Semua orang penasaran dengan sosok di sebelah Ari saat ini yang memasuki kantor dan bertemu dengan mereka sebelum menuju ruangan. Bisik-bisik pun tak terelakkan lagi dan dapat Sashi dengar dengan jelas ucapan mereka semua.
"Siapa itu?"
"Aku rasa pegawai baru atau sekretaris Pak Ari"
"Lihat! Dia hamil lagi!"
"Selamat pagi pak Ari dan Nyonya..." pria itu langsung menghentikan ucapannya saat melihat reaksi Sashi padanya. Saat mendengar kata Nyonya dari mulut pria itu seketika semuanya diam dan menunduk. Mereka akhirnya tau kalau itu adalah istri dari pemimpin mereka Boss Malik Darmanendra. Memang Sashi sendiri jarang datang ke perusahaan milik suaminya, hal itu membuat hanya beberapa saja yang mengenal dirinya.
"Lain kali untuk kedepannya, jangan berbicara sembarangan saat bertemu dengan orang baru. Itu bukanlah tindakan yang baik, setidaknya berikan sapaan yang menyenangkan. Atau memang semenjak kepergian Tuan Malik semuanya menjadi seperti ini?"
"Tidak Bu, kami meminta maaf karena tidak mengenali Ibu dan berjanji kami tidak akan mengulanginya lagi." Mereka semua serempak menunduk.
"Aku butuh tindakan bukan sekedar janji. Aku sengaja tidak meminta Pak Ari mengatakannya karena aku ingin melihat sendiri bagaimana cara kinerja dan sikap kalian."
"Aku harap kalian menepati ucapan kalian dan bertindak dengan baik kedepannya. Mengerti?"
"Mengerti!"
"Dan seperti yang kalian ketahui, bahwa Bu Sashi yang akan mengelola perusahaan dan akan menggantikan posisi Boss Malik Darmanendra suaminya. Jadi harap bersikap dan tunjukkan kemampuan kalian seperti yang dibutuhkan oleh perusahaan."
"Selamat Datang Bu Sashitania," ujar semuanya.
"Terimakasih, aku harap kita dapat bekerjasama dengan baik."
"Mari Bu, kita menuju ruangan CEO." Ari mengajak Sashi menuju ruangannya dan meninggalkan tempat itu dan semuanya masih menunduk hingga kedua orang itu memasuki lift dan tak terlihat lagi.
"Untung saja."
"Iya, aku tidak tau kalau itu adalah istri Tuan Malik.
"Karena itu, mulai sekarang kalian jangan sembarangan bicara. Lebih baik tunjukkan saja kinerja kalian daripada bergosip sembarangan. Mengerti?"
"Mengerti Pak Edi."
"Kembali ke tempat dan silahkan lanjutkan pekerjaan kalian."
"Baik Pak."
Akhirnya Sashi sampai di depan ruangan suaminya itu, setelah pintu terbuka terlihat ruangan dengan nuansa abu-abu gelap yang elegan dan simpel kesukaan suaminya. Sashi mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Matanya terhenti pada pigura yang cukup besar di hadapan meja kerja yang menampilkan foto pernikahan mereka.
"Pigura itu selalu berada di sana, Boss Malik tidak mengizinkan siapapun memindahkannya. Meskipun semua barang di ruangan ini diganti dan dipindahkan, tapi pigura itu tetap berada di sana. Kata Boss, saat ia lelah maka senyuman istrinya membuat dirinya kembali bersemangat." Ari berujar dengan menerawang ke masa di mana ia masih bekerja dengan Malik. Sashi tersenyum ternyata suaminya tidak berubah, ia sering mendengarkan ucapan suaminya yang mengatakan ia adalah penyemangat dan obat bagi Malik.
"Silahkan duduk dulu Mbak, eh Bu..."
"Kau bisa panggil aku Mbak saat tidak ada orang," ujar Sashi melihat kebingungan Ari dalam memanggil dirinya.
"Baik Mbak."
"Pertemuannya akan dimulai pada jam 10 nanti, menjelang pertemuan Mbak bisa beristirahat atau..."
"Aku akan memeriksa dokumen dan surat kontrak kerjasama dengan para investor."
"Baiklah Mbak. Kalau butuh sesuatu Mbak bisa panggil saya."
"Baik, terimakasih Ari."
"Sama-sama Mbak." Tak lama Ari meninggalkan ruangan dan Sashi menyentuh kursi tempat suaminya bekerja.
"Sekarang aku yang berada di sini, aku akan berusaha meyakinkan dan mengelola perusahaan kebanggaan mu dengan baik Mas."
"Sekarang kita lihat, apa saja yang harus kita lakukan dalam pertemuan nanti." Sashi membuka dokumen dan mulai membacanya sambil mengelus beberapa kali perutnya.
Saat asyik membaca, tiba-tiba saja ia tersentak kaget. "Aahh!"
"Ada apa Mbak?" terdengar suara dari pintu yang mana Ari sudah berada di sana dengan wajah cemas mendengar suara Sashi.
"Tidak ada, aku hanya kaget karena tiba-tiba ia menendang." Sashi merasa sebuah perasaan hangat saat sebuah tendangan kecil di perutnya.
"Ternyata begitu, aku pikir ada sesuatu Mbak."
"Tidak ada, maaf membuat mu cemas."
"Kalau begitu aku keluar ya Mbak. Apa Mbak perlu sesuatu?"
