Setiap harinya Sashi mengalami mual setiap pagi dan juga kepalanya sangat pusing. Membuat Mbok Tin selalu stand by untuk memantau keadaan Sashi terlebih wanita hamil itu hanya makan rujak saja, selain makanan asam itu, ia tidak akan makan yang lain.
"Ini Nak, makan dulu rujaknya," ujar Mbok Tin sambil membawakan sepiring buah itu.
"Terimakasih Mbok." Terlihat Sashi hanya duduk sambil bersandar di kepala ranjang dengan wajah pucat. Perlahan, ia memasukkan buah itu ke dalam mulutnya dan Mbok Tin memperhatikannya dan tak lama senyumnya mengembang saat Sashi terlihat sangat lahap memakannya.
"Mau tambah?"
"Memangnya masih ada Mbok?" tanya Sashi dengan berbinar-binar.
"Masih, dan sangat banyak." Jawab Mbok membalas dengan senyuman.
"Kalau begitu tambahkan buah mangga dan jambu nya ya Mbok, aku sangat suka." Jawab Sashi melihat Mbok Tin melangkahkan kakinya menuju ke dapur.
"Iya, tunggu sebentar ya."
Sashi kembali menyantap buah yang dipadukan dengan sambal yang begitu mengunggah seleranya, hanya Mbok Tin yang membantu dirinya saat mengalami gejala kehamilan ini. Yang seharusnya adalah tugas dari seorang suami dan keluarga, tapi ia tidak memilikinya.
"Bagaimana keadaan janinnya?"
"Semuanya baik Mbok, aku akan memberikan obat untuk mengurangi mual nya dan juga jangan sampai stress ya. Karena bisa mempengaruhi kesehatan kandungan."
"Baik, terima kasih Dokter," ujar Sashi dan Mbok Tin.
"Sama-sama."
"Apa yang kau lakukan Nak? Tidak usah, biar Mbok saja." Wanita paruh baya itu mendekati Sashi yang tengah mengerjakan pekerjaan rumah.
"Tapi Mbok, aku merasa bosan kalau hanya duduk saja. Lagipula ini hanya mengelap buah dan meja kecil ini saja. Tidak banyak, aku senang melakukannya, dan ini tidaklah berat." Mbok Tin melihat wajah Sashi yang terlihat membujuk dirinya, membuat Mbok Tin mengalah dan berpikir bahwa itu bukanlah masalah.
"Baiklah, tapi setelah ini istrirahat ya."
"Iya Mbok."
Hari-hari Sashi lewati dengan berbagai masalah ngidamnya yang bermacam-macam, namun Mbok Tin tidak merasa dibebani dan ia dengan tulus melakukannya. Meskipun Sashi terkadang harus membangunkan dirinya tengah malam atau pagi buta karena keinginannya yang ingin makan makanan yang bermacam-macam.
Malam itu Sashi duduk di balkon, ia melihat langit malam yang gelap dan tidak ada tanda-tanda kedatangan bulan dan bintang yang biasa akan bertengger di langit. Tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan turun hujan yang deras dan membuatnya segera masuk dan menutup pintu dengan cepat.
"Dingin sekali, kenapa hujannya tiba-tiba turun?" Sashi segera mengambil handuk untuk mengeringkan rambut hitam panjangnya yang basah. Karena sudah basah kuyup, ia langsung ke kamar mandi dan menyalakan air hangat dan berendam di sana. Tiba-tiba ia tersenyum hambar saat teringat keributan di pagi hari yang biasa ia lakukan dengan suaminya saat akan mandi. Begitu banyak kenangan indah yang mereka ukir bersama.
"Aku merasa kau masih ada di sini, biasanya kita akan bercerita sambil bermain busa di sini dan kau akan memeluk ku dari belakang dengan hangat." Setelah merasa cukup, ia segera bangkit dan mencari baju hangat karena malam ini sangatlah dingin. Setelah selesai, kaki itu langsung menuju ranjang dan berbaring di sana. Sashi mengelus ranjang yang kosong di sebelahnya, biasanya suaminya yang akan berbaring di sana dan memandangi dirinya dan mereka akan tidur saling berpelukan hingga pagi datang.
"Selamat malam Sayang." Sashi mengucapkannya seperti biasa meskipun sosok itu tidak ada lagi. Dalam sekejap dengan lampu yang sudah mati, mata itu sudah terpejam ditemani gelapnya ruangan.
Keesokkan paginya, makanan sudah tertata dengan rapi dan aroma masakan begitu menusuk indra penciuman dan membuat perut terasa lapar. Salah satunya adalah wanita dengan perut buncit ini, ia sedikit tergesa-gesa membuat Mbok Tin merasa ngilu dan memperingatkan dirinya.
"Hati-hati Nak!"
"Maaf Mbok, aku tidak akan melakukannya lagi," ujar Sashi dengan nyengir kuda. Ia langsung duduk dan melihat semua makanan dengan tatapan lapar.
"Wah, semuanya terlihat sangat lezat dan beraroma wangi sekali! Aku tidak sabar!"
"Ini, makanlah dengan banyak. Mbok sengaja memasak semuanya, karena hari ini adalah hari yang penting." Mbok Tin memberikan nasi dan meletakkannya di hadapan Sashi.
"Terima kasih Mbok, ayo Mbok juga makan denganku!" ajak Sashi yang langsung menarik tangan Mbok Tin di sebelahnya.
