Admadewa Grup
Pukul 2 siang
2 hari sesudahnya
****
Sejak pembicaraan terakhir bersama Leo, Samuel disibukkan dengan segala kegiatannya tentang perusahaan. Kabar pertunangannya pun menjadi sorotan utama para akun gosip dan stasiun berita di seluruh dunia.
Seperti sekarang ini, di depan perusahaan Admadewa telah berdiri berjejer para wartawan. Mereka melakukan tugasnya meskipun tak mendapatkan hasil apa pun sejak dua hari yang lalu. Samuel memang sangat pintar mengelabui mereka hingga sampai detik ini pun sosok tampan itu tak terlihat batang hidungnya.
"Apa tuan muda belum datang? Aku sangat lelah."
"Aku belum mandi sejak dua hari yang lalu karena tak ingin melewatkan berita panas ini."
"Kau benar. Aku bahkan harus menahan diri untuk tak pergi ke kamar mandi."
Para wartawan terlihat mulai mengeluh dan putus asa. Besok adalah hari pertunangan Samuel dan Finna. Siapa yang tak mengenal kedua sosok itu? Nama dan wajah mereka selalu terpampang indah di halaman depan majalah.
Mereka rela seharian penuh menunggu kedatangan pria itu, namun yang ditunggu sedang tertidur lelap di dalam kamar yang dijadikan tempat istirahat di ruang kerjanya itu.
Samuel belum lama mengistirahatkan tubuhnya setelah menyibukkan dirinya sendiri agar pikirannya tak tertuju pada Nada yang sekarang sedang membersihkan taman bunga ibunya.
Tentu dia mengetahui apa saja yang dilakukan Nada dari Pak Ujang. Sopir setianya itu sedang menjelma menjadi mata-mata dadakan dengan menyamar sebagai tukang bersih lingkungan di daerah tempat tinggal Nada.
Dret
Dret
Samuel langsung terbangun dan melihat isi pesan dari Pak Ujang. Ia sengaja memberikan nada khusus untuk nomor Pak Ujang sejak 2 hari lalu. Samuel tersenyum senang memandangi sosok cantik yang sedang mencium bunga berwarna merah.
"Cih! Bunga itu terlalu beruntung!" ketus Samuel lalu berbaring kembali sambil menatap lekat layar handphone miliknya.
Ia sangat cemburu pada bunga tersebut yang jelas-jelas tak memiliki salah apa pun. Bukankah itu terlalu berlebihan? Tentu saja. Kalau tak berlebihan, bukan Samuel namanya.
"Sam," panggil Leo yang sudah melangkah masuk ke dalam kamar.
"Ada apa? Kau mengganggu waktuku."
"Cih! Sudah, bersiaplah kita harus pergi ke butik untuk mencoba baju yang akan kau kenakan besok."
Samuel dengan niat yang sangat tak tulus pun akhirnya berdiri dan melangkah pelan mengikuti Leo dari arah belakang.
"Kau lihat. Mereka sedang menunggumu."
Leo berkata sembari menunjuk kerumunan semut di luar sana. Mereka saat ini sedang berada di dalam lift yang dapat melihat seluruh pemandangan di depan kantor, namun sebaliknya orang-orang tak akan bisa melihat dari arah luar.
"Cih, biarkan saja."
.........
Hotel Sky
Kamar 306
21+ yang gak suka bisa skip
****
Suara yang membuat bulu kuduk merinding itu berasal dari sepasang manusia yang sedang melakukan adegan panas di atas ranjang sana. Kamar yang mulanya tertata rapi kini telah luluh lantak akibat pergulatan panas yang mereka lakukan sejak tadi.
Lelaki yang telah berkeluarga itu nampaknya sangat menikmati keindahan tubuh wanita yang sedang berada diatas tubuhnya. Tangannya leluasa bergerak, tak melewatkan satu inci pun tubuh molek dihadapannya termasuk dua gundukan kenyal yang kerap ia rindukan.