"Iya, tolong minta OB untuk membawakan aku salad buah dan susu vanilla ya."
"Baik Mbak."
"Terima kasih."
"Sama-sama Mbak." Setelah pintu kembali tertutup, Sashi mengelus kembali perutnya dan mengajak bayinya bicara.
"Sayang, ayo tendang lagi. Mommy ingin merasakannya lagi." Sashi berharap anaknya akan merespon lagi dan benar saja tak lama bayinya menendang lagi.
"Mommy senang sekali sayang, kita akan memeriksa mu segera. Mommy ingin tahu kau laki-laki atau perempuan." Sashi tiba-tiba saja meneteskan air matanya, ia teringat suaminya yang pasti juga akan senang mendengar perkembangan bayi mereka.
"Kau lihat Mas, bayi kita aktif sekali. Aku akan menjaganya dengan baik." Sashi berujar sambil memandangi wajah suaminya yang berada di pigura tepat di hadapannya.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara pintunya diketuk, dan Sashi pastikan itu adalah OB yang ia minta untuk membawakan makanan dan minuman yang ia minta.
"Masuk!" dan tak lama pintu terbuka dan terlihat seorang wanita berusia 20 an yang datang mengantarkan pesanan Sashi dengan senyuman ramahnya.
"Maaf Bu, saya bawakan pesanan Ibu," ujarnya sambil mendekat ke arah Sashi dengan membawa nampan berisi makanan itu.
"Iya, letakkan di sini." Sashi menepukkan tangannya di meja tempat nampan itu akan diletakkan.
"Terima kasih ya," ujar Sashi dengan lembut.
"Sama-sama Bu, kalau begitu saya permisi. Jika ada lagi yang dibutuhkan panggil saya saja."
"Iya, tapi ngomong-ngomong siapa namamu?"
"Nama saya... Gendis Bu." Jawabnya dengan menunduk.
"Apa aku terlihat jahat?" tanya Sashi yang membuat kepala itu menggeleng.
"Tidak Bu."
"Kalau begitu, angkat kepalamu dan lihat aku dan jawab sambil menatapku!" Benar saja Gendis langsung mengangkat kepalanya dan membuat Sashi tersenyum senang.
"Nah, begitu lebih baik. Aku dapat melihat wajah cantik mu itu."
"Bu Sashi lebih cantik." Jawaban itu membuat Sashi terkekeh melihat reaksi yang ditunjukkan oleh Gendis.
"Kalau begitu saya permisi Bu."
"Iya, sekali lagi terima kasih ya."
"Sama-sama Bu." Gendis langsung pergi dan menutup pintu dengan hati-hati sambil tersenyum melihat Sashi.
"Aku tidak menyangka ternyata Bu Sashi sangat cantik dan baik." Gendis berujar setelah ia sampai diluar dan dengan segera ia kembali menuju dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.
Saat Sashi selesai menyantap makanan, tak terasa waktu pertemuan telah tiba dan dengan segera ia menuju ruangan rapat bersama Ari yang berada di sampingnya. Saat sampai di sana semua mata investor melihat Sashi yang tengah berbadan dua dengan Ari yang berada di sebelahnya.
"Selamat pagi semua." Sashi menyapa mereka, meskipun semuanya masih terdiam melihat Sashi.
"Selamat pagi Tuan-tuan sekalian." Ari mengeraskan sedikit suaranya membuat mereka tersadar dan membalas sapaan.
"Selamat pagi juga Bu Sashi dan Pak Ari."
"Baiklah, kalau begitu kita langsung saja mulai, dan saya rasa Ari sudah akan memperkenalkan diri saya sedikit kepada kalian semuanya sebelum kita mulai rapatnya."
"Iya, kami sudah tau Bu Sashi."
"Kalau begitu kita mulai rapatnya."
Rapat berjalan sekitar 90 menit, cukup lama dari perkiraan Sashi. Walupun akhirnya Sashi mendapatkan kembali kepercayaan para investor di bawah kepimpinannya tidak akan ada kerugian seperti yang mereka pikirkan. Meskipun awalnya, banyak keraguan dari mereka saat seorang wanita hamil yang akan memimpin perusahaan besar.
"Terima kasih atas kepercayaan kalian semua, saya pastikan akan membawa perusahaan dengan baik."
"Baiklah Bu Sashi, kami akan melihat tindakan dan hasil dari kepemimpinan anda. Kami harap anda tidak akan mengecewakan kami."
"Saya akan membuktikannya. Terima kasih atas waktu dan kepercayaan kalian."
Rapat selesai dan Sashi bahagia karena ia telah berhasil mendapatkan dan meyakinkan para investor untuk tidak pergi dan mencabut investasi mereka di perusahaan.
"Ini merupakan langkah pertama kita sayang, bantu Mommy ya."
"Ayo Mbak, kita pulang."
"Iya Ari, dan terima kasih untuk hari ini."
"Sama-sama Mbak, itu merupakan tugas saya dalam membantu Mbak menjalankan perusahaan sesuai permintaan Mas Malik." Mobil hitam itu meninggalkan gedung perkantoran itu menuju kediaman Sashi.
Bersambung....
Jangan lupa untuk dukungan nya biar author makin semangat ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Rahma AR
🥰
2022-06-15
0
Sebutir Debu
Mommy Sashi
2022-05-23
0
Sebutir Debu
ini Tania versi kak Nilam ya 🤭🤭
2022-05-23
1