"Iya, sekarang ayo kita makan dan jangan lupa berdoa." Mereka kemudian berdoa sebelum makan dan setelah itu, Sashi langsung tancap gas dan membuat Mbok Tin tersenyum melihatnya.
Saat mereka asyik makan, terlihat kedatangan seseorang yang membuat Sashi menghentikan kegiatan makannya.
"Selamat pagi Mbak."
"Selamat pagi Ari."
"Ari, ayo makan bersama!" ajak Sashi pada pria berjas hitam yang baru saja datang.
"Iya, terima kasih Mbak." Ari langsung duduk dan melihat berbagai macam makanan yang tersaji di hadapannya.
"Selamat pagi Mbok," sapa Ari pada Mbok Tin.
"Selamat pagi juga Nak Ari."
"Ayo Ari, makanlah yang banyak. Mbok Tin memasak banyak makanan hari ini."
"Iya Mbak."
Setelah selesai sarapan, terlihat Mbok Tin membereskan piring dan membersihkan meja. Ari terlihat mendekati Sashi yang sedang menikmati buah semangka yang dipotong oleh Mbok Tin.
"Mbak, ini adalah rincian yang akan kita laksanakan nantinya. Aku sudah menyelesaikan semuanya dan ini adalah waktu bagi Mbak untuk masuk dan mengurus perusahaan." Ari membuka beberapa dokumen dan memperlihatkannya pada Sashi.
"Aku belum mengatakan apapun mengenai kedatangan Mbak ke perusahaan dan mengurusnya."
"Bagus, aku memang tidak ingin itu dulu. Aku akan melihatnya sendiri bagaimana perlakuan dan cara kerja pegawai saat menghadapi seseorang di sana."
"Baik Mbak."
"Mau berangkat sekarang Nak?" tanya Mbok Tin dengan memberikan kotak yang berisikan cemilan sehat dan potongan buah di dalamnya.
"Iya Mbok, kami akan berangkat sekarang."
"Kalau begitu hati-hati ya, dan Nak Ari jangan ngebut ya." Mbok tin berkata sambil memperingatkan Ari dalam berkendara karena usia kandungan Sashi sudah memasuki 6 bulan dan perutnya sudah terlihat sekarang.
"Pasti Mbok, tidak perlu khawatir."
"Mari Mbak, kita pergi sekarang." Ajak Ari dan Sashi bangkit dengan perlahan di bantu Mbok Tin karena perutnya yang sudah membuncit membuat dirinya sedikit kesusahan.
"Baiklah Mbok kami pergi dulu, nanti aku akan pulang jam 5 ya."
"Iya, hati-hati," ujar Mbok Tin mengantarkan keduanya yang akan berangkat. Terlihat mobil sudah siap untuk mengantar keberangkatan mereka. Sashi perlahan masuk dengan hati-hati dan setelah berhasil duduk. Ari langsung masuk dan mulai menjalankan mobil, terlihat tangan itu melambai dan Sashi membalasnya dengan senyuman hingga mobil hitam itu menghilang dan terlihat lagi. Mbok Tin kembali masuk dan menutup pintu dan baru saja masuk, sudah terlihat pigura foto yang menampilkan Sashi dengan Malik.
"Nak Sashi baru saja memulainya, bantu agar semuanya lancar ya Nak Malik."
"Sudah lihat jenis kelaminnya Mbak?" tanya Ari sambil menyetir.
"Belum, aku berencana akan melihatnya dalam minggu ini." Sashi membalas sambil mengelus perut buncitnya.
"Bagaimana kalau ditemani oleh Alya Mbak?" Saran Ari agar istrinya dapat menemani Sashi memeriksakan kehamilannya.
"Boleh, kalau tidak menganggu waktunya."
"Tidak Mbak, kebetulan Alya beberapa hari libur dan ia pasti senang melakukannya."
"Baiklah, terserah saja. Nanti Mbak kabari ya." Percakapan itu terhenti saat mereka akhirnya sampai di perusahaan.
"Siap Mbak?"
"Tentu! Aku sangat siap!" ujar Sashi sambil memandangi bangunan tinggi dihadapannya.
"Mas aku datang, bantu aku." gumam Sashi dan keduanya mulai melangkahkan kaki menuju pintu masuk.
Bersambung....
Jangan lupa untuk dukungan nya biar author makin semangat ya ❤️❤️❤️
Sambil menunggu episode berikutnya yuk mampir ke karya teman author cerita nya seru lho!
"Hidup itu memang perlu bebenah diri! Termasuk singkirin kamu!"
"Hanum, serius itu hanya kecelakaan dan lupa."
"Termasuk menyakiti juga kamu sebut Hippocampus sejenis amnesia anterograde?"
Kamu tau, kamu cuma jadi beban yang bisanya nyalahin aku dan ninggalin aku diwaktu yang tidak tepat. Muaaak!!
Hanum seorang wanita dengan minus akal kepercayaan diri jauh dari kata cantik, serta bentuk tubuhnya besar jauh dari kata normal membuat dirinya selalu di ejek dan hina oleh pasangan. Hanum mati matian diet, demi mendapatkan pasangan yang tampan serta bisa mengertinya. Dapatkah Hanum melewatinya, belum lagi kisah cintanya dengan Alfa Jhonson bagai ada di roller coaster!
NAH KAN, SIMAK PENASARAN?
CUSS! KLIK LINK JUDULNYA YA KAK!
BAD WIFE.
JANGAN LUPA TAP LOVE, JEJAKNYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sebutir Debu
sedih banget 😥
2022-05-23
0
Glastor Roy
up
2022-05-16
2