Sashi terus tersenyum melihat putranya yang sedang menyedot sumber kehidupannya." Kau benar-benar persis seperti ayahmu" Wajah yang sama dengan hidung yang mancung dan kulit seperti Malik membuat Sashi teringat akan obrolan kala itu.
Minggu siang seperti biasa, wanita cantik itu menikmati tontonan nya sambil mulutnya mengunyah keripik kentang. Wajahnya tampak beberapa kali tersenyum sambil melihat adegan yang berada di layar kaca itu.
"Sepertinya menyenangkan sekali!" suara itu membuat Sashi menoleh ke samping dan terlihat suaminya sudah berada di sana dengan handuk di lehernya.
"Mas, sudah selesai rupanya." Sashi mendekat dan menghirup aroma tubuh suaminya itu.
"Film apa ini?" tanya Malik seraya memeluk Sashi.
"Film yang sedang booming itu lho Mas, lihat mereka sedang membicarakan nama untuk bayi mereka." Sashi berujar sambil menunjuk ke layar kaca.
"Kenapa harus repot?" Tanya Malik dengan entengnya.
"Tanyakan pada sutradara nya." Sashi membalas perkataan suaminya dengan matanya tak lepas dari adegan film.
"Kalau nanti ... jika kita punya anak, Mas akan memikirkan namanya sejak ia dalam kandungan. Dan tentu saja berdua denganmu." Malik mencubit pipi milik istrinya membuat Sashi menatap suaminya.
"Oh ya? Bagaimana kalau katakan saja sekarang? Apa Mas sudah memikirkan namanya?" tanya Sashi sambil menatap suaminya dengan intens.
"Mau dengar?" pertanyaan Malik langsung diangguki dengan cepat oleh Sashi.
"Iya katakan, aku ingin dengar!" Sashi mengguncangkan lengan suaminya.
"Kalau ia laki-laki, Mas akan memberikan ia nama Stefano Maximiliao
"Apa artinya?" tanya Sashi dengan cepat.
"Artinya adalah Stefano : Menggambarkan anak laki-laki yang akan menjadi pemimpin. Stefano merupakan arti dari seseorang yang memakai mahkota. Sedangkan Maximiliao dalam bahasa Portugis artinya terhebat.
"Bagaimana kau suka?" tanya Malik.
"Suka, namanya sangat indah." Semuanya berujar setelah mendengar nama bayi tampan itu.
"Benar Mbak, nama dan artinya sangat bagus. Ia akan menjadi pemimpin yang hebat seperti ayahnya," ujar Ari sambil menggendong bayi tampan itu.
"Lalu apa panggilannya?" tanya seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
"Stef atau Max, kita bisa memanggilnya dengan itu. Hans suka yang mana? tanya Sashi pada putra Ari dan Alya.
"Aku panggil Dedek Max saja." Terlihat wajah ceria dari Hans sambil melihat bayi Max yang tertidur di gendongan ayahnya.
"Seperti film-film Hollywood itu!" ujarnya lagi dengan senang dan semuanya tersenyum senang melihatnya.
"Yeyyyy! Aku punya adik!" Soraknya dengan gembira sambil meloncat-loncat.
Beberapa hari kemudian, dibantu Mbok Tin dan sepasang suami istri itu, Sashi melangkahkan kakinya kembali ke rumah sambil menggendong bayi mungilnya.
"Selamat datang Tuan kecil Max!" ujar semuanya, terlihat ruangan telah dihiasi dengan berbagai pernak pernik. Semua orang terlihat bahagia dengan anggota kecil mereka.
"Terima kasih semuanya." Sashi sangat bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang baik.
"Ayo, kita lihat kamar Tuan kecil." Mbok Tin mengajak Sashi ke kamar dekat tangga, karena tidak mungkin Sashi harus turun naik dengan kondisi seperti itu. Saat mereka sampai di sana, terlihat kamar itu telah dihiasi warna biru dan putih dan juga ada box bayi yang indah.
"Ini adalah kamar Tuan kecil kita."
"Wah, kamar adik bagus sekali." Hans ikut tersenyum senang melihat kamar tidur Max.
"Bagaimana Nak? Kau suka?" tanya Mbok Tin yang memperhatikan sejak tadi diamnya Sashi.
"Suka Mbok, dan aku senang, kamar kami disatukan karena aku selalu ingin dekat dengan putraku." Memang ruangan itu sangatlah besar karena itu kamar Sashi juga ditempatkan di sana.
