara lagi? Apa Ayah tidak mau lagi mengantar Ara ke kantor? Kepada siapa Ara harus mengadu tentang masalah yang Ara hadapi, kenapa Ayah membiarkan Ara sendirian? Apa Ayah tidak tahu jika Ara sangat menyayangi Ara". Tangisku histeris dan sangat histeris.
Kupeluk tubuh Ayah dengan Isak tangis. Tak peduli lagi dengan suara perawat yang menyuruhku menyingkir karena ingin memandikan jenazah Ayah sebelum dibawa pulang kerumah.
"Ayah Ara mohon buka mata Ayah". Aku tak mau mengalah dengan para perawat itu. Aku ingin Ayah kembali.
"Ra, sudah". Kak Nickho menarik ku kedalam pelukkan nya "Menangislah dalam pelukanku. Luapkan semua perasaan mu. Aku tahu ini berat, tapi masih ada Ibu dan adikmu yang membutuhkan mu. Jika kau terus begini, mereka juga akan terus meratap. Jadilah penguat untuk mereka". Ucap Kak Nickho dengan lembut ku. Badan kekarnya membuat tubuh munggiku merasa terlindungi dalam pelukan badan kekarnya.
"Kak hiks hiks hiks hiks". Tangisku lagi-lagi pecah dan menggema didalam ruang rawat Ayah.
Ayah dimandikan oleh beberapa perawat dan sebelum akhirnya dibawa pulang kerumah dan dikebumikan.
Bersambung.......
**Ada yang sudah pernah merasakan kehilangan seorang Ayah, pasti akan tahu bagaimana rasa sakitnya?😭😭😭😭
Yuk ikuti terus kisah Ara.
Kimara ❤️ Kayhan**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Sri Yanti
hrsnya blng kalo sakit ...jd ngak ada yg illfeel Ra
sakit ada dokter bisa minta surat dokter ...
2022-11-24
0
Rahmawaty❣️
aku jd rinduuu almarhum bpk ku😭😭
2022-08-20
0
Nina Stepi
Thor kisahku dan Ara sama😭
2022-07-10
0