Malu, itu sudah pasti. Sebisa mungkin Leyza untuk menepis pikiran kotornya, dan mencoba untuk bersikap biasa-biasa saja seperti suaminya yang juga terlihat sangat acuh padanya.
Saat sibuk menutupi lukanya dengan make up, tiba-tiba Raga sudah berada di dekat istrinya dengan posisi membusungkan badannya. Tinggal saling menoleh saja, keduanya dapat berci*uman bibir.
Karena tidak ingin mendapatkan resiko dan akan mendapat hinaan sebagai perempuan murahan, Leyza sama sekali tidak menoleh pada suaminya. Dirinya tetap fokus menatap lurus pada cermin sambil mengolesi bagian pipi yang sebelah, yakni yang terdapat luka dimasa lalunya.
"Buruk rupa, tetap saja tidak akan pernah terlihat cantik walaupun kamu sudah menutupinya dengan make-up kamu ini." Ucap Raga dengan berani mengejek serta menghina istrinya sendiri.
Ley yang mendengar penghinaan dari suaminya, hatinya begitu terasa dongkol. Bahkan, ingin rasanya menamparnya dengan kuat hingga kedua sudut bibirnya pecah.
"Sudahlah, jelek tetap saja jelek. Percuma saja kamu tutupi luka kamu itu, yang ada akan bikin orang sakit hati setelah melihat wajah cantikmu yang palsu itu." Ucap Raga dengan terang-terangan.
Ley langsung berdiri dan menatap wajah suaminya dengan tatapan penuh kebencian, seakan dirinya begitu hina dihadapan suaminya hanya karena wajah yang tidak sempurna.
"Mau apa, kamu? wajah kamu itu tidak ada cantik-cantiknya sama sekali, jangan sok cantik jadi perempuan. Seharusnya kamu itu beruntung dan bersyukur, karena masih ada aku yang mau menikahi kamu. Tapi sayangnya, aku tidak tertarik denganmu." Ucap Raga dengan sengaja untuk membuat istrinya kesal dan segera pergi dari kehidupannya.
Tentunya, Raga sangat menginginkan istrinya yang lebih dulu meminta untuk bercera. Dengan cara seperti itu, Raga dengan mudahnya untuk menyingkirkan istrinya.
Saat itu juga, keduanya dikagetkan dengan suara ketukan pintu.
Raga dengan santainya, langsung membuka pintunya.
"Ada apa?" tanya Raga.
"Maaf, Tuan. Nyonya meminta Tuan Dan Nona untuk segera turun, Beliau mengajak sarapan pagi." Jawabnya dengan sedikit menunduk.
"Ya, sebentar lagi kita akan segera turun." Kata Raga, dan kembali menutup pintu kamarnya lagi.
"Cepat kamu bersiap-siap, semua sudah menunggu di ruang makan." Perintah Raga dengan acuh.
Bahkan, dirinya lebih dulu turun ke bawah. Sedangkan Leyza sendiri lebih memilih untuk menyusul suaminya, lantaran hati dan pikirannya masih belum bisa untuk diredakan karena sebuah penghinaan dari sang suami yang begitu menyakitkan.
Berawal ingin mengabaikannya, tetapi hati dan pikirannya belum bisa untuk bersatu.
Raga yang seperti tidak memiliki kesalahan pada sang istri, dengan santainya duduk dan meraih piring yang sudah tersedia porsi untuk sarapan pagi.
"Mana istri kamu, Raga?" tanya sang ibu ketika mendapati putranya hanya sendirian saat keluar dari kamar.
"Masih dandan di kamar, Ma. Biasalah, namanya juga mempunyai wajah yang buruk, tentu saja sangat lama untuk menutupi lukanya agar tidak kelihatan." Jawab Raga dengan entengnya.
Lindan yang mendengar ucapan dari kakaknya, langsung menoleh padanya. Begitu juga dengan kedua orang tua Raga, benar-benar tidak menyangka dengan apa yang sudah di ucapkan oleh putranya.
Tanpa disadari, Leyza sudah berdiri di belakangnya. Raga masih terus menghinanya, Leyza tertunduk sedih dan segera duduk di sebelah suaminya. Mau bagaimanapun, Leyza istri sahnya.
Bukannya terkejut atau merasa bersalah atas ucapannya barusan, Raga tetap cuek saja. Seolah-olah dirinya tak mempunyai kesalahan apapun pada istrinya.
Lindan yang mendapati sikap kakaknya yang begitu tidak enak untuk dilihat maupun didengar ucapannya, seakan ingin rasanya memarahinya.
"Raga! jaga ucapan-mu itu, jangan sampai akan menjadi bumerang diri kamu sendiri." Bentak dari ayahnya sendiri yang begitu geram saat mendapati putranya seperti bukan orang yang berpendidikan.
"Dengar itu, Raga." Timpal sang ibu ikut bicara.
