Kilau sinar wajah sang rembulan menghiasi permadani langit di jam enam petang ini. Lingga berdiri di depan jendela kamar, mendongakkan kepala sembari menikmati segala keindahan yang tersaji. Pastinya masih sambil menunggu kepulangan sang suami.
Hari ini tepat hari ketiga Heru tidak pulang ke kediamannya. Terlalu fokus dengan persiapan untuk mengembalikan batu yang dibawa oleh Banyu, membuat Lingga sedikit lupa bahwa sudah tiga hari Heru tidak pulang dan kini setelah ingatan itu kembali pulih, ia berencana akan segera menyelesaikan segala kepelikan yang ada di dalam rumah tangannya ini. Entah penyelesaian seperti apa yang akan ia tempuh. Namun apapun itu, Lingga sudah mempersiapkan diri untuk hal terburuk yang mungkin saja terjadi.
"Aku merasa mas Heru memang memiliki wanita simpanan di luar sana. Dan mengapa perasaanku mengatakan orang itu adalah mbak Ningrum? Tapi apa mbak Ningrum setega itu menghancurkan rumah tangga adiknya sendiri?"
Lingga membuang napas sedikit kasar. Ia melapangkan dada untuk bisa menerima segala sesuatu yang akan ia hadapi. Semua hal bisa saja terjadi termasuk sang kakak yang merebut Heru dari sisinya.
Sudahlah Ling, jangan terlalu kamu pikirkan perkara itu. Biarkan saja jika memang mereka memiliki sebuah hubungan. Toh, seandainya kamu bercerai dari Heru tidak akan ada kerugian yang kamu dapat. Kamu masih suci, belum terjamah sama sekali. Kamu bisa menghidupi dirimu sendiri dengan berjualan jamu. Memiliki uang simpanan dan berpuluh-puluh ayam yang bisa menjadi rintisan usaha baru. Kehidupanmu pastinya akan jauh lebih bahagia dari sebelumnya.
Entah bisikan dari mana, namun ada saja salah satu sudut hati Lingga yang membisikkan kata-kata itu. Untaian kata yang serasa membuatnya yakin untuk melepaskan sesuatu yang memang tidak pantas untuk ia genggam. Hidup sendiri ataupun bersuami rasa-rasanya sama saja karena sejauh ini hanya dibelenggu oleh rasa sepi. Bahkan ia harus hidup di atas kakinya sendiri tanpa pernah mendapatkan nafkah yang layak dari sang suami.
Lingga mengayunkan tungkai kakinya untuk menuju ke arah ranjang. Ia duduk di tepi ranjang itu dengan tatapan sedikit menerawang. Tak ingin larut memikirkan perihal Heru, kini ia mencoba untuk fokus dengan apa yang harus ia persiapkan untuk menolong sukma Banyu yang saat ini masih terperangkap di dimensi lain.
Ia kembali beranjak dan membuka almari pakaiannya. Ia merogoh sesuatu yang berada di bawah tumpukan baju-baju miliknya. Dan terlihat sebuah bingkai foto telah berada di dalam genggaman tangannya. Lingga kembali mendaratkan bokongnya ke tepian ranjang dan melihat dengan lekat gambar yang terpampang di dalam bingkai itu.
"Pak, gunung merupakan tempat yang sangat aku takuti karena gunung lah aku harus kehilangan Bapak di saat aku masih membutuhkan Bapak untuk berada di sampingku. Menjagaku, merawatku, dan melihatku tumbuh dewasa. Namun lusa aku harus melakukan pendakian itu untuk menolong sukma seseorang yang terjebak di dunia lain. Apakah aku bisa melakukannya, Pak?"
Tanpa terasa, bulir bening menetes dari sudut mata Lingga. Melihat wajah sang ayah yang nampak gagah dengan pakaian khas pendakinya sungguh membuat jantungnya berdenyut nyeri. Kejadian di sepuluh tahun silam seakan kembali berputar-putar di dalam ingatannya, dimana sang ayah yang merupakan seorang pendaki dan saat itu melakukan pendakian solo untuk terakhir kalinya harus mengalami kecelakaan. Dan sampai saat ini jasad sang ayah masih belum ditemukan.
Dua minggu tim SAR mencoba untuk melakukan upaya pencarian. Hingga tiba di batas waktu yang telah ditetapkan, pencarian itu dihentikan. Sang ayah dinyatakan telah hilang dan tidak terselamatkan.
Sejatinya, Lingga bisa menerima dengan ikhlas jika sang ayah memang telah tiada. Sedangkan yang masih memberatkan hatinya sampai saat ini hanyalah satu hal, dimana jasad sang ayah tidak ditemukan sehingga ia dan keluarga tidak bisa menguburkannya secara layak. Bahkan Lingga pernah meminta kepada Tuhan seandainya jasad sang ayah tidak ditemukan cukup ia dipertemukan dengan tulang-tulangnya saja. Meskipun hanya tulangnya, setidaknya ia bisa menguburkan sang ayah dengan layak. Namun sayang, sepuluh tahun berlalu tulangnya pun tidak ditemukan.
Lingga menyeka air mata yang semakin mengalir deras. Meski ada rasa takut yang menyelimuti namun ia berupaya untuk melawan semuanya. Banyu memang harus segera ditolong sehingga pemuda itu bisa segera kembali pulang ke dalam dekapan keluarga besarnya. Karena, sungguh sangat menyakitkan ketika harus kehilangan salah satu anggota keluarga ketika melakukan sebuah pendakian terlebih raganya tidak ditemukan.
.
.
. bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
JANGAN2 TU SUKMA YG DIJUMPAI BANYU, SUKMANYA BPK LINGGA, DN JASAD YG SDH JDI TULANG BLULANG, DN TRTIMBUN BATU ITULH JASAD BPK LINGGA
2023-12-09
1
Fitriyani
jgn2 sosok yg ktmu banyu,roh nya bpk lingga...🤔
2022-10-30
1
⨀⃝⃟⃞☯æ⃝᷍𝖒 𖣤᭄Mamakeᶬ⃝𝔣🌺
takdir namanya ini y bapaknya lingga bawa banyu ketemu lingga dan melalui banyu die minta tolong ditemuin tulang tulangnya supaya dikuburkan secara layak
2022-05-23
0