Nada berjalan ke arah depan gang kompleks rumahnya untuk menunggu ojek online miliknya, sedangkan pria tampan yang sedang memantau dari dalam mobil Range Rover Sport 3.0 HSE hitam di seberang sana, langsung dibuat melongo dengan tampilan wanita itu. Entah bagaimana bisa ia tetap bisa mengenali Nada yang merubah tampilannya. Tak bisa tertipu walaupun ia memandang dari kejauhan sekalipun.
Saat ini, Nada memakai baju berukuran besar bercorak hitam dan putih yang menutupi seluruh tubuh indahnya. Kacamata yang bertengger di hidung mancung mungil itu serta rambut yang dikuncir berantakan, terlihat sangat aneh. Tas selempang putih dan sepatu sneakers hitam menjadi pilihan Nada untuk memperlengkap penyamarannya, entah karena apa.
Beberapa detik kemudian, terdengar percakapan dari kursi belakang mobil yang mana Samuel sedang melakukan panggilan telepon.
"Halo," sahut wanita dari seberang sana.
"Kau bisa datang setengah jam lagi. Tak perlu buru-buru karena aku sedang ada keperluan. Sebelum memasuki ruanganmu nanti, datanglah terlebih dahulu ke ruanganku," ucap Samuel.
"Ah, benarkah?!" pekik wanita itu.
"Hm ... kau berhati-hatilah."
Tut
Nada yang sedang menunggu di pinggir jalan sana dibuat bahagia karena ia tak akan terlambat masuk kantor. Tadi ia sempat bingung melihat nomor baru yang menghubunginya, namun begitu mendengar seseorang dari seberang sana membuatnya tak jadi menanyakan.
Mendengar dari kata pertama yang tadi diucapkan oleh lawan bicara tersebut, membuatnya langsung mengenali siapa pemiliknya seolah suara itu tak asing di telinganya. Terasa dekat, namun tak bisa digapai.
Beberapa saat kemudian, ojek online yang dipesan Nada sudah sampai di depannya dan ia pun bersiap pergi.
"Ikuti motor itu dari belakang."
.........
Admadewa Grup
Pukul 8.10 pagi
****
Nada tengah berada di depan gedung yang sangat tinggi dan memiliki desain modern yang sangat unik. Admadewa Grup adalah perusahaan terbesar di Indonesia yang bergerak dibidang makanan dan minuman dengan luas bangunan 73.000 m2. Perusaahan ini terletak di SCBD Jakarta, tepatnya di Jl. Jend. Sudirman Kav 60.
"Wow, bukankah aku terlihat keren karena menjadi karyawan di sini?" ucap Nada pada dirinya sendiri sambil memperbaiki posisi kaca matanya.
"Semangat Nada! Kau pasti bisa! Kau harus kerja yang rajin demi masa depan kamu sendiri! Kalau bukan kau yang mengubahnya, lalu siapa lagi?!" Nada memberikan semangat pada dirinya sendiri dengan menggebu-gebu.
Ia berjalan masuk ke arah resepsionis dan menjelaskan maksud dan tujuannya. Perusahaan itu terlihat sangat indah karena hampir seluruh bangunannya terbuat dari kaca. Meskipun ini bukan pertama kalinya bagi Nada, namun kesan elegan selalu ia utarakan untuk memuji gedung itu.
"Ayo, ikuti saya."
Di setiap langkah demi langkah kakinya, ia selalu berdoa dalam hati agar diberi kemudahan dan bisa menjalankan tanggung jawabnya dengan baik. Serentetan doa ia utarakan hingga sampailah mereka di depan ruangan yang kemarin ia masuki.
Tok.tok.tok
Pintu paling besar yang terletak di lantai 35 itu perlahan terbuka dan menampilkan sosok gagah yang sedang menghadap jendela. Matanya dibuat silau setelah memandang lelaki di hadapannya ini terlihat semakin tampan. Di mata Nada, punggung lelaki itu mengeluarkan cahaya putih seperti malaikat.
"Kau sudah datang, duduklah."
Di ruangan kerja milik Samuel, kini hanya tersisa dua sosok yang sangat jauh berbeda dari segi penampilan. Mungkin jika ada yang melihat, mereka akan dibuat kebingungan. Bagaimana bisa ada makhluk aneh di dalam ruangan presdir? Namun, tentu pertanyaan itu hanya akan dilontarkan oleh orang-orang yang penuh iri dan dengki.
"Ternyata kau penurut," ucap Samuel datar.
"Ah ya, bukankah ini adalah syarat agar saya dapat bekerja di sini?" balas Nada tersenyum sopan.
"Ya, kau benar."
Mereka akhirnya membahas beberapa perihal tugas dan tanggung jawab yang akan dilaksanakan Nada dalam masa magang.
"Apa kau mengerti?" tanya Samuel.
"Saya mengerti, tapi apakah hanya itu saja pekerjaan saya, Pak? Kenapa rasanya sangat sedikit?" tanya Nada bingung karena tugasnya hanya menyalin laporan ke dalam sistem perusahaan.
