Kediaman Admadewa
Pukul 10 malam
Masih di malam Nada pingsan
****
Samuel melangkahkan kaki goyahnya menuju rumah mewah milik keluarga Admadewa. Rumah yang sangat indah, namun hanya terdapat kesepian di dalamnya. Orang tuanya yang sibuk sendiri dan adiknya yang tak kalah sibuk, membuatnya merasakan apa itu kehampaan.
"Sam!" teriak Jasmine melihat Samuel berjalan menundukkan kepala dengan pundak yang turun.
"Sam, bagaimana kondisi wanita tadi? Apa baik-baik saja?" tanya Jasmine dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir.
"Tak perlu menanyakan keadaannya. Bukankah ini yang kalian mau?” ucap Samuel datar lalu berjalan cepat ke arah kamarnya di lantai 3.
"Sam, apa maksudmu?!" teriak Jasmine, sedangkan Adipati hanya diam mengamati. Samuel yang mendengar teriakan itu pun langsung terpancing emosi yang sejak tadi ia tahan.
"Kalian pasti sudah mengenal siapa dia, bukan?! Kenapa kalian melakukan itu padanya?! Kenapa kalian ingin menyakitinya?!"
Samuel menatap tajam ke arah Jasmine dan Adipati yang berdiri gemetar akan kemarahan putra mereka itu. Keduanya bungkam tanpa bisa memberikan alasan yang tepat.
"Apa kalian sadar? Dengan melukainya berarti kalian membunuhku!!" Teriakan penuh kesakitan itu menggema di seluruh pelosok mansion, membuat semua orang prihatin akan nasib lelaki malang itu.
"Kalau kalian memang tak bisa menghargai pilihanku setidaknya jangan kalian muncul di hadapannya!!" Samuel meraung kencang dari atas tangga sana. Ia menangis menyayat hati hingga orang yang melihatnya ikut menangis.
"Apa salahnya kepada kalian?! Dia hanya anak yang tak tahu apa pun!! Kalau bukan karena dirinya, aku sudah tak ada di dunia ini!! Dasar kalian brengsek!!"
Brak
Brak
Samuel meluluhlantakkan semua barang yang ia lihat. Lelaki itu berlari seperti orang gila ke sembarang arah hanya demi menghancurkan barang-barang mewah yang dapat ia jangkau.
"Sialan kalian semua!!"
Semua pelayan yang menyaksikan hal itu pun tahu betapa terlukanya tuan muda mereka yang terkenal arogan dan cuek, namun akan lembut kepada orang-orang terdekatnya, kini menangis hanya demi seorang wanita.
Memangnya pria tak boleh menangisi wanita yang dicintai? Bukankah itu pertanda bahwa lelaki juga menggunakan hati dan bukan logika saja?
"Cherry ... Cherry!!"
Samuel berteriak histeris sembari memanggil nama kesayangan yang ia sematkan untuk Nada sejak kecil. Nama panggilan yang memiliki arti mendalam untuk lelaki yang sudah membenturkan kepalanya di dinding sana.
Brak
"Sam!! Hentikan!!"
Adipati langsung berlari menahan tindakan tersebut meskipun sudah terlambat. Darah bercucuran dari kepala Samuel menambah kesan kesakitan dari wajah yang semula sudah babak belur.
"Pa, a-aku ingin Cherry, Pa!"
"Berikan dia padaku ... kenapa kalian tega melakukan ini?" tanya begitu menghakimi.
"Kalian tahu aku sudah menunggunya sejak lama ... kalau aku menyerah, selamanya dia tak akan bisa mengingatku lagi ...." ucapnya menangis dengan kepala yang sudah berkunang.
Jasmine langsung memeluk anaknya itu dan meminta maaf berulang kali. Meminta maaf kalau keputusan ini yang harus mereka ambil demi kebaikan semua orang.
"Maafkan mama, Sam. Cobalah untuk lebih kuat lagi, hm?"
Kecupan-kecupan hangat itu Jasmine berikan berharap bisa meredakan sedikit rasa sakit putranya.
"Mama tahu kau lelaki yang kuat. Waktu yang akan menjawab semuanya jadi kau bersabarlah," ucap Jasmine lagi sambil menangis.
