VC Restaurant
Pukul 7 malam
Dapur
****
Nada baru saja selesai membuat hidangan untuk para pengunjung yang datang. Meskipun awalnya ia cukup kesusahan, namun ia mulai bisa beradaptasi dengan segala kesibukan di dalam dapur. Sejak beberapa jam yang lalu, ia tak pernah duduk sama sekali karena restoran tersebut tak pernah sepi pengunjung.
"Ternyata tak semudah yang aku kira."
Nada menghapus keringat yang bercucuran di wajahnya menggunakan kain khusus. Saat ini, ia tengah menggunakan baju setelan chef berwarna putih, lengkap dengan topi, sarung tangan, dan kitchen mask. Baju yang kebesaran itu terlihat sangat lucu membalut tubuh rampingnya.
Nada baru saja ingin mendudukkan tubuhnya ketika ia mendengar kegaduhan dari arah pintu masuk dapur.
"Hei, kalian tahu? Tuan muda datang bersama nyonya dan tuan besar!" pekik Faris, seniornya.
"Aku sudah tahu. Nona Finna dan juga ayahnya akan bergabung bersama mereka. Kita harus menyiapkan hidangan yang enak malam hari ini. Kalian semua dengarkan aku," ucap Mira yang menjadi asisten Finna
"Buat Steak Tenderloin Blackpapper Sauce 4 porsi dan Spaghetti Aglio Olio with Tuna 1 porsi. Nada, kau buat spaghetti-nya, sisanya akan diurus yang lain. Bergerak cepat!" teriak Mira diakhir kalimat.
Semua orang dengan cepat menyelesaikan tugas masing-masing. Hanya karena kedatangan 3 orang penting itu, 15 orang chef di sana langsung dibuat ketar-ketir, termasuk Nada. Wanita itu sangat gugup karena ia merasa tamu kali ini sangat istimewa hingga membuat semua orang menjadi sangat super sibuk. Bisa ia lihat dari raut wajah para seniornya, mereka sangat tegang.
"Kau bisa, Nada. Hanya membuat spaghetti bukan perkara yang susah."
Dengan teliti, ia membaca resep milik restoran dan mulai mengerjakannya dengan penuh kehati-hatian, seakan itu adalah penentu masa depannya.
Ia mulai merebus mie spaghetti lalu mencampurkan dengan sedikit minyak dan juga garam. Dirasa sudah matang dengan sempurna, ia membilas spaghetti dengan air dingin agar mendapatkan tekstur yang kenyal.
Selanjutnya, ia menggunakan minyak zaitun untuk menumis bawang putih dan bawang bombai hingga harum lalu memasukkan tuna segar. Langkah selanjutnya adalah memasukkan mie spaghetti, oregano, garam, merica, dan kaldu bubuk.
Aroma yang harum semerbak langsung menusuk indera penciuman Nada hingga ia menelan ludahnya sendiri.
"Sial! Kenapa aku malah menjadi lapar?!" batin Nada.
Ia segera mem-plating-nya dengan sangat cantik di atas piring keramik berwarna putih berukuran 22 cm. Sentuhan terakhir, ia menaburkan cabai kering dan peterseli yang sudah dicincang halus.
"Wow ... kau terlihat sangat indah, sayang."
Nada berbicara seolah-olah itu adalah makhluk hidup sambil memperbaiki letak kacamata miliknya yang sudah melorot. Walaupun ia merasa tulang-tulangnya seakan ingin lepas dari raganya, namun ia selalu puas jika berhasil menciptakan makanan yang enak, sehat, dan indah.
"Kak, aku sudah selesai," sahut Nada pada Mira yang sedang memperhatikan chef yang lain. Wanita itu datang menghampirinya dan sedikit mencicipi sisa dari makanan buatan Nada.
"Kenapa rasanya sangat berbeda?" tanya Mira.
"Be-berbeda? Apakah tidak enak?" tanya Nada khawatir.
"Bukan. Ini sangat enak dan berbeda dengan rasa yang biasa restoran ini sajikan. Baiklah, kau ikut denganku."
Mira langsung melangkah menuju troli yang di atasnya sudah ada makanan yang ia minta. Nada menempatkan masakannya di antara steak dan juga minuman mewah yang ia perkirakan sangat mahal.
Mereka mulai berjalan ke arah private room di lantai 3 dan masuk ke salah satu ruangan di sana.
"Permisi, kami mengantarkan makanan anda," ucap Mira sopan lalu mulai menyajikan makanan tersebut di atas meja. Nada belum memperhatikan penghuni ruangan itu karena ia masih menunduk sungkan.
Dengan telaten ia melakukan tugasnya dan meletakkan spaghetii buatannya di hadapan seseorang sesuai arahan Mira. Namun, seperti ada yang memanggil, matanya tiba-tiba melirik ke arah orang itu dan langsung bersitatap dengan mata yang memandangnya penuh rasa cinta seperti di atas rooftop kemarin.
