Besoknya, Lisa pun bangun agak kesiangan karena malamnya ia harus begadang, merapikan semua barang bawaannya. Lisa memang paling tidak suka dengan keadaan kamar yang berantakan.
"Neng, udah bangun belum?" Teriak Mamah dari luar.
"Udah, Mah. Ini mau mandi." Sahut Lisa yang kemudian menguap. Lalu gadis itu pun beranjak menuju kamar mandi.
Seperti biasa, Lisa akan menghabiskan waktu setengah jam untuk bersemedi di kamar mandi. Setelah puas, ia pun menyudahi rutual mandinya dan langsung ganti pakain santai.
"Masak apa, Mah? Harum banget." Lisa pun mengintip ke dapur di mana Mamah Endang masih sibuk memasak.
"Biasa, masak nasi goreng kesukaan Abah kamu."
"Owh... kok porsinya banyak banget sih?"
"Lah, kan sekarang nambah kamu. Balum lagi nanti Ray juga pasti ke sini dan nanyain nasi goreng."
"Emang iya Ray sering ke sini minta nasi goreng?" Lisa masih tidak percaya dengan perkataan Mamahnya.
"Kalau gak percaya tunggu aja beberapa menit lagi. Dia pasti datang sama Abah kamu."
Lisa pun cuma manggut-manggut. Ia sangat penasaran dan akan menunggu kehadiran anak tampan itu.
Benar saja, beberapa menit kemudian suara menggemaskan anak itu terdengar di halaman depan. Sepertinya anak itu sedang mengobrol dengan Abah.
"Kakek, aku ke sini mau minta nasi goreng lagi. Habis nasi goreng buatan Nenek enak banget."
Abah tertawa renyah. "Ya sudah, ayok masuk."
Lisa yang sedari tadi mengintip pun berlari kecil menuju dapur.
"Ngapain lari-lari?" Tanya Mamah yang teryata sudah selesai masak. Bahkan Lisa mengekori Mamahnya ke sana kemari.
"Mah, Pak Erkan sering main ke sini gak?" Lisa pun malah balik bertanya.
"Jarang sih, paling juga datang kalau mau jemput Rayden."
"Owh."
Tidak lama Abah dan Rayden pun datang.
"Pagi... Nenek, Kakak cantik." Sapa anak tampan itu tersenyum begitu manis.
Ya ampun, jadi pengen peluk. Batik Lisa.
"Pagi juga cucu tampan, Nenek. Pasti pengen nasi goreng lagi ya?"
"Kok Nenek tahu sih?"
"Ketebak, tuh udah bawa piring doraemon."
Rayden pun tertawa kecil. Dan itu sangat menggemaskan bagi Lisa.
"Sini biar Kakak ambilin. Rayden duduk di sini ya." Kali ini Lisa ikut nimbrung. Bahkan ia membantu Rayden naik ke atas kursi. Lalu ia pun ikut duduk di sebelah Rayden.
"Terima kasih Kakak cantik. Seneng deh sekarang ada Kakak cantik. Jadi Ray gak kesepian lagi. Kapan-kapan... Kakak main ya ke rumah Ray. Di sana ada kolam renang loh."
Lisa tertawa renyah. "Di sini juga kan banyak kolam, tapi kolam ikan." Candanya yang berhasil mengundang tawa lucu Rayden.
Lisa pun mengusap kepala Rayden lembut. Seketika tubuh anak itu menegang. Sebenarnya ia paling tidak suka orang lain memegang kepalanya dan akan langsung marah jika ada yang melakukan itu. Tetapi kali ini ia sama sekali tidak marah, justru merasakan sesuatu yang aneh.
"Kak, cobak elus kepala Ray lagi." Pinta anak itu.
"Eh?"
Karena Lisa tak kunjung menyentuhnya, Rayden pun mengambil inisaitif untuk meraih tangan Lisa dan mengeluskan sendiri ke kepalanya. "Ray senang kalau di elus sama Kakak."
"Tumben, biasanya juga marah-marah kalau di pegang kepala." Sindir Mamah.
"Tangan Kakak cantik enak, Nek. Ray suka di elus kayak tadi."
"Dasar." Mamah pun tersenyum geli.
"Makan yang banyak, supaya cepat besar." Lisa pun menuangkan nasi goreng ke piring kesayangan anak itu.
"Ray kan udah gede, Kakak. Papa bilang tahun depan Ray udah bisa masuk sekolah."
"Oh ya?"
"Iya, Ray jadi gak sabar mau sekolah."
"Ya udah, cepat dimakan. Supaya Ray jadi anak pintar."
"Ini sosis telur mata sapinya." Mamah Endang pun memasukkan sosis mata sapi ke piring Rayden. Lisa sempat tertegun karena Mamah benar-benar memperlakukan Rayden seperti cucunya sendiri. Dari cara Mamah menyiapkan semuanya, sepertinya Mamah sudah tahu apa saja yang disukai Rayden.