Sang pria seharusnya sadar bahwa ia sudah menikah dan mempunyai dua orang anak yang masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ayah, sedangkan istrinya yang saat ini tengah mengandung anak ketiga mereka, tahu bahwa suaminya itu sedang bertugas di luar kota.
Begitu pun dengan sang wanita yang sedang menari indah di atas tubuh lelaki tersebut yang selalu membuatnya puas. Wanita itu tak memiliki rasa bersalah sama sekali setelah menggoda suami temannya sendiri. Ia bergerak bagaikan menunggangi kuda dengan sangat cepat hingga suara leng*han itu semakin menjadi-jadi membuat siapa pun yang mendengarnya akan malu bukan kepalang.
Suasana di sana semakin panas hingga teriakan keduanya mengakhiri sesi panas itu dengan sang pria menyemburkan bibitnya untuk kesekian kali di dalam sana.
"Kau sangat nikmat, sayang," ucap sang pria.
"Hm, kau harus menemaniku sampai besok pagi. Aku akan bertunangan jadi mungkin waktu kita tidak akan terlalu banyak seperti sebelumnya," sahut sang wanita.
"Tentu saja," ucap lelaki itu dengan senyum liciknya.
"Akhirnya, Samuel tunggu pembalasanku," batinnya kegirangan.
Cup
Keduanya semakin larut dalam fantasi liar yang saling bertautan satu sama lain.
Kecupan, suara cecapan dan lenguhan dari keduanya bagaikan sebuah lagu kenikmatan tiada tara yang mereka rengkuh dalam kamar itu.
.........
Kediaman Nada
Pukul 9 malam
****
Nada sedang duduk santai di depan rumah bersama Yuni sambil memainkan handphone dan memakan mangga miliknya, sedangkan Adel sudah kembali ke kediamannya yang jaraknya cukup jauh dari rumah Nada.
"Nada, kau sudah tahu tentang berita yang heboh?"
"Hm."
Nada hanya menjawab datar terkesan cuek padahal dalam hatinya ia sudah sangat ingin berteriak kesal entah karena apa.
Yuni pun akhirnya tak membahas lagi dan melanjutkan mengemas bungkusan kue yang akan dijual besok di toko mereka yang ada di Pasar Senen. Keduanya larut dengan kegiatan masing-masing sebelum mobil yang sudah Nada tahu siapa pemiliknya, berhenti di sisi jalan depan rumahnya.
Nada menahan nafas dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang sekarang seperti ingin meloncat dari tempatnya, sedangkan Yuni langsung melangkah masuk ke dalam rumah.
Kini Samuel tengah berdiri tepat di hadapan Nada terlihat biasa saja atas kemunculan mendadak pria itu. Setelan jas yang berantakan dan rambut yang acak-acakan semakin menambah keseksiannya.
"Apa kau sudah sehat?" tanya lelaki itu.
"Ah ... i-iya, Pak."
"Vio, panggil aku Vio."
"Ah, iya. Aku sudah lebih baik, Vio. Ada apa kau ke sini malam-malam begini?" tanya Nada mempersilahkan Samuel untuk duduk.
"Aku hanya ingin memastikan sesuatu ... apa kau sudah berpacaran dengan Leo?" tanya Samuel tak mengalihkan tatapannya sedari tadi. Ia sangat menyukai ketika Nada memanggilnya dengan sebutan itu.
"I-itu ... hm ... ya, kami sudah memutuskan untuk berpacaran," ucap Nada santai, namun entah kenapa hatinya terasa sakit. Ia sudah menerima Leo ketika lelaki itu menghampiri dirinya di rumahnya.
Samuel seketika terdiam. Ia berusaha menunjukkan wajah datarnya, namun bahasa tubuhnya justru berkata lain. Badannya mulai bergetar dan pandangannya mulai tak fokus karena menahan semua rasa sakit itu seorang diri.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Nada khawatir.
Pertanyaan itu sontak membuat Samuel tersenyum hangat. Mungkin bagi orang lain, pertanyaan tersebut hanya sekedar rasa simpati. Namun baginya, itu adalah salah satu bentuk perhatian Nada. Ya, walaupun hanya sedikit atau bahkan dia yang salah mengartikan.
