Datang ke rumah

Disaat itu juga, langkah kaki yang terdengar sangat jelas telah mengagetkan sang pemilik rumah.

"Dari mana saja, kamu? ha! jam segini baru pulang. Mau jadi apa kamu, Raga."

"Semalam Raga itu ketiduran di rumah Doni, Pa."

"Banyak alasan saja, kamu ini. Awas saja, kalau Papa mengetahui kamu bermain perempuan di luaran sana, jangan harap kamu akan sukses."

"Ya ya ya, Pa." Jawab Raga dengan penuh geram.

"Raga, cepetan kamu mandi dan segera ikut sarapan pagi. Hari ini juga kamu akan dipertemukan dengan calon istri kamu." Ucap sang Ibunda ikut menimpali, Raga hanya mengernyitkan keningnya.

"Serius, Ma?" tanya Raga bagai mimpi disiang bolong.

"Ya, serius. Cepetan kamu mandi, tidak pakai lama." Jawab sang Ibu dan meminta kepada putranya untuk segera bersiap siap.

"Ya ya ya, Ma." Kata Raga sambil berjalan menuju anak tangga.

"Lihatlah putramu, selalu bikin geram." Ucap Beliau menunjuk pada istrinya.

"Sudahlah, nanti Raga juga bakal berubah. Lebih baik kita lanjutkan sarapan paginya, Papa harus banyak bersabar untuk menghadapi Raga." Kata sang istri berusaha untuk memenangkan pikiran suaminya.

Sambil menunggu Raga selesai mandi dan bersiap siap, alih alih menikmati sarapan pagi dengan santai tanpa harus buru-buru.

Tidak lama kemudian, Raga sudah terlihat rapi saat menuruni anak tangga. Saat berada di ruang makan, suasana kembali hening. Tidak ada satupun yang berucap, semua sibuk dengan porsi sarapan paginya masing-masing hingga selesai.

"Lindan, Papa tugaskan sama kamu untuk bekerja dengan baik. Ingat, jaga reputasi kamu di Kantor. Jaga pandangan kamu itu, jangan sampai tergoda dengan perempuan yang tidak jelas." Ucap sang ayah memberi pesan kepada putra keduanya, sedangkan Raga yang sedikit tersindir, dirinya hanya bisa diam.

"Ya, Pa. Tenang saja, Lindan akan selalu ingat pesan dari Papa dan Mama." Jawab Lindan dengan santai, tidak lupa juga untuk melirik ke arah sang kakak.

"Dan kamu Raga, ayo kita siap siap untuk berangkat. Hari ini Mama akan mencarikan baju pengantin yang cocok untuk kamu dan calon istri kamu." Ucap sang ibu pada putra pertamanya, Raga membulatkan kedua bola matanya seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Pa, Ma, Lindan berangkat duluan ya." Ucap Lindan berpamitan. "Kak Raga, semoga berhasil." Kata Lindan pada sang kakak.

"Tidak lucu, sudah sana kamu pergi." Usir Raga pada sang adik, Lindan sendiri tersenyum dan segera bergegas untuk pergi ke Kantor.

Kini tinggal Raga dan kedua orang tuanya yang masih di ruang makan, rasa malas kini sudah menguasai Raga untuk menerima ajakan orang tuanya.

"Raga, ayo kita berangkat." Ajak sang ibu, lagi lagi Raga menunjukkan rasa tidak sukanya atas ajakan sang Ibunda.

"Sudahlah, jangan banyak alasan. Ayo kita berangkat, kita sudah tidak ada waktu lagi untuk berdebat." Ucap sang ayah langsung menimpali dah bergegas bangkit dari posisi duduknya.

Begitu juga dengan Raga, dirinya hanya bisa mengikuti apa yang diperintahkan oleh kedua orang tuanya.

