Plak
Nada memegang pipinya yang terasa kebas. Sekuat tenanga ia menahan laju air mata yang hampir mengalir di pipinya. Ini sangat sakit karena untuk pertama kalinya Steve menampar wajahnya.
"Nad, papa ..."
Nada buru-buru pergi dari rumah dan disusul Adel yang khawatir jika Nada bertindak bodoh.
"Paman, kau sangat keterlaluan!" sarkas Leo yang langsung menyusul langkah Adel mengejar Nada.
Hanya tersisa tiga orang di ruang makan itu. Yuni menangis dan memukul pelan dada Steve yang merasa sangat bersalah. Sedangkan Samuel sejak tadi hanya diam dengan rawut wajah mengerikan. Mata tajamnya seolah menghakimi sepasang pasutri di depannya itu.
"Sekali lagi kau memukulnya, kupastikan akan membalasmu berkali-kali lipat, Paman."
Glek
Steve merinding mendengar suara kelam Samuel kali ini. Dia hanya bisa menunduk dan mengucapkan maaf sejak tadi. Ia terlalu terbawa emosi karena dirundung rasa khawatir yang terlalu berlebihan untuk sang putri.
"Aku pergi." Samuel langsung pergi menuju ke tempat Nada setelah mendapatkan pesan dari Leo.
...***...
"Kau baik-baik saja?" tanya Adel pada Nada yang hanya tersenyum. Mereka duduk di taman yang tak terlalu jauh dari rumah Nada. Suasana begitu sepi. Hanya terdengar suara air mancur yang menjadi penenang bagi mereka.
"Kau yakin dengan pilihanmu ini?" tanyanya lagi.
"Ya, tentu saja. Apa kau meragukanku?"
"Ah, tidak. Bukankah sudah aku katakan bahwa aku selalu mendukungmu?" tanya Adel yang hanya dijawab kebisuan oleh Nada.
Mengingat kejadian tadi, Leo yang baru sampai di taman mencoba memberikan saran kepada Nada untuk bekerja di perusahaan Samuel yang kebetulan juga sedang membuka lowongan pekerjaan.
"Kau bisa menabung untuk membangun restoran yang kau impikan dari dulu, Nad." Adel berusaha menyakinkan untuk meneriwa tawaran tersebut yang dirasa sangat pantas diterima.
"Akan aku pikirkan dulu."
"Tapi, sebentar lagi lowongannya akan segera ditutup. Kalau kau tak cepat, maka orang lain yang lebih dulu mengambil posisi itu," sahut Leo yang sudah ikut duduk di samping Nada.
"Sudah, kau terima saja ... apa kau tak ingin mendapatkan penghasilan? Tak mungkin juga kau hanya mengambil kursus dan tak memiliki pemasukkan, bukan?" tanya Adel ikut menimpali.
Melihat Nada yang masih diam memikirkan, akhirnya Samuel ikut angkat bicara setelah sejak tadi hanya berdiri di belakang Nada dan memandangi ketiga orang itu, "Kau akan magang dulu selama 3 bulan dan jam kerjanya hanya sampai pukul 2 siang. Sisa waktunya kau bisa gunakan untuk keperluan pribadimu."
"Benarkah?"
"Hm."
"Baiklah. Besok aku akan membawa CV milikku."
.........
Sementara itu, Steve hanya diam memandang bunga milik istrinya dari jendela kamar. Ia sangat terluka dengan keputusan Nada. Tak cukupkah selama ini mereka selalu berdebat?
"Sayang, kau mengertilah posisi Nada. Dia juga pasti ingin bisa mengembangkan bakatnya itu."
"Cukup!" geram Steve.
"Aku tak ingin mendengar apapun lagi. Kenapa kau selalu membelanya, hah?! Kau sendiri tahu kalau itu bisa berbahaya baginya! Apa kau tak ingat kejadian ketika dia berumur 10 tahun?!" kata Steve sarkas.
"Aku tahu dan tentu saja aku ingat kejadian itu," balas Yuni yang seketika mengingat peristiwa beberapa tahun lalu.
"Bahkan aku hampir berhenti bernafas karena melihat kondisinya yang sangat memprihatinkan. Tapi sekarang dia sudah dewasa, tentu dia bisa menjaga dirinya sendiri," lanjutnya lagi dengan nada lembut berusaha tak terpancing emosi.
"Dewasa kau bilang?" sahut lelaki itu cepat.
"Umurnya sudah 21 tahun, tapi setiap malam dia selalu memimpikan hal yang sama. Aku bahkan harus selalu menjaganya ketika ia terlelap dan bermimpi buruk!" ujar Steve dengan badan bergetar hebat.
"Apa kau tak memikirkan posisiku juga hah? Apa kau tak memikirkan perasaanku? Apa pun yang terjadi, apa pun kenyataannya dia tetap putri kecilku yang harus selalu aku jaga," sambungnya lagi dengan isakan kecil mulai terdengar. Dia sangat takut kehilangan Nada karena wanita itu memiliki trauma yang sangat parah sejak kecil. Tentu Steve tak ingin Nada terluka sedikit pun.
"Ma-maafkan aku, sayang."
Yuni berkata dan langsung memeluk Steve yang sudah luruh di lantai sambil menangis tertahan. Biarlah orang berkata bahwa ia bukan ayah yang baik karena menghalangi cita-cita anaknya sendiri. Orang hanya akan menilai dari cover luar saja tanpa melihat lebih teliti isi di dalamnya.
Ingatannya kembali pada beberapa tahun yang lalu. Ketika adiknya harus meregang nyawa tepat di depan mata kepalanya sendiri sambil memeluk erat seorang gadis cilik yang terluka sangat parah.
"Tolong jaga dia."
Hanya tiga kata itu yang bisa diucapkan adiknya karena kondisi lelaki itu jauh dari kata baik. Sebelum hembusan nafas terakhir, dengan tenaga yang tersisa adiknya pun masih sempat mencium lembut dahi gadis cilik itu.
Steve mencoba meredam semua perasaannya selama ini agar tak ada yang tersakiti. Namun, tanpa ia sadari pilihan yang ia ambil kala itu, membuatnya membenci dirinya sendiri dan menanggung rasa bersalah seumur hidupnya.
Nak, maafkan papa. Batin Steve tanpa sanggup menceritakan yang sebenarnya pada Nada.
Darahmu terlalu kental pada putrimu. Lihatlah, Nada tetap pada pendiriannya mengikuti jejakmu, bahkan ia telah mengidolakanmu sejak kecil tanpa mengenal ayahnya sendiri. Batinnya lagi dengan hati yang teriris.
****
..."Aku tak bisa berhenti berpikir kalau aku membenci diriku sendiri. Bukan, aku benci posisiku di dunia ini."...
...- Anonim -...
...♡♡♡♡...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dewi Payang
Sepertinya sang ayah ada trauma dimasa lalu
2022-08-19
0
Bee mi amore
wkwkwk...saingan berat bebek
2022-07-10
0
Nathasya90
sebenarnya apa alasannya ya
2022-05-30
0