...~ Happy Reading ~...
...____________________...
...*...
...*...
...*...
Raja siang yang bersembunyi di balik awan, berada tepat di tengah-tengah perjalanannya. Siang yang mendung itu Vlora didatangi sahabatnya, Jihan. Pertengkaran kecil pagi tadi membuat mood perempuan bertubuh ceking itu sedikit tidak baik.
"Muka kenapa gitu? Tristan lagi yah?" tebak Jihan.
Tepat sasaran, tetapi Vlora selalu mengelak. Saat itu mereka tengah berbincang di ruang tamu kediaman Vlora dan suaminya.
Melihat Vlora yang uring-uringan, Jihan berinisiatif mengajaknya keluar. Sedikit banyak ia sudah memahami segala seluk beluk tentang sahabatnya itu.
"Ck, sotoy!" decak Vlora langsung bangkit dan bergegas untuk bersiap-siap.
Tidak lama setelah itu ia kembali dari atas dengan sebuah tas kecil di pundaknya.
"Ayo, sebelum mager mengurungku lagi!" ajaknya seraya melenggang keluar rumah.
Tidak ingin terbeban dengan rasa takut yang bertumpuk-tumpuk lalu akhirnya akan menggunung, Vlora menyetujui dan berniat mengajak serta anaknya dengan menjemput bocah lelaki itu terlebih dahulu di sekolah.
Mobil yang dikendarai Jihan kini memasuki parkiran Maverly Market, sebuah pusat perbelanjaan yang ada di Edinburgh.
"Ra, bukannya itu …." Ucapan Jihan menggantung kala melihat sosok pria yang dikenalnya keluar dari mobil yang juga tak lagi asing.
"Apa?" tanya Vlora. Ia tidak memperhatikan sekitar karena sibuk melepas seat belt yang masih membelit putranya.
"E-enggak, gak. Ayo, turun!"
Jihan memilih diam tak memberitahu. Tadinya ia ingin mengatakan keberadaan mobil yang tidak lagi asing itu. Namun, pemandangan berikutnya membuat wanita dengan tinggi semampai itu menahan lisan. Jangan sampai ucapannya justru menimbulkan perspektif yang berbeda bagi sang sahabat.
Sayangnya, situasi justru berpihak pada Vlora. Netra legam ibu satu anak itu lurus tertuju pada sosok pria yang sangat ia kenal, tengah melenggang mesra dengan seorang hawa nan cantik dan ….
Kayak kenal wanita itu, deh. Batin Vlora bertanya-tanya merasa familiar dengan sosok dara di sana. Segerombolan ketakutan mulai mengerubunginya lagi.
"A-ayo, jalan! Ngapain masih di sini?" Vlora langsung meraih tangan putranya, lalu melangkah meninggalkan Jihan yang masih terpaku di sana.
Ia berjalan sedikit cepat, sambil menarik tubuh sang putra agar merapat padanya. Tampak ia tengah berusaha menutupi fakta tadi dari sang putra.
"Loh, kok lewat situ?" Jihan baru tersadar saat Vlora telah berbalik arah dan menjauh. "Ra, hei! Vlora!" panggil Jihan yang tak digubris oleh Vlora.
Wanita itu segara melangkahkan kakinya mengikuti sang sahabat. Baru beberapa langkah saja, ia kembali berhenti dan menoleh ke arah yang berlawanan.
"Eh, tadi itu Vlora liat gak sih?" tanya Jihan. Entah pada diri sendiri ataukah pada angin yang melintas.
Bingung mengira-ngira, Jihan menggeleng dan hendak beranjak dari sana. Saat ia menoleh ke arah Vlora, tubuh ceking sahabatnya tak lagi tertangkap ain. Wanita dengan tinggi semampai itu lekas mengambil langkah seribu mencari Vlora di tengah banyaknya manusia yang berlalu lalang.
"Sopan sekali, yah, orang yang ngajak ditinggal pergi begitu saja," gerutu Jihan yang baru saja bergabung. Wanita cantik berwajah judes itu tampak sedikit tersengal-sengal.
Ketiganya tengah bertandang di Little Maestro, sebuah restoran yang berada tidak jauh dari Maverly Market. Tujuan mereka siang itu memang untuk makan terlebih dahulu, sebelum menjelajahi tempat yang selalu dipadati lautan manusia tersebut.