Dalam perjalanan, Raga hanya diam sambil bersandar pada jendela kaca mobilnya. Tidak memakan waktu yang cukup lama untuk menempuh perjalanan ke rumah yang akan di tuju, kini Raga bersama kedua orang tuanya telah sampai di halaman rumah yang terlihat sederhana.

"Raga, ayo kita turun." Ajak sang Ibu untuk meminta kepada putranya agar segera turun dari mobil.

"Raga nunggunya di mobil saja lah, Ma." Jawab Raga dengan malas.

"Tidak ada alasan apapun, ayo kita turun." Ucap sang ayah ikut menimpali.

Raga yang tidak mempunyai pilihan lain, mau tidak mau ia mengikuti perintah dari kedua orang tuanya.

"Ya ya ya, Ma, Pa." Jawab Raga dengan malas.

Sambil berjalan, Raga mengamati di sekeliling halaman rumah yang terlihat sederhana itu.

"Permisi ..." ucap kedua orang tua Raga di depan pintu rumah yang terbuka.

"Ya, tunggu sebentar." Sahutnya dari dalam rumah, setengah terburu buru segera menemui siapa orangnya yang datang.

"Tuan Hamas dan Nyonya Yuna, mari silahkan masuk." Ucap pemilik rumah sambil mempersilahkan tamu untuk segera masuk ke dalam rumah, serta untuk mempersilakan untuk duduk. Dengan malas, Raga hanya bisa mengikutinya dari belakang.

"Silahkan duduk, Tuan dan Nyonya, Tuan Muda. Maaf, saya tinggal sebentar untuk memanggil keponakan saya." Ucapnya lagi, kedua orang tua Raga menganggukkan kepalanya.

Karena tidak ingin menunggu lama, dengan cepat segera memanggil seorang gadis yang sudah disepakati sejauh jauh hari dengan Tuan Hamas dan istri Beliau.

Sedangkan Raga dengan santainya duduk disebelah sang ibu, pandangannya mengamati isi ruang tamu. 'Rupanya ini rumah milik gadis cacat itu? rajin juga.' Batin Raga setelah mengamati isi rumah yang ia datangi.

"Maaf, Tuan. Ini Ley, gadis sederhana milik saya. Meski saya bukan orang tua kandungnya, saya sudah menganggapnya lebih dari sekedar anak kandung." Ucapnya dan mengajak Ley untuk duduk, dengan malu malu Ley segera duduk di hadapan kedua orang tua Raga dan pastinya tepat dihadapan Raga.

"Raga, perkenalkan nama kamu, Nak." Perintah dari ibunya, Raga akhirya menurutinya.

"Namaku Raga," ucap Raga sambil mengulurkan tangan kanannya sambil menyebutkan namanya.

"Leyza, salam kenal." Jawab Ley, kemudian keduanya segera melepaskan tangannya masing masing.

Terpopuler

Comments

Ira Wati

Ira Wati

masih nyimak thor😊

2024-07-27

2

Mulaini

Mulaini

Bisa jadi Leyza tidak cacat hehehehe...