Malam harinya, Sashi baru saja selesai menyusui putranya. Tampak bayi itu tertidur pulas di dalam box bayinya. Sashi berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebentar.
"ASI nya banyak sekali, baju ku jadi basah." Sashi mengganti bajunya karena sudah basah diguyur ASI nya, wanita itu bersyukur putranya tidak kekurangan, karena ada sebagian ibu menyusui yang ASI nya susah keluar.
"Lihatlah Mas, putra kita seperti dirimu. Ia mengambil semua wajahmu, aku jadi cemburu karenanya, jika kau ada di sini aku akan memarahimu, tapi aku sangat bersyukur karena ia mewarisi wajahmu dan aku akan menjaganya dan mendidiknya menjadi anak yang baik dan bermoral. Sashi mencium putranya dengan lembut, tampak putranya tersenyum seperti menyadari aksi Ibunya.
"Selamat tidur sayang."
"Jadi anaknya laki-laki?" tanyanya kepada pelayan itu.
"Benar Tuan, dan ia lahir dengan sehat."
"Kurang ajar!" Pria itu melemparkan apa yang ada di hadapannya dan membuat semuanya pecah.
"Ada apa Ayah?" tanya Mahesh yang baru saja pulang.
"Anak itu sudah lahir! Ia akan menjadi ancaman untuk kita! Harta Malik tidak boleh jatuh padanya!"
"Laki-laki?"
"Iya! Kita harus segera menyingkirkannya!"
"Kau dengar Mahesh?" tanyanya membuat Mahesh yang tadinya diam mulai mengangguk.
"Iya Ayah!"
" Singkirkan anak itu! Kita prioritaskan dia terlebih dahulu. Jika anak itu mati, maka tidak ada pewaris harta kekayaan Malik!"
"Baik Ayah."
"Aku tidak akan membiarkan apa yang sudah ku rencanakan hancur begitu saja!"
Di hotel mewah tepatnya di koridor seorang pria berjas hitam berlari dengan tergesa-gesa ke ruangan dan langsung membukanya.
"Tuan!" panggilnya dan terlihat sosok yang ia cari terlihat duduk manis dengan ponselnya.
"Ada apa?" tanyanya menyadari kekhawatiran dari bawahannya.
"Ada masalah di Paris Tuan, dan sebaiknya kita segera pergi ke sana."
"Iya, aku sudah tau hal itu. Tapi sebelum pergi bagaimana dengan Nya?"
"Sesuai dugaan kita Tuan, seorang putra."
"Dan ... ?" Bukannya memberikan jawaban, pria itu justru diam.
"Aku sudah paham, aku yakin mereka akan bergerak dan tugasmu segeralah laksanakan!"
"Baik Tuan, saya akan kerjakan dengan baik."
"Hmmm."
"Saya permisi Tuan, dan selamat malam."
"Ya." Setelah kepergian bawahannya, ia membuka laci yang tak jauh darinya dan mengambil sebuah kotak.
"Ruby, ia terlihat berkilau seperti yang kubayangkan, dan berwarna menyala seperti yang kulihat." Setelah puas memandanginya, ia segera menutup kembali kotak itu dan menyimpannya.
Tengah malam, Sashi bangun karena mendengar suara tangisan putranya.
"Sayang, kau lapar ya? Ayo, kita minum susu." Sashi menggendong putranya dan segera membuka kancing bajunya agar sang putra bisa menikmati sumber kehidupannya.
"Ayo minumlah yang banyak sayang." Sashi dapat melihat putranya menyusu dengan kuat, meskipun terasa kantuk. Sashi tidak memperdulikannya, karena baginya menjadi seorang ibu adalah hal yang terindah.
"Kau adalah harta Mommy yang tak ternilai. Siapapun yang mencoba menyakitimu, tidak akan pernah Mommy biarkan. Mommy akan melakukan apapun untuk melindungi mu dari orang-orang itu sayang."
"Max putraku." Sashi kembali meletakkan putranya ke box tidurnya dan tak lupa menciumnya, setelah merasa putranya tertidur pulas, ia ikut menutup matanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
nonsk2711
apa Lucas itu Malik ya thor....
kq ky nya mo melindungi Sashi...
blm ada scene Mahesh n ayah nya ya thor...hubungn nya gmn dgn Malik...di tggu thor
2022-05-30
2
Sang_Perindu
crazy up kan lagi kak😂🤭
2022-05-23
0
Glastor Roy
lanjut dong tor yg bayak
2022-05-23
1