"Tidak apa-apa kok, Ma. Leyza sadar diri, memang beginilah keadaannya dengan kondisi yang tidak sempurna." Timpal Leyza pada ibu mertuanya.
"Sudahlah Ma, aku laper dan ingin sarapan. Sudah tidak sabar untuk menikmati sarapan pagi buatan Mbak Yana, sepertinya bikin nagih nasi gorengnya." Ucap Raga yang malas untuk membahas tentang istrinya dan memilih untuk segera sarapan.
Bunda Yuna yang juga malas berdebat dengan putranya, memilih mengiyakan apa yang diucapkan oleh Raga.
Sebelum menikmati sarapan paginya, Bunda Yuna meminta maaf terlebih dahulu pada menantunya, Leyza.
"Leyza, maafkan Raga ya, Nak." Ucap Ibu mertua yang mewakili putranya untuk meminta maaf atas kesalahan yang sudah menyakiti hatinya.
"Tidak apa-apa kok, Ma." Jawab Leyza dibarengi dengan senyum untuk tidak menunjukkan kekesalannya terhadap suami.
Tidak ingin sarapan pagi menjadi hambar, Tuan Hamas maupun istri dan kedua putranya serta menantunya bernama Leyza memilih untuk sarapan pagi daripada berdebat.
Saat menyuapi satu suapan kedalam mulutnya, tiba-tiba terhenti saat Raga fokus mengunyah makanannya.
"Tumben sekali masakan Mbak Yana benar-benar sangat enak dan bikin nagih, biasanya juga biasa aja." Ucapnya lirih sambil menikmati makanannya.
"Sepertinya ini masakan orang yang berbeda, aku sangat paham dengan masakan Mbak Yana." Timpal Lindan ikut berkomentar, tatapannya mengarah pada kakak iparnya.
"Sok tahu, kamu." Kata Raga dengan tatapan sinis pada Lindan, sedangkan istrinya memilih diam dan menikmati sarapan paginya.
"Sudah, sudah, kalian berdua tidak perlu untuk berdebat. Lebih baik tanyakan aja langsung sama Mbak Yana, benar atau tidaknya. Tapi sebelumnya, kita selesaikan dulu sarapannya." Ucap Ibunya yang berusaha untuk menjadi penengah kedua putranya.
Raga maupun Lindan hanya bisa nurut dengan apa yang diperintahkan oleh ibunya.
Dengan lahap karena ketagihan, Raga dapat menghabiskan sarapan paginya lebih dulu. Berbeda dengan Lindan, justru dirinya benar-benar menikmatinya dengan beberapa kunyahan baru ia telan.
Tidak cukup hanya menikmati sarapan paginya, justru Lindan berkali-kali memperhatikan kakak iparnya tanpa sepengetahuan Raga.
'Aku yakin jika yang membuat sarapan pagi adalah istrinya kak Raga, siapa lagi kalau bukan dia.' Batin Lindan sambil mengunyah makanan dan memperhatikan kakak iparnya.
Tak disengaja, rupanya Raga mendapati adik laki-lakinya tengah memperhatikan istrinya yang sedang menikmati sarapan pagi.
Karena Raga sendiri sama sekali tidak ada cinta untuk istrinya, sedikitpun Raga tidak ada rasa apapun.
"Kalau kamu naksir dengan perempuan buruk rupa ini, secepatnya aku akan menceraikannya."
Kalimat sombong, pun dengan entengnya telah diucapkan oleh Raga. Bahkan, didekat istrinya sendiri.
"Hati-hati kalau bicara, jaga etika kamu, Kak Raga. Di sebelah Kakak ada seorang istri yang kapan saja bisa berubah jauh dari perkiraan Kakak sendiri. Ingat, jangan sampai Kak Raga menyesalinya." Sahut Lindan dengan santai, ucapannya terdengar penuh ancaman.
Raga yang mendengarnya, telinganya terasa panas.
"Aku tidak takut dengan ancaman kamu." Ucap Raga dengan berani, seolah benar-benar menerima tantangan dari adiknya.
Leyza yang mendengar pengakuan dari suaminya, hatinya terasa sangat dongkol. Benci, tidak ada gunanya dan hanya akan menyakiti dirinya sendiri.
"Sudah! hentikan perdebatan kalian berdua. Dan kamu Raga, ingat baik-baik pesan dari Papa." Ucap Tuan Hamas memberi sebuah peringatan untuk putranya.
Raga tetap bersikap santai, seolah-olah tak 'kan pernah mendapatkan kesialan apapun pada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Nanda Afriany
kekny...S Leyza deh yg selamatan ortu Raga. makany ortu Leyza meninggal 🤔🤔
2022-07-01
1
Nanda Afriany
😠😠😠
2022-07-01
0
♕𝒴𝓾𝓛 🐍👏꧂
lindan aja deh yg jd suaminya ya thorrrr...
biar jd bumerang sndri bwt ragaa...
ley jgn maafin dy yaaa yg mulutnya lgs ceplas ceplossss.... ckckckck
2022-05-13
0