2022-05-08

0

♕𝒴𝓾𝓛 🐍👏꧂

♕𝒴𝓾𝓛 🐍👏꧂

issshhh raga ini... jgn gadis cacat sih cuma hnya krn muka... hem.......😢😢😢😢

2022-05-02

0

lihat semua
Episodes
1 Sebuah keputusan
2 Bercerita
3 Datang ke rumah
4 Usai berkenalan
5 Mendapatkan hinaan
6 Berbohong
7 Tidak takut dengan ancaman
8 Pertemuan
9 Bercerita
10 Ketangkap
11 Segala Tuduhan
12 Acara dimulai
13 Bertemu lagi
14 Pulang ke rumah
15 Sebuah Perintah
16 Sangat Terkejut Melihatnya
17 Berdebat antara kakak dan adik
18 Selalu dihina
19 Curiga
20 Kejutan yang tidak disangka
21 Pengakuan
22 Cemburu
23 Emosi yang meluap
24 Menolak
25 Berterus terang
26 Meminta maaf
27 Tidak disangka
28 Kebenaran terungkap
29 Berusaha merayu
30 Hampir saja
31 Permintaan yang tidak diterima
32 Pamit pergi
33 Keputusan yang sudah bulat
34 Pertemuan
35 Makan bersama
36 Rasa ingin tahu
37 Ingin mengetahui kebenaran
38 Kebenaran dan bukti
39 Tidak bisa berkata apa-apa
40 Penuh semangat
41 Mendapatkan saran
42 Bertemu
43 Berdebat
44 Mendapat sial
45 Merasa sangat cemburu
46 semakin kesal melihatnya
47 Ketakutan
48 Takut sesuatu
49 Ingin tahu
50 Merasa lega
51 Mengajak jalan-jalan
52 Memberi syarat
53 Merasa bahagia
54 Ada yang cemburu
55 Keputusan yang sudah bulat
56 Datangnya masalah
57 Ikut cemas
58 Di rumah sakit
59 Meminta waktu
60 Bercerita dengan teman sekolah
61 Khawatir
62 Kegagalan
63 Mengharapkan sesuatu
64 Kesengajaan
65 Perpisahan di bandara
66 Terjadi sesuatu
67 Khawatir dengan keadaan
68 Pertemuan di rumah sakit
69 Pengakuan
70 Tidak sabar
71 Pulang
72 Permintaan yang aneh
73 Janji dan pengakuan
74 Tidak ada yang tahu
75 Merasa malu
76 Di pecat dan ucapan selamat
77 Kebahagiaan yang sempurna
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Sebuah keputusan
2
Bercerita
3
Datang ke rumah
4
Usai berkenalan
5
Mendapatkan hinaan
6
Berbohong
7
Tidak takut dengan ancaman
8
Pertemuan
9
Bercerita
10
Ketangkap
11
Segala Tuduhan
12
Acara dimulai
13
Bertemu lagi
14
Pulang ke rumah
15
Sebuah Perintah
16
Sangat Terkejut Melihatnya
17
Berdebat antara kakak dan adik
18
Selalu dihina
19
Curiga
20
Kejutan yang tidak disangka
21
Pengakuan
22
Cemburu
23
Emosi yang meluap
24
Menolak
25
Berterus terang
26
Meminta maaf
27
Tidak disangka
28
Kebenaran terungkap
29
Berusaha merayu
30
Hampir saja
31
Permintaan yang tidak diterima
32
Pamit pergi
33
Keputusan yang sudah bulat
34
Pertemuan
35
Makan bersama
36
Rasa ingin tahu
37
Ingin mengetahui kebenaran
38
Kebenaran dan bukti
39
Tidak bisa berkata apa-apa
40
Penuh semangat
41
Mendapatkan saran
42
Bertemu
43
Berdebat
44
Mendapat sial
45
Merasa sangat cemburu
46
semakin kesal melihatnya
47
Ketakutan
48
Takut sesuatu
49
Ingin tahu
50
Merasa lega
51
Mengajak jalan-jalan
52
Memberi syarat
53
Merasa bahagia
54
Ada yang cemburu
55
Keputusan yang sudah bulat
56
Datangnya masalah
57
Ikut cemas
58
Di rumah sakit
59
Meminta waktu
60
Bercerita dengan teman sekolah
61
Khawatir
62
Kegagalan
63
Mengharapkan sesuatu
64
Kesengajaan
65
Perpisahan di bandara
66
Terjadi sesuatu
67
Khawatir dengan keadaan
68
Pertemuan di rumah sakit
69
Pengakuan
70
Tidak sabar
71
Pulang
72
Permintaan yang aneh
73
Janji dan pengakuan
74
Tidak ada yang tahu
75
Merasa malu
76
Di pecat dan ucapan selamat
77
Kebahagiaan yang sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!