Nada hanya memilih margarin sebagai bahan pelengkapnya. Dengan gesit ia memilih tomat yang ukurannya paling kecil, mencuci bersih, mengeringkan serta mengambil sumpit sebagai pengganti tusuk sate. Ia memanggang di atas kompor dengan api cenderung kecil dan mengolesinya dengan margarin.
Semoga waktuku cukup. Batin Nada sembari sedikit mengintip ke arah lawan yang sudah setengah jalan.
10 menit telah berlalu, kini di atas meja terdapat 7 jenis makanan yang semuanya berbahan dasar tomat. Finna mulai berjalan dan mencicipi makanan tersebut, diikuti manajer restoran, dan Samuel.
"Makanan apa yang kau buat ini?" tanya Finna kepada salah satu kandidat.
"Saya membuat Creamy Tomato Soup, Nona," ucapnya penuh bangga karena hasil masakannya lebih baik daripada yang lain.
"Ini terlihat segar."
Pujian dari Finna sontak embuat kandidat tersebut tersenyum bangga. Namun, ucapan Finna selanjutnya seketika membuat ia diam mematung.
"Tapi ...."
"Untuk membuat Creamy Tomato Soup kau harus memasukkan minimal 5 bahan ke dalamnya agar rasanya balance dan dapat dinikmati," ucap Finna menatap tajam ke arahnya dengan tangan yang bersilang di depan dada.
"Sepertinya kau hanya memasukkan garam dan air saja. Rasanya sungguh aneh. Ini lebih cocok disebut jus tomat."
Ucapan sarkas dari Finna membuat mereka semua diam. Wanita itu memang terkenal sangat teliti dalam hal makanan, hanya saja berbanding terbalik dengan karakter aslinya.
Itulah alasannya, mengapa Samuel masih mempertahankan Finna menjadi kepala chef di sini. Wanita itu memiliki pengetahuan yang sangat banyak. Samuel berharap sifat Finna yang buruk bisa membentuk karakter Nada menjadi lebih kuat.
Manager restoran dan juga Samuel pun memiliki tanggapan yang sama dengan Finna, bahkan saat ini Samuel mengkritik pedas hasil masakan itu.
Kenapa dia juga menjadi juri dadakan? Ya ampun, perkataannya sangat jahat. Batin Nada.
Dia terus memperhatian Samuel yang berkomentar sarkas terhadap beberapa kandidiat yang telah selesai dilakukan penilaian. Kini giliran Nada yang harus dihadapkan pada situasi yang sama. Mereka mulai mencicipi makanan yang Nada hasilkan.
"Kenapa kau membuat hidangan ini?" tanya Finna sambil menatap lekat wajah cupu itu. Ia seperti pernah melihatnya, namun lupa di mana.
"Karena waktunya tak cukup," ucap Nada polos hingga membuat Samuel tertawa. Merasa semua tatapan mengarah padanya, ia pun mencoba bersikap tenang kembali walaupun dalam hati menertawaan kepolosan Nada.
"Tomat panggang, bukan pilihan yang buruk. Meskipun sedikit gosong, tapi itu menambah rasa smokey yang unik," ucap Finna yang masih menikmati.
"Menurutmu, berapa harga yang pantas untuk makananmu ini?" tanyanya lagi, sedangkan Samuel sudah dibuat gugup menunggu jawaban dari wanita itu.
Bisa saja Samuel langsung memasukkan Nada tanpa perlu melalui proses seleksi, namun tentu itu bukan hal yang baik bagi Nada. Ia ingin Cherry nya itu berusaha dengan kemampuannya sendiri, kecuali hal yang menyangkut nyawa wanita itu, tentu ia akan berdiri digarda terdepan.
"Seribu rupiah," ucap Nada singkat.
Semua orang kaget dan terdiam mendengar jawaban tersebut dengan Finna yang diam menatap lekat pada Nada. Mereka semua menunggu alasan dibalik harga tak masuk akal itu.
"Seribu, itu cukup untuk membayar makanan ini ...."
"Tentu itu hanya khayalan kalau disajikan menjadi menu di restoran ini. Sekarang pun tak akan ada restoran mewah yang mau memberikan harga seperti itu karena saya sendiri menargetkan harga itu untuk kalangan bawah yang kekurangan uang," ucap Nada penuh keyakinan.
"Seribu, dan saya akan menambahkan dengan tiga mangkuk nasi," lanjutnya lagi dengan lugas hingga membuat Samuel terpana akan jawaban yang diluar ekspektasinya itu.
