Auristela tersenyum kecut saat mendengar permintaan maaf dari anak baru itu.
Bukan kata maaf yang ia permasalahkan.Tapi namanya! Ya, murid baru tadi menyebut namanya. Auristela menghela nafas.
"Bahkan anak baru aja udah ngenal gue!Seburuk itu kah citra gue di sekolah ini?Pantas aja tadi pas gue ngobatin dia, dia kaya gak percaya gitu!" batin Auristela. Ia merasa permasalahannya semakin berat saja.
Auristela duduk, ia menatap anak baru itu, yang kebetulan masih memperhatikannya. Padahal sudah ia tegur tadi.
"Lo tau gue?" tanyanya
Adelio gelagapan, "Duh gue lupa kalau gue nyamar!" batin Adelio merutuki kebodohannya.
"Eummm i-itu, eummm i-"
Auristela memperhatikan anak baru itu yang gelagapan. Auristela tersenyum kecut. Ia langsung saja memotong ucapan anak baru itu.
"Udah gak papa! Gue tau kok!" selanya
Adelio makin was-was. Apa Auristela tau kalau ia menyamar? Tapi sahabatnya sendiri saja tidak mengenalnya masa dia...
"Citra gue seburuk itu yah? Sampe anak baru aja udah tau gue!" ucap Auristela lalu menengadahkan kepalanya, tersenyum kecut.
Adelio terdiam. Ia tidak menyangka akan ucapan cewe di depannya ini.
Entah kenapa tiba-tiba hatinya terenyuh. ia menangkap raut sedih dari cewe di depannya ini. Ia merasa orang-orang salah menilai cewe ini.
Auristela punya hati, hatinya bukan batu! Dia juga bisa peduli dengan orang lain. Dia juga bisa merasa sedih terus-menerus dicaci seperti itu.
Pasti hatinya tambah sakit saat tau bahwa ia, yang notabennya menyamar menjadi anak baru juga sudah menyangkanya seperti anak-anak lainnya.
Auristela meluruskan kembali kepalanya. cewe itu makin tersenyum kecut saat melihatnya yang malah hanya terdiam. Dia menghela nafas.
"Hahaha! Lupain aja! Kenapa gue mikirin itu kan? Bukannya gue Gadis Berhati Batu?Udahlah lo istirahat aja! Gue juga mau tidur!" ucap Auristela mencoba biasa saja.
Auristela termenung. Kenapa akan dirinya? Kenapa seakan-akan ia akan menunjukan titik lemahnya pada anak baru di hadapannya? Kenapa ia juga harus peduli saat anak baru itu terluka tangannya? Ada yang aneh dengan dirinya! Mungkin karena terlalu stres mendapat cacian terus-menerus.
Auristela hendak membaringkan tubuhnya namun sebuah suara mengintrupsinya.
"Kamu juga masih punya hati. Kamu cuman menjalankan peran kamu seperti yang mereka bilang. Mereka gak tau kamu, mereka cuman menilai tanpa mau memahami! Buat kamu juga merasa percuma kalau kamu mau meluruskan mereka. Karena mereka lebih percaya apa yang mereka dengar dan lihat tanpa mau tau kebenarannya gimana."
Entah dorongan darimana Adelio mengatakan itu semua. Ia juga tidak menyangka bisa mengatakan kata-kata itu, bahkan menggunakan kata "Kamu" bukan "Lo" padahal ia akan mengira akan sulit mengatakan itu, ternyata mudah saja mengatakan itu di depan cewe ini.
Auristela tersenyum mendengar itu,
senyum yang bahkan sudah lama tidak ia tunjukan.
Entah mengapa hati Adelio berdesir saat melihat senyum itu, jujur ia mengakui Auristela cantik! Banget malah. Terlihat saat mengobatinya sedekat tadi. Dan sekarang ia melihat senyum itu, bahkan dari jarak yang tidak terlalu jauh ini. Manis! Satu kata untuk Auristela sekarang. Walaupun itu hanyalah sebuah senyum tipis.
"Siapa nama kamu?" tanya Auristela
menjulurkan tangannya.
Entahlah, Auristela jadi ikut-ikutan menggunakan "Aku-kamu"
Adelio menatap uluran tangan itu.
Ia biasanya risih menyambut tangan cewe-cewe fans-fansnya, tapi entah kenapa pada Auristela, ia dengan senang hati menyambutnya.
"Lio! Adelio!"
"Nama yang indah!" puji Auristela.
Adelio tersenyum. Di saat cewe lain menghina namanya, hanya Auristela yang memujinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments