...~ Happy Reading ~...
...____________________...
...*...
...*...
...*...
Semua benda yang ada di atas meja kerja milik Jihan, basah terkena cipratan air dari mulut Vlora. Dari semua hal yang membuat Jihan sangat marah ialah ketika beberapa lembar kertas di sana basah dan hancur.
"Sorry," cicit Vlora.
Jihan teramat geram dengan apa yang sudah dilakukan sahabatnya. Seandainya orang lain yang melakukan itu, mungkin ia akan hancur terkena amukan Jihan.
Namun, sayangnya, ini Vlora. Salah satu manusia di muka bumi ini yang paling ia sayangi selain kedua orang tuanya.
"Kamu ... arrrgghh!" Jihan menggertakan gigi seraya mengacungkan tangannya membentuk cakar, lalu mengarah kepada Vlora.
"Ini baru saja aku kerjain, Ra. Ini itu desain aku untuk keluarga besar yang tadi kamu marahin itu. Ini pesanan penting tau gak? Ini tuh cuan semua, Vlora Yukika!" Suara Jihan melengking hingga ke langit-langit ruangan.
Ia mengambil kertas-kertas yang sudah basah itu lalu mere*mas-re*mas, kemudian mengusap kasar ke wajah Vlora.
"Jihan Atmajaya!" pekik Vlora yang ikutan marah dengan perbuatan sahabatnya. "Gimana aku nanti kalau jemput Giv? Jorok banget sih kamu," gerutu Vlora.
"Hah? A-apa katamu? Coba ulangi sekali lagi, jemput Given?" cecar Jihan tak percaya.
Jika tadi Vlora yang dibuat kaget oleh ucapan Jihan, kini terbalik. Jihan yang dibuat kaget dengan fakta baru mengenai sahabatnya itu.
Vlora hanya mencebik dan tidak menjawab. Ia lalu beranjak ke toilet yang juga masih berada dalam 1 ruangan dengan ruang kerja Jihan. Vlora lalu menata kembali penampilannya.
"Serius, Ra. Kamu bener mau jemput Given?" tanya Jihan begitu Vlora telah kembali.
"Resek," decak Vlora sambil mendaratkan tubuhnya ke sofa.
"Aku senang mendengarnya, Baby. Akhirnya kamu keluar juga dari zona nyaman kamu selama ini." Jihan terkekeh. "Pantes aja, udah nongol di mari pagi-pagi, ngerecokin kerjaan orang pula." Ujung-ujungnya tetap saja kesal.
"Sudah impas yah, kamu ngerusak penampilan aku, Nes!" Mendelik kesal pada Jihan.
"Nes, jones, pala kamu tuh yang ngenes." Lagi-lagi sebuah gulungan kertas mendarat di kepala Vlora. "Gak! Impas dari mananya? Yang kamu buat itu merugikan aku tau gak? Aku harus gambar ulang lagi, dan itu gak semudah yang kamu bayangin forguzo." Jihan kekeh semua itu salah Vlora.
Vlora pun tidak mau kalah. "You know? Kelakuan kamu akan membuat aku tambah malu menjadi bahan cibiran si mak lampir, Rebecca." Dan ucapan Vlora membuat Jihan terperanjat.
"Rebecca? Rebecca teman kuliah kita dulu? Yang ...." Jihan sengaja menggantung kalimatnya. Ia takut menyinggung perasaan Vlora.
"Hm, Rebecca siapa lagi? Ternyata, anaknya satu sekolah sama Giv." Vlora menjawab dengan wajah kesal dan nada ketus.
"Tau dari mana kamu? Anak yang itu yah?" tanya Jihan lagi. Wanita satu itu paling senang bertanya alias kepo.
"Taulah, orang aku yang nganterin Giv tadi. Pas mau balik, eh ketemu itu mak lampir. Dan kamu bayangin saja selanjutnya apa yang dia lakukan," ucap Vlora dengan malas. "Dan ... ya, anak itu." Suara Vlora mengecil dengan mata yang terpejam.
"Wah, wah ... kebetulan atau kesengajaan sih ini?" Jihan ikut bergabung bersama Vlora di sofa.
"Maksud kamu apa?" Vlora membuka matanya kembali lalu menatap Jihan dengan kening yang mengerut.
"Kamu tau maksud aku, Beb. Aku yakin banget itu orang sengaja nyekolahin anaknya satu sekolah dengan anak kamu. Aku terlalu yakin jika dia selalu memantau kehidupan kamu dari jarak aman," terang Jihan.
Vlora tampak berpikir. "Masa sih? Tapi ... iya juga yah. Dia tadi sempat singgung tentang Tristan ... ujung-ujungnya menghina penampilanku. Dia pamer tentang gajinya, bahkan tentang ...." Vlora menghentikan ucapannya.
Wanita ceking itu menyandarkan tubuhnya dengan malas pada sandaran sofa, lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sembari menengadah.
"Si Harris?" tanya Jihan dan Vlora mengangguk. "Ra, jangan bilang kamu masih menyimpan perasaan buat dia." Jihan menatap tajam.
Vlora menurunkan tangan lalu balas menatap sahabatnya. "Kamu meragukan aku? Perasaan itu sudah terkubur sejak tujuh tahun lalu, dan sudah hilang bersama waktu. Hanya saja ... aku tidak ingin bertemu dengan semua hal yang berhubungan dengannya," jawab Vlora meyakinkan.
Jihan memicingkan matanya seolah ragu. "Tapi tingkah kamu seolah rasa itu masih ada, Ra. Apa aku benar? Toh kamu tidak segalau ini kalau menyangkut Tristan." Jihan tersenyum di ujung kalimatnya.
"Jangan ngaco kamu, Ji!" Vlora memalingkan wajahnya. Ada perih di dalam hatinya yang tidak dimengerti oleh lain, Jihan sekalipun.
Siapapun itu, tidak akan tahu rasanya ... dan mungkin memang tidak boleh tau. Cukup menjadi rahasiaku saja ....
...🌷🌷🌷...
...To be continued .......
...*...
...*...
...*...
...Tinggalkan jejak yah, gaesss ❤️...
...______________________________...
...#...
...#...
...#...
Tim promo aktif lagi nih 😁 Mampir kalau suka yah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Yunaeni Fadilah
bnyak teka teki silang wkwkwkkw
2022-07-14
1
🐌KANG MAGERAN🐌
kayanya nggak bisa dipastiin deh
2022-04-22
2
🐌KANG MAGERAN🐌
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-04-22
2