Lingga meletakkan tenggok berisi botol-botol jamu di atas amben yang berada di beranda. Ia kunci pintu rumah dan ia letakkan kunci itu di bawah tikar yang melapisi amben ini. Sesekali Lingga membuang napas sedikit kasar. Semalaman ia menunggu kepulangan sang suami, namun pada kenyataannya hingga saat ini lelaki itu tak kunjung kembali. Ada sedikit rasa kecewa yang menyelinap di dalam hati, namun Lingga hanya bisa pasrah akan kondisi rumah tangga yang ia jalani ini.
"Semangat Lingga. Jangan jadikan mas Heru pemupus semangat untuk melanjutkan hidupmu. Ingat, kamu wanita tangguh. Kamu bisa hidup mandiri."
Lingga sibuk menyemangati dirinya sendiri. Untuk kali ini, perkara ikan asin tidak akan ia perdulikan lagi. Entah memang beraroma ikan asin atau hanya sekedar alasan sang suami agar tidak menjamahnya, sungguh ia tidak perduli. Saat ini, Lingga harus mengubah haluan. Mulai bekerja keras untuk mengumpulkan pundi-pundi uang agar nantinya ia memiliki pegangan jika pada akhirnya takdir menggariskan pernikahannya dengan Heru harus kandas di tengah jalan. Namun Lingga setidaknya bisa sedikit bernapas lega, karena ia memiliki uang simpanan yang sama sekali tidak diketahui oleh Heru.
Lingga mulai menggendong tenggok berisikan botol-botol jamu itu, dan perlahan mengayunkan tungkai kakinya untuk mulai berkeliling berjualan jamu.
"Jamu .... jamu... Jamunya Bapak, Ibu. Ada kunyit asam, ada beras kencur, uyup-uyup, rapet wangi, galian singset. Monggo-monggo mumpung masih anget."
Suara khas Lingga mulai menggema. Seperti biasa, jika wanita itu sudah menjajakan jamu gendongnya, beberapa tetangga mulai keluar rumah untuk membeli dagangan Lingga. Benar saja, kumpulan ibu-ibu mulai keluar dari rumah masing-masing dan mendatangi Lingga.
"Lingga, aku mau jamu!"
"Aku juga Ling!"
"Aku juga!"
Lingga tersenyum lebar kala melihat kumpulan ibu-ibu mulai mengerumuninya. Ia hentikan turunkan dagangannya di sebuah pos siskamling dan untuk bisa melayani para ibu yang sudah mengerumuninya.
"Sini, sini Bu, Ibu... Kita duduk di sini." Lingga duduk di pos siskamling dan menyiapkan beberapa batok untuk ia gunakan sebagai gelas.
"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Tumben sedikit terlambat kamu, Ling. Biasanya jam setengah enam sudah berkeliling. Ini jam enam baru keluar?" tanya salah seorang ibu yang nampak sudah sangat tidak sabar begitu untuk menikmati jamu buatan Lingga.
"Maaf ya Bu, saya memang sedikit kesiangan. Oh iya, Ibu ingin minum jamu apa?" ucap Lingga dengan ramah.
"Gini loh Ling, beberapa hari ini suamiku mengeluh punyaku tidak menggigit lagi. Sebaiknya aku minum apa ya?" ucap si ibu dengan sedikit curhat.
Mendengar curhatan sang si ibu, membuat Lingga tekekeh geli. Curhatan si ibu ini justru mengingatkannya pada ikan asin yang diucapkan oleh Heru. Ternyata kasus yang dialami oleh si ibu tidak jauh berbeda dengan kasus yang dialaminya.
"Oh, begitu ya Bu? Dipasang gigi buaya saja Bu. Dijamin langsung terasa menggigit," seloroh Lingga dengan gelak tawa yang menggema.
"Ah, kamu ini ada-ada saja Ling. Kalau dipasang gigi buaya pasti milik suamiku seketika putus," timpal si ibu dengan sedikit gemas. Hal itulah yang membuat ibu-ibu lainnya juga turut terbahak.
Lingga mengulurkan satu batok berisikan jamu ke arah si Ibu. "Minumlah ini Bu. Ini ramuan rapet wangi. Setelah minum ini, saya jamin milik Ibu langsung terasa menggigit dan berbau wangi."
"Benarkah? Wah, jika para istri tahu kalau kamu memiliki ramuan seperti ini, mereka pasti tidak akan khawatir suaminya akan mencari selingkuhan, Ling."
Lingga hanya tersenyum simpul. "Semoga ya Bu."
"Ling, aku mau galian singset biar tubuhku ini selalu langsing meski aku sudah lima kali melahirkan," ucap si ibu lainnya.
Dengan hati yang riang, Lingga pun membuatkan ramuan yang diminta oleh sang ibu. "Ini ya Bu, silakan diminum!"
Kumpulan ibu-ibu itu sudah mendapatkan jamu sesuai yang mereka inginkan dan mereka nikmati hingga tandas tanpa bekas.
"Eh Ling, sepertinya semalam aku melihat Heru," ucap salah seorang ibu menyampaikan sebuah berita.
Lingga menautkan pandangannya ke arah sang ibu. "Iya kah Bu? Di mana Bu?"
"Di rumahmu Ling. Di rumah yang ditempati oleh kakakmu, Ningrum!"
Kedua bola mata Lingga membulat sempurna. Berita yang dibawa oleh salah satu tetangganya ini benar-benar membuatnya tertegun dan berdiam diri.
Mas Heru ke rumah mbak Ningrum? Apa yang ia lakukan di sana? Apa mungkin....???
.
.
. bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SLINGKUH MA KK LO TU SI HERU..
2023-12-09
1
Sulaiman Efendy
BAGUS, JGN SAMPE SUAMI LO TAU, UANG ISTRI YG UANG ISTRI.. UANG SUAMI UANG ISTRI..
2023-12-09
1
SEPTi
masih di desa ,masih kental kah dengan yg berbau perdukunan dan lain lainnya ,?
2023-08-21
1