"Ikuti saja apa yang aku perintahkan. Satu lagi, kau jangan bersikap formal padaku."
"Ta-tapi itu sangat tak sopan."
"Hanya ketika kita berdua saja, bagaimana?"
"Hm ... ba-baiklah," balas Nada tersenyum grogi.
Selesai dari pertemuan yang mendebarkan tadi, Nada di antarkan oleh Samuel ke bagian keuangan yang berada di lantai 25.
Sepanjang perjalanan menuju lift, kedekatan keduanya mengundang tatapan iri dari beberapa orang yang melihat mereka berjalan bersama. Sejak dulu, mendekati Presdir Admadewa Grup adalah hal yang paling sulit.
Bukan sekali atau dua kali saja lelaki itu memecat para karyawan wanita yang berani menggodanya. Seperti kasus terakhir, seorang karyawan wanita yang berpura-pura terjatuh dan memeluk tubuh unlimited itu, berakhir menjadi bual-bualan seisi kantor setelah Samuel mempermalukannya habis-habisan dan memecatnya secara tak hormat.
"Silahkan masuk, Pak," ucap Nada sopan.
Ia mempersilahkan Samuel untuk masuk terlebih dahulu ke dalam lift di sebelah kiri, sedangkan Samuel hanya diam mematung di tempat. Berbeda halnya dengan orang-orang yang sedang berada di dalam lift, mereka langsung menggigil di tempat karena Samuel menatap mereka bak harimau. Sangat menakutkan.
Ting
Lift di sebelah kanan terbuka dan Samuel langsung menarik lembut tangan Nada agar masuk ke lift itu.
"Eh!" pekik Nada kaget.
"Ini lift khusus untukku. Kau bisa menggunakan ini jika kau sedang buru-buru," ucap Samuel.
Nada hanya tersenyum kikuk dengan debaran jantung yang menggila.
Tahan, tahan. Batin Nada frustasi.
Ting
Pintu terbuka dan menampilkan ruang kerja yang terlihat padat karena sudah memasuki jam kerja kantor.
Kedatangan sang presdir sontak aja membuat Kericuhan terjadi di lantai 25. Sejak Samuel menggantikan posisi ayahnya, lelaki itu tak pernah menginjakkan kaki di lantai lain, selain di lobby dan di lantai 35.
"Perhatian. Mulai hari ini Dianada akan menjadi karyawan di bagian keuangan. Perlakukan dia dengan baik dan jangan menyusahkannya. Apa kalian mengerti?!" ucap Samuel tegas tak ingin dibantah.
"Mengerti, Tuan!" sahut mereka merempak.
"Kau bekerjalah dengan baik. Aku akan kembali ke atas. Kalau ada yang menyusahkanmu laporkan saja padaku. Oh ya, tempat dudukmu di sebelah sana."
"Ba-baiklah," jawab Nada terbata-bata.
Lelaki itu pun berbalik badan dan berjalan kembali ke arah lift meninggalkan Nada yang memiliki beberapa pertanyaan di kepalanya. Kenapa lelaki ini terkesan cuek tapi perhatian sekali padanya? Nada hanya bisa menghela nafas. Sungguh Samuel adalah orang yang paling susah ditebak.
Nada berjalan ke arah meja kerjanya yang ditunjuk oleh Samuel. Nada melirik ke arah karyawan di sana yang memandangnya jijik dan penuh kekesalan.
Bagaimana tidak?
Nada mendapatkan meja kerja yang berbeda daripada yang lain. Meja dan perlengkapan miliknya semuanya berwarna pink dengan kursi empuk berbulu yang sangat halus. Selain itu, jarak antara meja kerja miliknya dengan karyawan lain pun berjarak 5 meter.
Nada menarik nafasnya lembut. Bisa ia rasakan bahwa semua orang sedang memperhatikan dirinya sejak tadi. Bisik-bisik tetangga pun mulai terdengar hingga sedikit mengusik dirinya, namun ia mencoba tak memerdulikannya.
"Tuhan, semoga dengan ini bisa menjadi batu loncatan bagiku menjadi sukses. Bantu dan bimbinglah aku karena tanpa pertolongan-Mu, aku tak akan bisa mencapai apapun dalam hidupku." Nada berdoa dengan sangat sungguh-sungguh sebelum memulai pekerjaannya.
"Dianada Safaluna Abiyaksa, mari kita memulai!" ucapnya penuh semangat.
Beberapa saat kemudian, Nada sudah hanyut pada pekerjaannya. Namun, tepukan di bahunya langsung membuyarkan konsentrasinya.
"Nada? Kau Nada?" panggil orang itu.
****
... "Memperhatikanmu diam-diam, mendoakanmu setiap hari dan mencintaimu secara rahasia."...
...- Anonim -...
...♡♡♡♡...
Translate :
Unlimited \= Terbatas
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yukity
Menghalu sebentar🤔🙈👍🏻😘😘😘
2022-05-24
1
Yukity
wuih,mobilnya😱👍🏻😍
2022-05-24
1
Liliana
ehh siapaaa
2022-05-23
1