Dalam perjalanan, Karin sudah duduk disebelah kemudi dengan percaya dirinya.
Tidak terasa, Raga dan Karin telah sampai di kantor. Semua karyawan maupun staf yang lain sudah mengetahui hubungan diantara keduanya, begitu juga dengan status Raga yang sekarang sudah mempunyai istri.
Tidak ada satupun yang tidak membicarakan Bosnya yang bernama Raga dan sekretarisnya, sama sekali tak ada yang menyukai Karina yang memiliki hubungan dengan Raga, Bosnya sendiri.
"Dih, tidak tahu malu ya, Bu Karin. Padahal si Bos udah menikah loh, masih aja dekatin." Ucapnya sambil berbisik sesudah memberi hormat ketika Bosnya datang.
"Hus! jangan keras-keras, entar ketahuan loh, bisa dipecat nanti." Timpal karyawan yang satunya.
"Memangnya kalian ini belum pada tahu?"
"Tahu apaan?"
"Hem, makanya punya sosmed itu di pake untuk mencari informasi, bukan untuk diabaikan. Kalian tahu? istrinya Bos Raga itu, buruk rupa. Makanya, Tuan Raga tetap berpaling dengan Bu Karin." Jawabnya menjelaskan yang sesuai berita yang diterima.
"Apa! seriusan? entar jatuhnya menjatuhkan nama baik loh, bisa berabe."
"Kalau kamu tidak percaya, cari saja beritanya." Ucapnya yang malas menunjukkan bukti yang didapatkan.
"Kerja, kerja, kerja, kenapa kalian masih disini? kembali ke tempat kalian masing-masing." Ucap seseorang yang juga bagian anggota karyawan di kantor keluarga Dirwagana.
"Ya, Pak, ya." Jawabnya dengan serempak, dan kembali ke tempat kerjanya masing-masing.
Sedangkan didalam ruang kerja Raga, kini ada Karin yang menemaninya.
"Sayang, memangnya kamu akan memberi kejutan apa sih untukku? jangan bikin aku degdegan dong." Tanya Karin yang sudah tidak sabar menunggu kejutan dari Raga, kekasihnya.
"Kamu akan diberhentikan menjadi sekretaris-ku, ini sudah menjadi keputusan dari orang tuaku, dan aku tidak bisa untuk mempertahankan kamu untuk tetap berada di kantor ini." Jawab Raga.
"Apa! maksud kamu, aku di berhentikan untuk jadi sekretarismu? tidak, aku tidak percaya. Aku yakin jika kamu sedang mengerjai-ku, ya 'kan?"
Masih tidak percaya, bahkan Karin merasa sedang dikerjain oleh kekasihnya sendiri.
"Benar sekali, bahwa kamu dipecat. Asal kamu tahu, kantor ini sudah tidak membutuhkan kamu dari dulu. Karena keras kepalanya putraku, kamu masih bisa duduk dan menjabat sebagai sekretarisnya. Tetapi tidak untuk sekarang, bahwa kamu bukan lagi sekretaris putraku." Sahut Tuan Hamas dengan posisi tegas
Bagai mimpi buruk, Karin merasa terhina dan tidak ada nilai baiknya di hadapan Tuan Hamas maupun Raga yang ia ketahui kekasihnya yang setia. Tetapi rupanya Karin telah mendapatkan kekesalan karena Raga sama sekali tidak mempertahankan dirinya, dan juga tidak memilihnya.
Karin langsung menoleh pada Raga, lalu mendekatinya.
"Sayang, ini bohongan, 'kan?" tanya Karin untuk memastikan.
"Maafkan aku, sayang. Bahwa aku tidak bisa mempertahankan kamu. Karena jika aku memilihmu, hidupku akan jauh lebih buruk dari yang aku bayangkan. Jadi, hari ini juga kita putus." Jawab Raga dengan keputusan yang diambil.
Entah hanya sebatas pura-pura, Raga mencari titik aman agar dirinya tidak diabaikan oleh orang tuanya. Tentunya, semua akan jatuh ke tangan adiknya yang bernama Lindan jika dirinya telah menentang orang tuanya sendiri.
Karin yang mendengar keputusan dari Raga, hatinya teramat sakit melebihi luka yang berdarah.
Raga sendiri tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan untuk memohon pada ayahnya saja tidak mampu, lantaran dirinya sendiri lebih memilih jabatannya yang sekarang dari pada harus memilih kekasihnya yang hanya menang kecantikannya saja, tidak untuk kekayaan, pikir Raga yang tidak munafik jika dirinya sangat membutuhkan pekerjaan.
