Kediaman Nada
2 hari kemudian
****
"Nad, apa kau yakin memakai baju ini? Dan kenapa juga harus memakai kacamata? Matamu minus?" tanya Adel beruntun.
Nada membuang nafasnya perlahan sambil memperhatikan penampilannya di depan cermin.
Kalau bukan karena gaji yang ditawarkan, tentu ia akan memikirkan kembali untuk mengambil pekerjaan ini atau tidak. Ia mengingat kejadian 2 hari yang lalu setelah pembicaraan mereka di meja makan, keesokan harinya ia memutuskan mengantarkan CV miliknya ke Admadewa Grup.
"Nona Dianada, silakan ikuti saya," ujar seorang pria yang dibuat gagal fokus oleh bidadari itu.
Nada sedang menunggu di ruang tunggu yang terlihat sangat elegan dan tentu saja ia menjadi santapan lapar para pria dan rasa iri dari para wanita yang melewati tempat itu.
Rok putih selutut, kemeja biru langit dengan taburan mutiara tiruan yang melingkar di kerah kemeja semakin mempercantik dirinya. Kaki jenjangnya dibalut heels putih setinggi 7 cm menambah tinggi badannya yang awalnya hanya mencapai 165 cm. Rambut panjang hitam indah miliknya dikuncir seperti ekor kuda serta tas putih dan berkas miliknya yang ia genggam erat.
Sudah terlihat seperti wanita karir, bukan?
Siapa yang bisa menolak pesonanya?
Jawabannya, tak ada.
"Terima kasih," sahut Nada sopan dengan suara lemah lembutnya.
Tok.tok.tok
Pria itu mengetuk pintu dan perlahan masuk setelah mendengar sahutan dari dalam sana.
"Tuan, Nona Dianada sudah datang."
Lelaki itu berkata sembari mempersilahkan Nada untuk duduk di kursi yang berada di depan meja kerja pemiliknya.
"Hm," sahut datar dari seorang pria yang duduk di bangku kekuasaannya itu.
Eh, bukankah yang mewawancaraiku adalah orang dari HRD? Kenapa malah dia? Batin Nada.
Ia mencoba menutupi kegugupannya, namun entah mengapa setiap kali bertemu dengan ciptaan sempurna dari Tuhan itu, ia seakan berubah menjadi jeli. Bagaimana tidak, sosok lelaki di depannya sangat tampan dengan jas hitam yang melekat indah di tubuh atletisnya.
Poster tubuh tegap dan tinggi sekitar 187 cm, kulit putih bersih, bibir seksi dan merah merekah, alis tebal, tahi lalat kecil yang menempel indah di dagu sebelah kiri, dan juga kaca mata hitam yang bertengger manis di hidung mancung itu.
Eh, tunggu ... kenapa dia memakai kaca mata hitam di dalam ruangan seperti ini? Apa matanya bintitan? Dan kenapa tahi lalat itu terlihat sangat imut sih? Batin Nada.
"IPK 4,00 dan semua nilaimu sangat bagus," puji Samuel pada Nada yang seketika memerah wajahnya.
"Ah ya, sebenarnya saya pun tak menyangka bahwa akan mendapatkan nilai seperti itu. Mungkin karena saya sedang beruntung saja, Pak," jawab Nada sopan.
"Ceritakan tentang dirimu," pinta Samuel.
Nada menarik nafas sejenak sebelum ia menjawab pertanyaan itu.
"Saya baru saja menyelesaikan study beberapa hari yang lalu dari Universitas Budi Mulia Jakarta dan mengambil jurusan Ekonomi," ucapnya sambil tersenyum ke arah Samuel yang langsung memerah wajahnya.
"Umur saya saat ini sudah menginjak 21 tahun dan belum memiliki pengalaman kerja sebelumnya ... saya juga memiliki hobi memasak. Memang tak sesuai dengan posisi lamaran yang diberikan, namun saya harap anda bisa mempertimbangkan saya," lanjutnya lagi.
"Keunggulan apa yang kau miliki?" tanya Samuel sambil memajukan badannya dan menopang dagu tegasnya.
"Saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan bukan orang yang mudah menyerah untuk menggapai tujuan saya," tegas Nada dengan mantap.
"Contohnya?"
"Hobi saya, cita-cita saya. Saya akan selalu berjuang untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik agar bisa mencapai cita-cita saya sebagai Master Chef."
Ya, inilah dirimu. Cherry kecil. Batin Samuel.
"Baiklah, kau diterima. Besok silakan datang pukul 8 pagi. Apa kau sudah membaca syarat yang aku ajukan?"
"Belum saya baca, Pak."
"Baiklah. Aku akan jelaskan sekarang. Hanya ada satu syarat yang perlu kau patuhi."
