Nada berjalan melewati halaman rumahnya yang terlihat asri di sore hari karena segala macam jenis bunga tertanam indah di sana. Sesekali ia akan melirik ke arah belakang karena Samuel belum melajukan mobilnya. Lelaki tampan itu ingin memastikan Nada telah masuk ke dalam rumah.
"Ya ampun ... tolonglah jantung, seharian ini kau membuatku malu," ucapnya frustasi karena organ dalamnya itu selalu berdetak diluar batas normal jika sedang bersama Samuel.
Ceklek
Pintu rumah perlahan terbuka dan ia buru-buru masuk ke dalam rumah, namun ia mengintip di balik gorden cokelat miliknya untuk memastikan apakah lelaki itu sudah pergi atau belum. Samuel yang memiliki mata setajam silet pun tahu jika Nada sedang mengintip di balik jendela.
"Sungguh lucu," ucapnya tertawa dengan Pak Ujang yang melakukan hal yang sama.
"Nona memang sangat lucu sejak dulu, Tuan. Ia tak pernah berubah," sahut Pak Ujang dari balik kemudi.
"Ya, kau benar. Bukankah dia sungguh unik? Tak akan ada wanita yang seperti dia di dunia ini," ucap Samuel bangga.
Pak Ujang pun membenarkan hal tersebut. Sejak Samuel masih kecil, dia lah orang yang selalu menemani tuannya itu untuk memantau Nada. Ia yang paling tahu, seberapa besar cinta lelaki itu untuk Nada.
"Ayo, kita pergi. Dia sudah masuk." Perlahan, benda mahal itu melaju pergi meninggalkan Nada yang bernafas lega di balik jendela sana.
"Hahh ... syukurlah sudah pergi." Ia tersenyum dan berjalan ke arah kamar orang tuanya, namun tak mendapati seorang pun di sana.
"Sepertinya mereka masih berjualan." Ia pun melangkah masuk ke kamar untuk membersihkan dirinya yang sudah lengket.
.........
Malam hari di kediaman Abiyaksa, terlihat satu keluarga itu sedang menikmati makan malam sederhana mereka.
"Ma, apakah Adel tak datang? Aku menghubunginya tadi, tapi tak dijawab," tanya Nada sambil menikmati tempe gorengnya.
"Kemarin dia bilang akan pergi ke Bandung karena ingin panen mangga," jawab Yuni, "oh iya, Nak. Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" tanya Yuni sembari mengambil lauk untuk suaminya.
"Lancar, Ma. Aku juga tadi sudah mendapatkan kerja sampingan di VC Restaurant," ucap Nada santai.
Steve tak mengeluarkan sepatah kata pun karena ia sudah lelah berbicara perihal tersebut. Toh, bicara juga tak akan didengar, pikirnya.
"Apa kau sanggup melakukan dua pekerjaan sekaligus?" tanya Yuni mewakilkan pikiran suaminya. Tentu mereka berdua khawatir tentang kesehatan Nada.
"Aku harus bisa, Ma. Sekalipun aku tak kuat, aku tak akan menyerah," ucap Nada sambil memegang tangan Yuni yang ia tahu bahwa wanita itu sedang mengkhawatirkan dirinya.
"Sekalipun aku harus merangkak, itu bukan masalah. Ini pilihanku dan aku tahu apa yang harus aku lakukan. Jadi, kalian tak perlu khawatir berlebihan," lanjutnya lagi dengan lembut mencoba memberikan ketenangan.
Steve yang mendengarkan hal itu langsung meninggalkan meja makan dalam keheningan. Lelaki itu masih belum bisa menerima keputusan Nada karena ketakutan yang sangat besar jika kehilangan putrinya.
.........
Keesokan harinya
Admadewa Grup
Pukul 8 pagi
Lobby
****
"Nada!" teriak seorang pria yang berlari ke arahnya.
"Lukas, bisakah kau jangan berteriak seperti itu di kantor? Kau mengundang tatapan orang tertuju pada kita," ucap Nada sedikit kesal.