"Sekarang juga, bereskan barang-barang kamu di kantor ini. Ingat, jangan pernah datang untuk menemui putraku. Jika sampai ada bukti, tidak segan-segan untuk memberi pelajaran kepada kamu." Ucap Tuan Hamas mengusirnya.
Karin yang merasa malu karena Raga tidak peduli dengannya, secepatnya segera mengemasi barang-barangnya untuk dibawa pulang dan pergi tanpa berpamitan karena merasa harga dirinya direndahkan.
Semua karyawan yang melihat Karin keluar dari ruang Raga dengan membawa barang-barang miliknya, semua kembali saling berbisik dan penasaran dengan apa yang terjadi pada Karin.
Saat ada yang menyeletuk, semua beropini jika Karin telah dipecat. Satu per satu semuanya mengejek, sepertinya dulu saat Karin menyombongkan diri ketika diterima menjadi sekretaris dan dijadikan kekasihnya.
Kalimat demi kalimat yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran Karin, serasa hatinya terbakar yang menyala-nyala dan terasa sangat panas. Bahkan, otaknya saja terasa mendidih.
Sedangkan di ruang kerja, Raga tengah berhadapan dengan sang ayah.
"Bagus, Raga. Papa harap, ini bukan sandiwara kamu untuk tetap bertahan memimpin di kantor ini. Jika sampai Papa dapatkan kebohongan darimu, secepatnya kamu harus hengkang dari kantor ini dan juga dari rumah utama." Ucap Tuan Hamas yang tak lepas untuk memberi ancaman kepada putranya.
Raga yang tidak punya pilihan, akhirnya menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa dirinya menyetujui perintah dari ayahnya.
"Baiklah, hari ini Papa sudah putuskan untuk memilih siapa orangnya yang akan menjadi sekretaris kamu."
"Terserah Papa, siapapun yang akan sekretaris-ku tidak ada masalah bagiku."
"Doni yang akan menjadi sekretaris kamu." Ucap Tuan Hamas.
Raga terkejut dan tidak pernah menyangkalnya, jika Doni yang akan menjadi sekretaris barunya.
"Doni anak buah-ku, maksudnya Papa?"
Tuan Hamas mengangguk.
"Pa, mana bisa Doni menjadi sekretaris-ku. Papa jangan ngada-ngada."
"Kenapa? kamu meragukan kemampuannya? sejauh mana kamu mengenalnya? Papa rasa kamu mengenalnya hanya sebatas anak buah, tetapi bukan pada ininya." Kata Tuan Hamas sambil menunjuk pada bagian kepala yang dekat dengan pelipisnya, tentu saja mengarah pada kepintarannya.
"Selamat pagi, Tuan. Perkenalkan, saya Doni Nugraha yang akan menjadi sekretaris Tuan Raga. Maaf, sekarang saya sudah dibawah kendali Tuan Hamas dan tidak lagi menjadi orang suruhan Tuan Raga." Ucap Doni yang langsung memperkenalkan diri dengan penampilan yang terlihat tidak kalah tampannya dengan Raga.
Bahkan, sikap dan caranya berbicara sudah berbeda dengan Doni yang dikenal Raga.
Sungguh seperti mimpi di siang bolong, ketika melihat dunia orang yang dikenalnya berubah drastis.
Raga benar-benar tidak pernah menyangkal, jika Doni yang ia kenal hanya menjadi orang kepercayaannya dan juga sekaligus orang suruhan yang paling handal, dan kini tiba-tiba menjadi sekretarisnya.
"Baiklah, Papa pamit. Bekerjalah dengan fokus, karena kesuksesan butuh orang yang benar-benar menjadikan dirinya menjadi seorang yang menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin." Ucap Tuan Hamas yang tidak lupa memberi pesan baik untuk Raga dan Doni sekretaris barunya.
Tanpa menjawab, Raga hanya mengangguk.
"Ah ya, hampir saja lupa. Buat kamu Doni, selain menjadi sekretarisnya Raga, kamu diperintahkan untuk mengawasi apa yang dilakukan oleh Raga." Ucap Tuan Hamas memberi pesan pada Doni.
Raga melotot saat dirinya yang harus diawasi, benar-benar membuat Raga bagai dalam pengawasan ketat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
♕𝒴𝓾𝓛 🐍👏꧂
wkwkwkwk bye2 karina... semoga beneran ya raga.. awas klo macem2.. 🤣🤣🤣
2022-05-15
1