Lingga berjalan menyusuri hutan yang berada di sekitar curug. Salah satu hutan hujan tropis dengan pohon yang rimbun dan heterogen yang menjadi salah satu ciri khasnya. Lingga mencoba untuk sedikit keluar dari area hutan, karena biasanya akan ia temui beberapa penduduk yang sedang mencari kayu bakar ataupun madu dari sarang lebah yang terdapat di hutan ini. Hampir satu jam Lingga berjalan menyusuri hutan hingga pada akhirnya, kedua netranya menangkap bayangan beberapa sosok manusia yang tengah mencari kayu.
"Loh Lingga? Kamu kenapa berada di tempat ini? Apa yang sedang kamu lakukan di sini, Ndhuk?"
Lingga tersenyum lega karena pada akhirnya, ia bisa bertemu dengan Prasojo yang merupakan kamituwo di tempat tinggalnya. Kamituwo hampir sama dengan seorang kepala dusun di mana ia memiliki tugas untuk memimpin sebuah kampung atau dusun.
Sejatinya dipanggil dengan sebutan ndhuk, membuat Lingga merasa tergelitik. Panggilan ndhuk sejatinya hanya pantas untuk perempuan-perempuan yang belum menikah. Sedangkan ia sudah memiliki seorang suami. Rasa-rasanya tidak pantas saja jika dipanggil ndhuk.
"Pak Pras, saya bertemu dengan salah seorang pendaki yang sepertinya jatuh dari curug. Sekarang dia berada di bawah curug dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Bisakah pak Pras membantu saya untuk mengeluarkan pendaki itu dari sana?"
Prasojo dan satu orang temannya nampak saling bertatap netra. Apa yang diucapkan oleh Lingga seperti sangat sulit untuk dipercaya. Bagaimana bisa seseorang masih tetap bertahan hidup setelah jatuh dari curug? Bagi Prasojo dan yang lainnya hal itu merupakan kemustahilan.
"Kamu sedang tidak ngelindur kan Ndhuk? Bagaimana mungkin pendaki itu masih bisa bertahan hidup jika memang jatuh dari curug? Jangan-jangan yang kamu temui itu bukan sosok manusia Ndhuk? Tapi sosok jin yang menjelma seperti manusia?"
"Sebelumnya saya juga berpikir seperti itu Pak, tapi setelah saya mencoba untuk berkomunikasi dengan orang itu, saya semakin yakin bahwa dia manusia seperti kita dan bukan jelmaan jin ataupun makhluk tak kasat mata lainnya."
Melihat ekspresi wajah Lingga, membuat Prasojo dan temannya seakan semakin percaya bahwa yang diucapkan oleh wanita ini tidaklah mengada-ada. Prasojo dan temannya inipun sama-sama menganggukkan kepala sebagai isyarat bahwa mereka bersedia membantu seorang pendaki yang ditemukan oleh Lingga.
"Kamu tadi mengatakan bahwa orang itu tidak dapat menggerakkan tubuhnya, Ndhuk?" tanya Prasojo memastikan.
Lingga menganggukkan kepala. "Iya Pak, dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Saya khawatir dia mengalami patah tulang, sehingga mengalami kelumpuhan."
Prasojo terlihat memutar otak mencari cara agar bisa membawa pendaki itu keluar dari dari sana. Pandangan matanya seakan menerwang hingga pada akhirnya terhenti pada tali yang dibawa oleh Parmin, temannya.
"Min, coba berikan tali tambang itu!" titah Prasojo sembari menunjuk ke arah tali tambang yang berada di atas karung milik Parmin.
"Untuk apa tali ini Pak?" tanya Parmin dengan raut wajah yang dipenuhi oleh tanda tanya namun sambil menyerahkan tali tambang itu.
Prasojo hanya bisa berdecak lirih sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Aku yakin jika dulu sewaktu sekolah, kamu tidak pernah mengikuti kegiatan pramuka, Min. Masa masih harus kamu pertanyakan apa yang akan aku lakukan dengan tali tambang ini?"
Parmin hanya bisa tersenyum kikuk sembari menggaruk ujung hidungnya yang tiada gatal. "Bagaimana saya bisa mengikuti kegiatan pramuka, Pak? Bahkan untuk sekolah saja saya tidak pernah."
Prasojo tergelak lirih, ia baru ingat bahwa Parmin memang tidak pernah mengenyam pendidikan. "Ahahaha iya, aku sampai lupa bahwa kamu memang tidak pernah sekolah Min. Aku beritahu Min, dalam keadaan darurat, tali itu bisa kamu gunakan untuk membuat tandu yang mana bisa kita pakai untuk membawa pendaki itu keluar dari tempat ini. Paham?"
Meski masih diliputi oleh beberapa pertanyaan tentang bagaimana caranya tali tambang ini bisa menjelma menjadi tandu, namun Parmin tetap menganggukkan kepala. Sepertinya, ia tidak ingin dianggap loading lama tentang perkara seperti ini.
"Iya Pak, saya mengerti."
Prasojo menautkan pandangannya ke arah Lingga. Lelaki paruh baya itu hanya tersenyum simpul menangkap sinyal kecemasan yang tersirat di wajah salah satu warganya ini.
"Ndhuk? Kamu baik-baik saja kan? Mengapa kamu terlihat begitu cemas seperti itu? Apakah kamu takut terjadi sesuatu terhadap pendaki itu?"
Lingga terkesiap. Buru-buru ia menggelengkan kepala sebagai pertanda tidak sependapat dengan apa yang diucapkan oleh Prasojo.
"Ah, bukan seperti itu Pak. Lebih baik kita segera ke sana. Saya hanya khawatir jika sampai pendaki itu pingsan lagi."
"Itu namanya kamu mencemaskan lelaki itu Ndhuk," jelas Prasojo sembari terkekeh pelan.
Prasojo mengambil posisi jongkok. Lelaki itu mengambil dua batang kayu kemudian membuat simpul-simpul untuk bisa menjadi tandu. Tak selang lama, tandu darurat itupun jadi dan siap untuk mengangkut tubuh si pendaki.
"Sudah siap. Mari kita tolong pendaki itu!"
.
.
. bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
✨️ɛ.
hil yg mustahal..
2022-11-29
1
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
astaga parmin kog kmu lucu ya
ayo cepatan bantu mas e bapak pras yg terhormat
2022-06-15
0
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Itulah salah satu gunanya ekskul yang jarang dan tidak akan pernah di daptkan di mata pelajaran kelas😁 mantap pak pras😁
2022-05-18
2