Jasmine memeluk erat kepala keangkuhan anaknya itu dan mengecupnya berulang kali, sedangkan Adipati hanya mampu terdiam sambil memegang erat telapak tangan Samuel yang tak mendengar apa pun lagi. Lelaki itu hanya diam menatap lurus ke depan, terlihat seperti orang yang tak memiliki harapan hidup.
"Pa, bagaimana ini?" tanya Jasmine sesenggukan.
Adipati tak menjawab dan langsung mengangkat tubuh lemah Samuel dan membawanya menuju kamar.
.........
Di dalam kamar Samuel
"Bagaimana kondisinya, Dok?"
Jasmine bertanya tanpa beranjak sedikit pun dari sisi Samuel yang sudah tertidur lelap. Wajah lelaki itu masih bengkak dan kebiruan, namun itu tak menurunkan kadar ketampanannya sama sekali.
"Luka di bagian kepala tidak terlalu dalam dan sudah saya jahit. Untuk luka memarnya, kalian bisa memberikan obat oles ini untuknya," ucap dokter tersebut sambil menyerahkan obat untuk Samuel.
"Terima kasih."
"Baiklah, saya permisi dulu," ucap sang dokter pribadi keluarga Admadewa itu.
Kini di dalam kamar yang luas dan megah itu hanya tersisa Adipati dan istrinya, sedangkan Samuel terlihat sudah memasuki alam mimpi. Entah apa yang dimimpikan lelaki itu hingga ia tersenyum dalam tidurnya.
"Sayang, apa kita bertindak berlebihan?" tanya Jasmine masih menatap lekat pada wajah putranya.
Adipati langsung duduk di belakang istrinya dan memeluk erat tubuh ramping Jasmine. Meskipun sudah memiliki 2 orang anak, namun pesona wanita itu tak terbantahkan.
Adipati menyandarkan dagunya ke celuk leher yang selalu membuatnya nyaman. Ia menghirup dalam-dalam aroma yang masih sama sejak awal mereka menikah dulu.
"Biarkan saja. Memang takdir mereka seperti ini. Kita tak bisa melawan kehendak Tuhan, sayang," ucap Adipati menarik nafasnya halus.
"Kita hanya bisa membukakan jalan ini untuk mereka meskipun sangat menyakitkan, namun jika berhasil maka semua akan sepadan ...."
"Hanya perlu menunggu sedikit lebih lama lagi dan kita akan mendapatkan hasilnya. Entah itu kegagalan atau keberhasilan, mari kita serahkan semuanya kepada Tuhan, hem?" ucap Adipati lembut dan semakin mengeratkan pelukannya.
Jasmine hanya bisa menarik nafasnya dan menyandarkan kepalanya di bahu suaminya. Pandangannya tak pernah sedikit pun berpaling dari Samuel yang terlihat semakin hanyut dalam mimpinya.
"Apa kau sedang bermimpi indah, hem?" tanya Jasmine lembut sambil mengelus wajah putranya.
.........
💕Mimpi Samuel💕
"Kak Vio!!" teriak gadis kecil yang berlari ke arahnya.
Semua benda yang membalut tubuh mungil itu berwarna pink, membuat gadis itu terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Ditambah, rambut hitam panjangnya yang digerai semakin terlihat indah di mata Vio.
"Cherry! Jangan berlari seperti itu!"
Vio langsung berlari ke arah Cherry dan memeluknya erat. Ia sungguh dibuat jantungan kalau-kalau bocah itu terjatuh. Vio dengan perlahan menurunkan Cherry yang hanya cengengesan saja mendapatkan tatapan tajam darinya.
"Maaf kakak," ucap Cherry dengan puppy eyes andalannya.
Vio hanya bisa menarik nafasnya saja dan mencoba meredam amarahnya dengan mengalihkan pandangan ke arah taman bunga di sana. Mereka saat ini sedang berada di taman belakang restoran milik Vio.
"Kakak," ucap Cherry mendayu-dayu di telinga Vio.
"Apa, hem?"
Vio merapikan rambut panjang yang berantakan itu lalu mengikatnya dengan ikat rambut warna pink yang baru saja Cherry berikan.
"Apa kakak suatu saat nanti akan menikah?" tanya Cherry sambil menatap lekat Vio hingga bocah lelaki itu memerah wajahnya.