Tiba-tiba aura di ruangan itu terasa mencekik bagi Nada karena lelaki di hadapannya terlihat sangat menakutkan meskipun tetap tampan.
"Pakailah baju yang tertutup dari ujung kaki sampai di leher dan pakailah kacamata. Tak perlu memakai riasan wajah dan rambutmu jangan pernah digerai," ujar Samuel tegas.
Nada yang mendengarkan syarat tak masuk akal itu sontak dibuat tak berkutik. Nada mencoba bernegosiasi, namun ditolak mentah-mentah. Bagaimana dia bisa berpenampilan seperti itu? Dia yang selalu diagungkan sebagai dewi kecantikan di kampus harus menjadi cupu. Sungguh lelaki aneh, pikirnya.
"Aku akan memberi gaji 2X lipat," sahut Samuel.
What? 2X lipat? Berarti 20 juta? OMG ... aku bisa mendirikan restoranku sendiri 5 tahun ke depan. Batin Nada girang.
Melihat ekspresi Nada yang sangat lucu membuat Samuel tak bisa menahan rasa gelinya. Ia sangat jelas melihat di bola mata Nada terdapat gambar dollar yang bergerak naik turun sangat cepat.
"3X lipat?" tanya Samuel lagi.
Bisa saja ia memberikan gaji ratusan juta untuk Nada, namun itu akan terasa tak masuk akal. Gaji sebesar 30 juta saja rasanya aneh diberikan pada karyawan magang, bukan?
OMG ... 30 juta? Dengan gaji sebanyak itu, membangun restoran dalam 3 tahun pun aku bisa. Batin Nada lagi yang semakin pusing memikirkan gaji besar itu.
"Saya terima," ucap Nada cepat.
"Baik, sekarang kau tanda tangani kontrak perjanjiannya," sahut Samuel sambil menyerahkan sebuah dokumen pada Nada yang langsung menerimanya ringan tanpa beban.
"Seperti ucapanku kemarin, kau akan magang selama 3 bulan dengan jam kerja selama 6 jam setiap harinya dari hari senin sampai dengan hari jumat," ujar Samuel yang sedari tadi tak pernah mengalihkan pandangannya.
30 juta, 30 juta. Batin Nada, sambil menandatangani kontrak kerja miliknya.
Teriakan dari luar kamar menyadarkan kembali dirinya dari lamunannya.
"Nada, ayo cepat! Kau hampir terlambat!" teriak Yuni dari luar kamar.
"Astaga!" pekik Nada melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul setengah 8 pagi.
"Del, kenapa tak mangajakku tadi?" gerutu Nada pada Adel yang hanya menggaruk tengkuknya.
Ia dan Adel sudah berteman sejak SMP dan memang wanita itu sering menginap di rumahnya karena keluarga besar Adel berada di Bandung, sedangkan di Jakarta bersama neneknya.
"Nak, apa kau harus berpenampilan seperti ini?" tanya Yuni.
"Aku tetap cantik walaupun penampilanku begini, Ma," ucap Nada dengan sombong. Untuk bisa menggapai sesuai yang lebih besar, bukankah kita perlu keluar dari zona nyaman? Dan inilah pilihannya.
"Kau tetap cantik, Nak," puji Steve yang sudah melupakan masalah 2 hari yang lalu.
"Terima kasih, Pa." sahut Nada
Beberapa saat kemudian, Nada sudah bersiap berangkat untuk memulai hari pertamanya bekerja sebagai karyawan bagian keuangan di Admadewa Grup.
Deg Deg Deg
"Kenapa hatiku berdebar-debar?" Nada memegang dadanya dan berusaha menormalkan detak jantungnya. Entahlah, setiap mengingat wajah Samuel maka ia akan seperti ini.
"Tidak, tidak! Kau kesana untuk bekerja. Fokus pada tujuan." Nada bermonolog sendiri.
Jalan yang akan ditempuh olehnya tak akan berhenti di sini karena inilah awal dari semuanya. Awal perjalanan panjang untuk mencapai cita-cita dan mengubah takdir masa depannya. Jalan yang penuh lika-liku, kesakitan, kebahagiaan, harapan, dan putus asa serta cinta yang akan selalu menguatkan dan menopangnya kuat untuk berdiri tegar telah menunggunya di ujung jalan sana.
****
..."Orang yang memindahkan gunung dimulai dengan membawa batu-batu kecil."...
...- Confucius -...
...♡♡♡♡...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nathasya90
wah aku jg mau klo 30jt🤣
2022-06-10
0
Liliana
Semangat ka caca. rajin up ya biar aku baca maraton. aku smpe donlot aplikasi ini krn baca cerita ini yg ka caca promosiin di fb 😅
2022-05-23
1
Liliana
Semangatttt nada. aku sampe rela2in donlot aplikasi ini liat ka caca promo di fb 😂😂
2022-05-23
1