Perlahan senyuman Samuel mekar dengan indah. Tentu saja Nada akan berpikir demikian, kenapa dia bisa lupa? 13 tahun yang lalu, Nada kecil pernah berkata akan membangun restoran mewah suatu hari nanti, namun semua menu seharga seribu rupiah.
Ketika ia bertanya alasannya, hanya satu jawaban yang diberikan wanita itu dan langsung membungkam Samuel kecil.
"Aku hanya ingin semua orang bisa memakan masakanku dengan wajah bahagia. Tentang rezeki, itu urusan Tuhan."
Akhirnya, sekali lagi Samuel jatuh cinta pada wanita yang sama. Wanita yang memiliki hati yang sangat baik dan memiliki pesonanya sendiri. Wanita yang menjadi cinta pertamanya dan akan ia pastikan menjadi cinta terakhirnya.
.........
Nada tersenyum bahagia ketika melangkahkan kakinya keluar dari pintu restoran. Ia membalikkan badan dan melangkah mundur untuk bisa melihat gedung mewah itu.
"Aku akan datang lagi besok dengan seragam chef."
Ia berjingkrak layaknya anak kecil sambil memeluk erat setelan baju chef yang baru saja ia terima, sedangkan Samuel terus memperhatikannya dari dalam mobil sana. Lelaki itu bisa sedikit bernafas lega karena rencananya berhasil.
"Tuan, apa kau yakin dengan ini?" tanya Pak Ujang, sopir Samuel.
"Hm ... tentu saja."
Perlahan, ia melangkah mendekati Nada yang sekarang tengah berputar-putar melakukan pose dansa dengan baju tersebut sebagai pasangannya.
Dukk
"Argh!" teriak Nada kaget karena baru saja menabrak seseorang, namun sebelum ia meminta maaf, ia terkejut melihat orang yang ia tabrak adalah Samuel.
"P-pak," ucapnya berbata-bata, "maaf saya tak melihat anda," sambungnya lagi.
"Apa kau akan pulang sekarang?" tanya Samuel datar.
"Ah ... ya. saya pamit du-"
Belum sempat ia menyelesaikan ucapannya, tubuhnya kembali ditarik masuk ke dalam mobil. Kenapa rasanya seperti déjà vu? Rasanya ia pernah mengalami hal serupa, pikirnya. Kembali lagi ia harus mengalah dan menurut pada lelaki keras kepala itu. Nada menarik nafasnya perlahan sebelum membuka suara.
"Pak, kenapa anda belum kembali ke kantor?" Wajar saja Nada berpikir demikian, karena ketika ia dipanggil ke dalam ruangan bersama Finna, ia tak melihat batang hidung lelaki itu.
"Aku menunggumu," jawab Samuel datar.
Deg
Wajah Nada memerah bak kepiting rebus. Meskipun diucapkan dengan nada datar, tapi ia menangkap sebuah perhatian kecil dari kalimat itu. Ia mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup sangat kencang dan menggerakkan kakinya gelisah. Samuel yang melihat bahasa tubuh itu pun tahu bahwa Nada sedang merasa malu. Ia hanya tersenyum dan geleng kepala saja. Memang tak pernah berubah, pikirnya.
Lelaki itu mengantarkan Nada dengan selamat sampai di depan rumah. Perjalanan hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit karena jalanan masih cukup sepi.
"Terima kasih, Pak."
Langkah kakinya tertahan ketika Samuel menahan lengannya. Nada berbalik dan menatap Samuel yang memandangnya lembut.
"Kau lupa satu hal," ucap Samuel masih menahannya.
"Apa?" tanya Nada bingung.
"Bukankah kau berkata tak akan bersikap formal padaku ketika hanya ada kita berdua?" tanya Samuel yang mulai mendekatkan dirinya.
"Ah ... itu ... itu ... ada sopir anda di sini, Pak," jawab Nada semakin gugup karena Samuel semakin mengikis jarak.
"Jangan hiraukan dia. Bersikaplah informal padaku," pinta Samuel.
"Ah, ba-baiklah, Sa-"
"Panggil aku Vio, hanya Vio," potong Samuel.
"Vio?"
****
..."Biarlah rasa ini bersemayam dalam hati. Dan jika kau kembali lalu bertanya padaku lagi. Rasa ini masih sama dan masih menunggumu kembali."...
...- Anonim -...
...♡♡♡♡...
Translate :
Cream tomato soup \= Sup krim tomat
Smokey \= Aroma asap
déjà vu \= Pernah dialami
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
R⃟•Dinaa
😂😂😂sate tomat..
2022-05-29
1
Yukity
membayangkan masakannya😋
2022-05-27
1
El_Tien
banyak sekali akalnya
2022-05-23
1