"Te-tentu saja. Kalau kakak sudah dewasa, kakak pasti akan menikah dan memiliki anak yang lucu sepertimu," jawab Vio sambil mencubit pelan pipi chubby itu.
"Lalu kakak akan menikah dengan siapa? Apa dengan kakak perempuan yang kemarin mencium pipi kakak?"
"Hei! Tentu saja tidak. Orang itu sungguh gila. Kakak tak mengenalnya, tapi tiba-tiba mencium kakak," ketus Vio kesal.
Ia mengingat kemarin ketika sedang duduk bersama Leo di salah satu sudut restoran, tiba-tiba ada gadis kecil yang mencium pipinya.
"Tapi bukankah kakak itu sudah hamil? Kata orang, kalau sudah berciuman wanita langsung hamil. Berarti kakak harus menikahinya," ucap Cherry polos.
Pppftt
Vio mencoba menahan tawanya, namun ia tak bisa. Bagaimana bisa orang hanya mencium pipinya lalu hamil? Vio memegang perutnya yang sangat sakit karena ulah bocah di sebelahnya. Untung saja taman sedang sepi, pikirnya.
"Benar, kan? Kakak akan menikahinya, kan?" tanya Cherry lagi dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Sontak saja tawa itu langsung ditelan bulat-bulat oleh Vio. Ia tersenyum tampan lalu memegang tangan mungil Cherry.
"Kau masih kecil jadi kau tak akan paham tentang itu. Tapi satu yang pasti, kakak tak akan pernah menikah dengannya, Cherry," ucap Vio lembut.
"Lalu dengan siapa?" tanya Cherry dengan cepat.
"Kalau kakak menikah denganmu nanti, bagaimana?" tanya Vio dengan wajah memerah.
"Hm ... tapi kemarin kak Leo juga berkata ingin menikah denganku. Memangnya aku bisa menikah dengan dua orang?" tanya Cherry kebingungan.
"Tidak bisa! Kau harus pilih salah satu diantara kami," sanggah Vio cepat.
"Hm ... Kalau begitu aku menikah dengan Kak Vio saja soalnya Kak Leo terlalu cerewet," ucap Cherry lucu hingga Vio kembali tertawa.
"Baiklah, kau harus memegang kata-katamu itu. Mengerti?"
Vio bertanya dengan sangat serius kali ini. Tak ada lagi wajah yang penuh senyum itu hingga membuat Cherry langsung menganggukkan kepalanya.
"Anak pintar," ucap Vio disertai senyuman 1000 watt miliknya. Bocah lelaki itu kemudian mengambil sesuai dari saku celananya, sedangkan Cherry yang kepo pun ikut mengintip.
Kotak beludru pink akhirnya Vio berikan kepada Cherry yang diam mematung. Di dalam otak kecilnya, ia tak mengerti apa maksudnya itu.
"Bukalah,"
Cherry membuka benda itu dan matanya langsung membulat sempurna. Sesuatu yang sangat indah itu sungguh menyilaukan mata. Gadis kecil itu menatap Vio lalu menatap isi kotak itu lagi.
"Kakak, ini buat Cherry?"
"Tentu saja. Sini kakak bantu pakaikan, ya,"
Vio mengeluarkan kalung liontin buah cherry warna merah dari tempatnya. Terlihat sangat cocok dikenakan oleh Cherry. Ia sudah lama menyiapkan benda itu, namun belum memiliki keberanian menyerahkannya sendiri.
"Wow ... ini sangat cantik, Kak," ucap Cherry dengan tersenyum lebar, diikuti oleh Vio yang tak kalah lebar.
"Kau harus berjanji untuk menikah dengan kakak suatu hari nanti. Janji?"
Vio mengulurkan jari kelingkingnya dan langsung dibalas Cherry dengan menautkan jari kelingking kecilnya.
"Janji."
****
..."Segalanya tak mungkin disatukan, tapi cinta membuat dua orang berjuang bahkan untuk hal yang mustahil."...
...- Anomin -...
...♡♡♡♡...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Senajudifa
aku mampir ca
2022-05-30
1
Nana
Teori dari mana ni, cherry hahaha, nana mampir kak 😂❤
2022-05-23
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Mengerti.... meski kenyataan belum tentu... sad 😭😭😭
2022-05-17
0