Dia? Batin Nada.
"Kita langsung saja. Pertunangan kalian akan dilaksanakan 3 hari lagi. Persiapkan diri kalian. Kami sudah menyiapkan segalanya," ucap Jasmine memecah perhatian tertuju padanya.
Deg
Nada merasa jantungnya tertusuk ribuan pisau. Ia dan Mira masih belum beranjak dan mundur perlahan menuju pojok ruangan agar selalu siap sedia ketika diperlukan.
Mereka berdua? Batin Nada sambil menatap bergantian ke arah Samuel dan Finna.
Finna sedang tersenyum dengan sangat cantik ke arah Jasmine. Tentu saja wanita itu akan menyembunyikan wajah aslinya di hadapan keluarga Admadewa. Riasan wajahnya yang memukau serta baju seksi melekat indah di tubuh itu, membuat Nada seketika membandingkan dengan baju yang ia kenakan.
Samuel memandang Nada yang berdiri di seberang sana, tepat di belakang Finna yang duduk menghadap dirinya. Mata mereka saling bertaut erat mencoba menyelami perasaan masing-masing. Lelaki itu ingin membantah detik itu juga, namun ia teringat ucapan ibunya.
"Kau ingin Nada bunuh diri karena rasa bersalahnya itu? Apa kau lupa kalau dirimu lah yang akan memicu ingatannya kembali?! Kalau dia mati itu berarti karena dirimu!"
Samuel menarik nafasnya perlahan, namun untuk menghembuskan nafasnya ia merasa tak sanggup. Mata bulat polos dan jernih itu menatap dirinya, dan entah kenapa rasanya ia ingin menangis detik itu juga.
Dia ingin mendekap dengan erat wanita itu. Membawanya pergi ke suatu tempat yang hanya ada mereka berdua saja. Tentu saja Samuel akan menjaganya dengan sepenuh hati dan tak membiarkan siapa pun memisahkan mereka.
Apa memang aku yang terlalu egois? Berharap kau bisa mengingatku kembali, tapi aku tak memikirkan kondisimu yang akan dalam bahaya. Batinnya teriris tanpa mengalihkan sedetikpun perhatiannya dari Nada yang juga membalas tatapannya.
Aku hanya memikirkan diriku sendiri dan melupakan risiko yang akan terjadi. Apakah permintaanku kepada Tuhan terlalu berat? Padahal aku hanya meminta satu. Dirimu.
Aku hanya ingin bahagia bersamamu karena kau adalah kebahagiaanku. Aku hanya bisa mempercayakan kebahagiaanku padamu seorang. Jika kau terluka hanya demi kepuasanku sendiri, bukankah itu semakin tak adil bagimu, Cherry? Batin Samuel menangis.
Samuel memegang dadanya yang sangat sakit. Sebelah tangannya terkepal kuat di bawah meja sana.
Apa aku memang ditakdirkan hanya menjadi bayanganmu saja? Kalau benar begitu, Aku ikhlas asalkan kau tetap baik-baik saja meskipun aku yang tak baik-baik saja. Batinnya lagi dengan luka yang semakin menganga lebar di hatinya.
Begitu pun dengan Nada, hatinya tiba-tiba terasa sangat sakit seperti miliknya telah direbut secara paksa. Dipisahkan dari dirinya dan meninggalkan dirinya seorang diri di dunia yang kejam ini.
Keduanya tak memutus pandangan itu bahkan Jasmine yang masih berbicara pun tak terdengar lagi di telinga mereka. Hingga cukup lama keduanya hanyut dalam pusaran lingkaran yang tak berujung itu, sebelum akhirnya Samuel memutus tatapan dan mengalihkan pandangannya pada ibunya.
"Ya, terserah kalian," ucapnya datar lalu menghapus setitik air mata yang keluar dari sudut matanya.
Deg
Kenapa? Kenapa ini sangat sakit? Batin Nada sambil memegang dadanya yang sangat sesak. Badannya seketika menggigil dan keringat dingin mulai bercucuran hebat.
"Vio,"panggilnya dalam hati.
****
..."Kau tahu, meskipun ragaku tak bersamamu, namun hatiku selalu memilihmu."...
...- Samuel Oktavio Admadewa -...
...♡♡♡♡...
Translate :
Kitchen mask \= Masker Dapur
Oregano \= Tanaman herbal yang memiliki beraroma tajam dan rasa yang kuat
Plating \= Penataan atau penyajian
Private room \= Ruang pribadi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Yukity
semangat ya😘😘😘😘😘
2022-05-27
1
Senajudifa
aku mampir dan nyicil y ca
2022-05-25
1
👑Meylani Putri Putti
nt aq, lanjut lagi ya
2022-05-22
1