Ia baru saja menginjakkan kaki di lobby perusahaan, namun langsung menjadi pusat perhatian orang-orang sekitar. Tatapan tajamlah yang jelas ia terima. Tampilannya yang cupu dan juga gosip yang menyebar seperti virus, menjadikan dirinya topik panas seantero perusahaan.
"Hehe ... maafkan aku. Ayo, kita naik."
Lukas menarik tangan Nada menuju lift yang baru saja terbuka. Nada yang tak menyadari tindakan Lukas pun langsung berlari mengekori pria itu karena jam kantor sebentar lagi akan dimulai.
Sedangkan pria yang baru saja sampai, mendapatkan pemandangan yang menyakitkan bagi mata tajamnya di pagi hari. Wajahnya langsung mengeras pertanda lelaki itu sedang menahan rasa kesal dan cemburu yang datang menerjangnya secara tiba-tiba.
"Sial!" umpatnya.
.........
"Nada, setelah pulang nanti bisakah kau menungguku sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Lukas.
Sekarang mereka sedang berada di dalam lift dengan 3 orang yang sejak tadi memandang Nada sinis.
"Maafkan aku. Lain kali saja, ya? Aku akan sangat sibuk mulai hari ini," jawab Nada lembut.
"Cih, lihatlah dia. Dasar menjijikkan. Wanita jelek seperti ini, tapi berani menggoda tuan Samuel!" ucapan sarkas itu datang dari seorang wanita yang berada di dalam lift.
"Kau yang menjijikkan. Dasar penggoda. Lihat saja pakaian yang kau gunakan, apa kau menjual dirimu di kantor?!" sahut Nada tak kalah sarkas. Dadanya sedikit sesak jika membayangkan wanita-wanita itu menggoda Samuel.
"Apa kau bilang? Dasar buruk rupa!" teriak wanita itu lalu melayangkan tangannya ingin menampar pipi Nada.
Sebelum itu terjadi, Lukas sudah menahan serangan itu. Ia membanting lengan itu kasar lalu memandang tajam wanita yang sedang berada di hadapannya yang tak ada cantik-cantiknya sama sekali.
"Argh!"
"Menjijikkan. Dasar kuman, hanya berani menyerang secara berkelompok," ucap Lukas datar, namun tatapannya seakan menelan 3 wanita itu hidup-hidup.
Sontak saja ketiganya ketakutan. Lelaki itu, meskipun berpenampilan sebelas dua belas dengan Nada, namun auranya sangat mengintimidasi. Benar kata orang, jangan menilai seseorang dari cover-nya saja.
"Sudah ... biarkan saja para lumut ini. Masih untung aku tak mengeluarkan senjataku," ucapnya sambil menepuk tas miliknya, "karena kalau dia sudah keluar dari sarangnya, habislah riwayatmu," ucap Nada santai sambil memainkan kuku panjangnya yang dicat warna pink.
Ting
Lift terbuka dan benda besi itu berhenti di lantai 13 yang pertanda akan ada yang masuk. Nada yang tak memedulikan sekitar dan masih terus memainkan kukunya, dibuat terkejut karena hanya dalam sepersekian detik dirinya ditarik keluar dari lift dengan cukup keras.
"Argh!"
Ia berteriak sangat kencang saking kagetnya. Sebelum sumpah serapah ia berikan, ia dibuat tertegun dan diam mematung melihat pria yang akhir-akhir ini mengusik pikirannya sedang memandangnya penuh kekesalan.
Mereka sekarang sudah berada di dalam lift sebelah kanan, khusus untuk presdir. Kejadian yang terjadi sangat cepat itu, membuat Nada linglung seketika. Apalagi sekarang Samuel sedang membersihkan tangan lentiknya menggunakan tissue basah.
Beberapa detik berlalu, akhirnya Nada bisa menguasai dirinya kembali dan mencoba menjauh dari jarak yang seakan mencekiknya. Ia berusaha bersikap tenang meskipun kakinya bergerak gelisah.