"Rayden itu seneng banget sama yang namanya sosis dan telur. Makanya Mamah gabungun aja. Biar double, hehe."
Lisa menggeleng pelan mendengar Mamahnya itu. Kemudian ia pun ikut sarpan dengan lahap karena perutnya memang sudah keroncongan.
****
Saat ini Lisa dan Rayden sedang asik memancing di pinggiran empang. Rayden terlihat menyangga dagu dengan kedua tangannya sambil menunggu pancingnya disambar ikan. Anak itu sangat menggemaskan.
Lisa yang melihat itu tersenyum geli.
"Ray, Papa kamu gak mau main ke sini?" Tanyanya iseng.
Rayden pun menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada pancingnya. "Papa itu selalu sibuk, Kak. Setiap hari mainnya depan laptop terus. Makanya Ray bosan, untung ada Nenek."
Lisa pun manggut-manggut. "Papa kan sibuk biar dapat uang. Nantinya buat jajan Ray juga kan?"
"Heem." Rayden mengangguk kecil. Tidak lama pancing miliknya pun disambar ikan. Sontak anak itu pun heboh.
"Kakak... bantu Ray tarik pancingnya. Angkat-angkat. Aaa... akhirnya Ray dapat ikan." Seru anak itu heboh sendiri. Padahal yang narik pancingnya Lisa juga.
"Yeyeye.... ikannya besar-besar."
Lisa tertawa geli. "Heboh banget sih."
"Ray senang tahu dapat ikan."
"Iya... iya... ayok duduk lagi. Nanti kecebur bisa berabe."
"Kakak pasang lagi umpannya ya? Ray bantu doa aja."
"Idih... masih kecil aja udah licik."
"Biarin, woeee." Rayden menjulurkan lidahnya pada Lisa. Kemudian menyemplungkan pancingnya lagi ke dalam kolam.
"Oh iya, Ray. Udah lama pindah ke sini?" Tanya Lisa yang sebenarnya tak cocok ditanyakan pada anak kecil. Tetapi dia kan keponya kelewatan.
"Belum." Jawab anak itu apa adanya.
"Emang kapan Ray sama Papa pindah ke sini?"
"Gak tau, pokoknya udah lama."
"Lah, tadi katanya belum. Sekarang jawab udah lama. Dasar anak kecil." Gumam Lisa kesal sendiri.
"Kakak ngomong apa?"
"Enggak kok, cuma kesel aja pancing Kakak gak ada ikan yang nyangkut."
"Pasti Kakak gak baca doa kan?"
"Emangnya mancing ada doanya?"
Rayden pun manggut-manggut. "Gini nih doanya biar Ray kasih tahu. Ikan kecil ikan besar, yang kecil mundur yang besar makan."
Lah... kok kayak gak asing lagi doanya?
"Siapa yang ngajarin?"
"Kakek."
"Owalah... pantes aja." Gumam Lisa lagi. "Iya deh, Kakak coba baca doanya. Ikan kecil ikan besar, yang kecil mundur yang besar makan."
Dan benar saja, tidak lama dari itu pancing Lisa pun bersambut. "Yey... ternyata ampuh juga doa si Abah."
"Lain kali jangan lupa doanya, supaya ikannya dapat banyak."
"Iya bawel." Lisa pun tersenyum senang karena sudah dapat ikan yang lumayan besar. "Nanti kita panggang deh ikannya. Suka ikan panggang gak?"
"Suka."
"Dicocol sama sambel kecap, beuh... nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?"
Rayden terkikik geli. Entah mengerti atau tidak apa yang dikatakan Lisa. Yang penting saat ini mereka kelihatan happy.
Saat sedang asik-asiknya memancing sambil bercanda ria. Erkan pun datang untuk menjemput Rayden.
"Ray." Panggil lelaki itu yang berhasil menyita perhatian keduanya. Sontak Lisa pun langsung bangun dari duduknya.
"Eh? Ada Pak Erkan. Mau ikut mancing juga?" Tanya Lisa basa-basi.
"Enggak, mau jemput Ray."
"Owh... tapi Ray kayaknya masih seneng main."
"Sudah waktunya tidur siang."
"Owh... gitu ya."
Wah... Papa yang perhatian ya? Mau juga dong tidur di dongengin sama pangeran tampan kayak gini. Tanpa sadar Lisa mesem-mesem sendiri. Menbuat Erkan heran sendiri.
"Ayok pulang, Ray." Ajak Erkan yang berhasil menarik Lisa keluar dari imajinasinya. Dan tanpa sadar ia berdiri terlalu pinggir. Karena merasa malu, Lisa pun sedikit bergerak mundur dan....
Byur....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Julia Juliawati
mending setengah jam. ada yg mandi smpe dua jam. ntah apa aj yg di gosok
2025-03-04
0
Nur rahmayana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣jatoh khan
2022-09-28
1
Pretty Angelia Hutagalung
🤣🤣
2022-05-29
0