Karena sebuah perdebatan, Raga sampai lupa untuk mendapatkan jawaban mengenai siapa yang membuat sarapan pagi.
Pekerjaan yang tidak bisa ditunda, secepatnya harus selesai dalam waktu dekat, Raga maupun Lindan dibuatnya sibuk.
Setelah selesai sarapan pagi, semua kembali ke kamarnya masing-masing untuk bersiap-siap berangkat kerja dan melakukan aktivitas.
.
.
.
Didalam kamar, Leyza hanya diam sambil memperhatikan suaminya yang tengah bersiap-siap berangkat kerja. Ingin membantu mengenakan dasi dan jam tangan saja tidak berani, merasa dirinya tak dianggapnya ada. Suaminya sendiri saja tak menghiraukan keberadaan sang istri, tentu saja bak patung hidup dan juga sebagai istri pajangan semata.
Karena tidak ingin berdiam diri di rumah tanpa kegiatan, Leyza akhirnya memberanikan diri untuk meminta izin keluar.
Dengan percaya diri, Ley mendekati suaminya yang sedang berdiri didepan cermin.
"Bolehkah aku meminta izin darimu?" tanya Ley langsung pada intinya.
Bukan tidak mau memanggil suaminya terlebih dahulu, Ley memang tidak tahu harus memanggilnya dengan sebutan apa.
Raga menoleh pada istrinya.
"Ada apa?" Raga balik bertanya.
"Aku mau izin keluar, bolehkah?" jawab Ley dan kembali bertanya.
"Mau kemana?" tanya Raga tanpa menatap wajah istrinya, pandangannya kearah cermin sambil menyisir rambutnya.
"Ke tempat dimana aku memberi materi dan praktek kepada orang yang membutuhkan." Jawab Ley berterus terang, tak ada kebohongan apapun pada dirinya.
"Terserah kamu, hidup-hidup kamu ini. Aku tidak peduli denganmu, lakukan saja sesukamu, tapi tidak untuk menggangguku." Kata Raga dengan entengnya dan tanpa peduli dengan perasaan istrinya.
Ley tidak begitu menanggapi ucapan suaminya yang asal keluar dari mulutnya. Tujuan dirinya sesuai yang sudah dipikirkan sebelumnya. Tidak perlu merasa sakit hati, tetap bersikap santai dan tenang, pikir Ley sebelum menjadi istri sahnya Raga.
"Terimakasih, aku akan menggunakan waktuku dengan sebaik-baiknya." Ucap Ley dan segera bergegas untuk pergi ke tempat yang biasa dikunjungi.
Karena tidak ingin luka pada wajahnya dapat dilihat banyak orang, Leyza menutupinya dengan make-up nya. Bukan tak percaya diri, takutnya yang melihat akan merasa jijik.
"Percuma saja kamu menutupinya, buruk tetap saja buruk." Kata Raga dengan terang-terangan, Ley tidak menanggapinya.
Tanpa menghiraukan suaminya yang hendak keluar dari kamar, Leyza pun sudah siap untuk berangkat. Kemudian, keduanya segera bergegas keluar dari kamar dan berpamitan.
Pelan-pelan, Raga bersama Ley menuruni anak tangga sampai di ruang keluarga.
"Maaf, maaf." Ucap Lindan yang tanpa disengaja menabrak kakak iparnya.
"Maaf juga, ini juga salahku yang berjalan tidak melihat-lihat." Kata Ley yang juga merasa bersalah.
Sedangkan Raga, sedikitpun tak ada rasa cemburu apapun pada istrinya. Sikapnya tetap cuek dan masa bodoh.
"Benar-benar sangat serasi kalian berdua ini, Mama senang melihatnya." Puji Bunda Yuna pada anak dan menantunya saat mendapati keduanya yang baru saja keluar dari kamar dengan penampilan yang sama rapinya.
"Apa-apaan sih Ma, tidak ada yang serasi diantara kita berdua. Mana ada serasinya, sangat jauh." Jawab Raga yang tak pernah menanggapi dengan baik, selalu memojokkan istrinya.
"Ya sudah ya, Ma. Kalau begitu, Lindan pamit untuk berangkat ke kantor." Ucap Lindan berpamitan lebih dulu, karena tidak ingin waktunya terbuang sia-sia.
"Ley juga ya, Ma." Timpal Ley yang juga ikut berpamitan.
"Kamu mau pergi juga, kemana?" tanya ibu mertua penasaran.
"Ke suatu tempat, Ma. Tidak jauh kok Ma, dari rumah. Namanya Rumah Rintisan, khusus untuk yang membutuhkan modal dan ingin mempunyai usaha kecil-kecilan, Ma." Jawab Leyza dengan jujur.
"Mau berlaga jadi pahlawan kesiangan, kamu? mimpi." Ejek Raga yang tak pernah puas untuk membuat istrinya kesal.
Lindan yang malas mendengar kakaknya bicara, lebih memilih pergi duluan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nanda Afriany
WONDER WOMAN 💪💪
2022-07-01
1
♕𝒴𝓾𝓛 🐍👏꧂
gk sbr nuggu perpisahan mereka.. n ley hdp bahagia.. kwkwkwkw
2022-05-13
0