"Apa kau tahu besok aku akan bertunangan?"
Nada hanya menjawab dengan anggukan kepala saja lalu suasana menjadi hening seketika. Hanya terdengar suara dari dedaunan pohon yang saling bergesekan karena tertiup angin yang cukup kencang, namun itu tak membuat Samuel merasa kedinginan sama sekali. Hatinya bahkan sudah terlalu biasa menerima kenyataan yang membuat dirinya diterjang rasa menggigil sejak 13 tahun yang lalu.
"Apa kau memiliki perasaan padaku? Sedikit saja?"
Akhirnya, pertanyaan yang sedari dulu ingin Samuel tanyakan, terlontar pada malam itu. Wajah tampannya terlihat menegang disertai semburat kemerahan terpampang jelas di sana. Samuel menggenggam erat pegangan kursi yang didudukinya karena jawaban Nada akan menentukan tindakannya selanjutnya.
Samuel memang sudah mengetahui dari Leo tentang hubungan keduanya, namun ia ingin mendengarnya sendiri dari mulut wanita itu. Dia pun menyadari bahwa dirinya lah yang membukakan jalan bagi Leo dan Nada, namun bukankah manusia adalah makhluk hidup yang pada dasarnya memiliki sifat paling egois? Kembali bersikap seperti itu mungkin tak masalah, pikirnya.
Nada terdiam cukup lama dan sebelum ia menjawab, bunyi pesan masuk pun terdengar dari handphone miliknya yang ternyata dari Leo. Seketika Nada langsung menggigit bibir bawahnya dan menatap kembali ke arah Samuel yang masih menunggu jawabannya dengan tatapan penuh harapan.
"Tidak," ucap Nada datar lalu melangkah masuk dengan sangat cepat dan mengunci pintu rumahnya.
Deg
Samuel terdiam membisu dan memegang dadanya yang terasa sangat sakit. Ia menoleh ke arah pintu sana dengan nafas yang kian berat dan mata yang berkaca-kaca.
Cukup lama dia menunggu di luar sana berharap agar Nada datang menghampirinya lagi. Mungkin bisa saja dia menerobos masuk, namun dia bukan lelaki yang kurang ajar. Samuel selalu mengutamakan etika jika bertamu di rumah orang.
Lelaki itu kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan perlahan menuju mobil. Dia sama sekali tak menoleh ke arah belakang karena itu hanya akan menambah rasa sakit dalam hatinya. Terlalu sakit hingga pandangannya kian memburam diiringi dengan isakan kecil yang tertahan. Tangannya terkepal sangat kuat seolah mencari kekuatan, namun nyatanya rasa sakit itu tertancap semakin dalam.
Sekali lagi, Samuel harus menerima kenyataan pahit malam itu. Bisa saja ia membatalkan pertunangannya dengan Finna dan membawa Nada pergi sejauh mungkin. Namun, Samuel adalah lelaki yang bertanggung jawab dan penuh perhitungan.
Bukankah menilai lelaki yang baik adalah dari rasa tanggung jawabnya? Walaupun bagi Samuel sendiri, dirinya harus menerima kekalahan lagi dan lagi.
Sedangkan wanita yang sejak tadi berdiam diri di balik jendela sana, berusaha menahan langkah kakinya agar tak berlari menerjang sosok tegap itu yang sedang berjalan menundukkan kepalanya. Terlihat jelas bahwa lelaki itu sangat rapuh dan terluka.
"Maafkan aku ..." ucap Nada lirih.
****
..."Tuhan, kenapa kau tak pernah berpihak kepadaku? Kau tahu, aku harus terluka lagi setiap harinya. Tanpa henti, tanpa istirahat."...
...- Samuel Oktavio Admadewa -...
...♡♡♡♡...
🤧🤧🤧🤧🤧🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
tria sulistia
kak caca udah aku kasih bunga...
2022-05-17
1
tria sulistia
tiiiidaaaakkkk... aku tim nada vio
2022-05-17
1
tria sulistia
wah kebangetan nih lakik...
2022-05-17
1