"Pegel kalo berdiri kelamaan. Kamu, sih, pake acara ngelamun di tempat umum. Gak tau apa perut dah teriak-teriak minta diisi," omel Vlora. Bukan marah, ia hanya berdramatis menutupi hati yang mendadak kacau balau siang itu.
Ya, kali anakku harus melihat kelakukan daddy-nya. Tapi … kenapa aku sepertinya takut kali ini? Batin Vlora.
Jihan yang baru saja mendaratkan bokong pada kursi kosong di depan Vlora, seketika menatap wajah sahabatnya itu penuh tanya.
Beneran, ini orang gak liat tadi? Atau … ah, baguslah kalo gak liat.
Jihan bernafas lega. Akan tetapi, di samping itu ia juga dibuat jengkel dengan pemandangan tadi. Ada marah yang tidak dapat ia tunjukkan karena ia pun sendiri masih bingung dengan fakta yang sebenarnya. Percaya dengan mata saja tidaklah cukup sebab telinga juga butuh penjelasan yang sesuai.
"Ck, jadi aku lagi yang harus minta maaf?" Jihan menggelengkan kepalanya pelan. "Maaf, Nyonya Tristan," ucapnya dibumbui sedikit drama mengejek.
Satu gulungan tisu mendarat sempurna di wajah Jihan. "Gosah lebay, buruan pesan sana! Anakku dah bosen nunggu dari tadi." Tangan lembutnya berpindah mengusap kepala sang putra.
"Et dah, onty cantik kok jadi lupa sama si ganteng ini, yah. Maafkan onty, Giv!" Jihan pun secepat kilat memesan apa yang hendak mereka makan sesuai dengan yang tertera pada daftar menu.
Salah satu menu yang terkenal dari restoran tersebut adalah pizza Italia yang sangat lezat.
Beberapa saat menunggu, tampak sepi tanpa ada obrolan hangat antara dua wanita dewasa itu. Vlora yang larut dalam pikirannya, sementara Jihan yang entah kenapa malah menambatkan pandangannya pada putra semata wayang sang sahabat.
"Ra!" Suara Jihan menghentikan Vlora dari acara duga-menduganya.
"Hm, ya?" Vlora cepat sekali mengendalikan raut serta hatinya.
"Kamu bawel, suka bikin ribut. Tristan apalagi, rame banget orangnya, friendly dan gak bisa diem. Lah, dia napa kalem gini sih?" tanya Jihan penasaran. Matanya tidak lepas dari wajah datar bocah lelaki itu.
Vlora menoleh menatap anaknya sekilas. Senyum kecil tersungging di wajah cantiknya yang begitu tirus. "Ya, dia emang begini orangnya. Malas ngomong yang gak penting. Rada temperamen ... juga extrovert sih."
"Bukannya 99,9% faktor gen itu selalu menurun? Atau …. kesepian kali dia," ucap Jihan penuh canda.
Vlora spontan mendelik kesal. "Jangan meracuni otak anakku!" tegas Vlora.
Tidak lama kemudian pesanan mereka pun tiba dan ketiganya memulai acara makan siang dengan Vlora yang tidak bisa tenang sama sekali. Selesai makan, Jihan yang masih ingin berkeliling kala itu mendapat telepon dari asistennya.
Mereka memutuskan untuk hang out di lain waktu. Vlora bersama anaknya pulang ke rumah, sedangkan Jihan harus kembali ke butik.
Sebelumnya ia telah memastikan bahwa tidak akan ada jadwal atau pesanan penting hari itu karena ia ingin menghabiskan waktu bersama Vlora. Nyatanya masih saja ada halangan.
"Siapa sih yang berkunjung dadakan gini? Merepotkan saja," sungut Jihan.
Ia segera menginjak pedal gas menuju butik, sedangkan Vlora memesan taksi untuknya dan sang putra.
...🌷🌷🌷...
...To be continued .......
Biasakan jempol untuk menekan tombol like, komen dan favorit ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Lena Laiha
kalau aku udah aku lempar pake sandal tuh suami macam begitu 👹
2023-07-31
0
Enis Sudrajat
lanjuuuut semangat up nya😆😆😆
2022-04-06
2
Lavinka
efek nggak bisa tidur lari ke sini. siapa tahu bang Ilham Dateng
2022-04-05
4