"He'em ... apa yang kau lakukan, Pak?" tanya Nada sambil menekan cepat angka 25, sedangkan Samuel hanya diam saja. Namun, tatapan lelaki itu seakan ingin menelannya hidup-hidup.
"Ikut aku ke ruanganku," jawab Samuel datar berusaha menghilangkan kekesalannya.
"Ta-tapi ... ak-"
"Tidak ada bantahan."
Nada menelan ludahnya kasar. Kenapa dia terlihat sangat marah? Apakah aku melakukan kesalahan. Batinnya.
Ting
Samuel langsung menggenggam erat telapak tangan lentik itu dan buru-buru menariknya masuk ke ruangan yang paling besar di lantai 35, sedangkan Nada dibuat terseok-seok karena langkah kaki pria itu sangat lebar.
"Kenapa sih?" Aku salah apa lagi?!" teriak Nada tanpa disadarinya, namun sedetik kemudian ia menyadari hal itu dan langsung meminta maaf.
"Kau sudah berani berteriak padaku, hm?" tanya Samuel semakin merapatkan tubuh keduanya. Mereka sekarang sudah berada di dalam ruang kerja Samuel.
"Ah ... ti-tidak ... maafkan aku," ucap Nada yang langsung menjauh, namun dikejar oleh Samuel.
"Kau harus menerima hukumanku. Kemari kau," sahut Samuel sembari mengejar Nada yang sudah berlari memutari ruangan tersebut. Ruangan yang semula rapih, kini menjadi berantakan karena ulah dua anak PAUD itu.
"Maafkan aku! Argh ... ampun!" Nada berteriak dan tak menghentikan langkah gesitnya.
Sial! Kenapa dia sangat lincah? Batin Samuel tetap mengejar Nada.
Sedangkan Nada yang terlalu bersemangat kabur dari tangkapan harimau itu, seketika terjatuh karena tak memperhatikan langkah kakinya.
"Argh!" teriaknya kencang. Ia menutup matanya sangat erat, menunggu nasib akhir hidupnya.
Eh ... kenapa tak sakit? Ini sangat empuk seperti donat. Batinnya dalam hati.
Deg
Nada menegang ketika mata indahnya terbuka dan tatapannya langsung terkunci dengan sosok tampan di bawahnya itu. Posisi yang sangat intim bagi mereka berdua yang tak pernah dekat dengan lawan jenis.
Bagai terhipnotis, keduanya saling memandang lekat bola mata masing-masing. Samuel pun tak bisa lagi menahan dirinya. Sudah menunggu selama 13 tahun, bukankah waktunya buka puasa?
"Boleh?" tanya Samuel lembut dan sopan.
Nada yang sudah terhipnotis pun tanpa sadar menganggukkan kepalanya, membuat lelaki itu bahagia luar biasa. Perlahan, jarak kedua nya semakin dekat dengan debaran jantung yang sangat kencang bak genderang perang di tempat sunyi itu.
Semakin dekat...
Sangat dekat...
Nafas keduanya semakin memburu. Bisa mereka rasakan hembusan nafas masing-masing. Aroma mint dan mawar yang saling menyatu, menimbulkan wangi yang sangat khas.
Sangat-sangat dekat...
1 cm...
Dan...
"APA YANG KALIAN LAKUKAN???!!!!"
Duarrr...
****
...“Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitik embun yang turun dari langit, bersih dan suci. Jika ia jatuh pada tanah yang subur, di sana akan tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia, budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai terpuji.”...
...- Hamka -...
...♡♡♡♡...
.......
Main tebak-tebakan yuk..
Kira-kira apa ya senjata Nada yang ada di dalam tas?
Siapa yang berteriak?
Komen di bawah ya ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Harmia Taribu
ditasnya Nada ada cabe😀
2022-05-26
1
Senajudifa
aku mampir
2022-05-23
1
Yuni MamaRizky
hadeuhhh dah teganggg malahhhh ada yg ganggu
2022-05-15
2