...~ Happy Reading ~...
...____________________...
...*...
...*...
...*...
📲 "Iya, Li! Ini sudah di bawah."
Jihan menjawab telepon dari asistennya sembari berlari kecil memasuki butik. Beberapa sapaan yang tertuju padanya tidak ia hiraukan. Wanita cantik itu malah sibuk membenahi penampilannya dari rambut hingga pakaian.
Sepenting apa, sih, tamunya sampai aku yang harus turun tangan? Mode malas Jihan sedang on.
Beberapa hari tidak bertemu Vlora, membuat wanita lajang satu itu begitu hampa. Mereka bersahabat baik sejak masih duduk di bangku SMA, di Jakarta, hingga kini sama-sama mendiami sebuah kota tua di selatan Britania Raya.
Setelah menamatkan pendidikan di jenjang menengah atas, dua sahabat itu seia sekata melanjutkan kuliah di The University of Edinburgh, yang berlokasi di United Kingdom, Skotlandia.
Universitas tersebut merupakan salah satu universitas terbaik ke-7 di Eropa dan menduduki peringkat terbaik ke-18 di dunia pada 2021.
Tentu tidak mudah untuk bisa masuk pada universitas tersebut. Beruntungnya Vlora dan Jihan yang masih diberi kesempatan kala itu untuk mengenyam pendidikan pada almamater seorang Charles Darwin.
Vlora yang pandai dengan segudang prestasi yang ia miliki serta ekonomi keluarga yang terbilang cukup mampu, memuluskan langkahnya mencapai negeri dengan kastil-kastil indah itu. Begitu juga dengan Jihan.
Namun, tentu saja ada syaratnya. Dua hawa cantik itu diharuskan memiliki sertifikat IELTS, nilai akademik yang baik, dan juga visa pelajar. Berbulan-bulan Vlora dan Jihan mempersiapkan diri untuk memperoleh semua tiket itu agar dapat bersaing dengan sejumlah siswa dari keluarga konglomerat lainnya.
Sayangnya, baru di garis awal perjalanan, Vlora mundur dengan memutuskan untuk menikah di usia muda karena sebuah alasan yang tidak masuk akal.
Di samping itu, Jihan lebih memilih untuk tetap melanjutkan mimpinya dan berakhir fokus berkarir di kota seribu kastil tersebut.
"Ah, syukurlah, Bu Jihan sudah ada. Ini pemilik butiknya, Bu!" Lidya, asisten Jihan, memberitahukan kedatangan bosnya.
Jihan yang baru saja masuk ke ruangannya, begitu terkejut melihat siapa gerangan yang bertandang ke butik siang itu. Ia terbelalak tak percaya melihat tamu kebesaran.
"Selamat siang, Nona Jihan!" sapa dia yang berkunjung.
Seorang wanita cantik berusia senja dengan penampilan elegan dari ujung rambut hingga telapak kakinya, berdiri mengulurkan tangan pada Jihan. Senyum indah terlukis di wajah tua tanpa sedikitpun keriput di sana, melambangkan kesahajaan dalam kemewahannya.
Jihan bertambah kaget karena ternyata wanita paruh baya itu bisa berbahasa Indonesia.
Eh? Bisa bahasa Indonesia juga? Demi apa coba? Keren banget.
Entah bingung atau terpesona membuat Jihan terdiam cukup lama, hingga suara itu kembali menyadarkannya.
"Tidak apa-apa, Nona Jihan. Tidak usah bingung, berbicaralah dengan bahasa Anda. Saya memahami dengan sangat baik," tutur wanita itu yang mengerti kebingungan Jihan.
"Ah, i-iya, Nyonya!" Jihan terbata tampak grogi.
Ia lalu mengulurkan tangannya dengan sedikit gemetaran menyambut tangan wanita cantik di hadapannya, lalu secepat kilat melepaskan kembali sebelum seluruh tubuhnya dibuat tremor.
"Selamat siang, Nyonya. Maaf, telah membuat Anda lama menunggu!" Mengatupkan kedua tangan di depan dadanya. "Kunjungan Anda merupakan suatu kehormatan bagi saya," ucap Jihan lagi dan sedikit menunduk. "Silahkan duduk, Nyonya!" imbuhnya sungkan.
Oemji, beruntungnya aku siang ini, berasa kek mimpi. Ah, ternyata liat asli begini lebih cantik, sopan, dan … kenapa wajahnya gak asing yah?
...*****...
Sementara itu, dalam perjalanan pulang ke rumah, Vlora tampak melamun. Beberapa kali putranya bertanya, tetapi tidak ada respon sama sekali.
"Mommy!" panggil Given dengan tepukan kecil pada telapak tangan ibunya.
Vlora sedikit tersentak. "Hmm, ya? Ada apa, Sayang?" tanya Vlora cepat.
Wajahnya yang sedari tadi melekat di kaca mobil dan menyapu seisi kota dengan pandangan kosong, kini berbalik menatap sang putra dengan senyuman kecil.
Anak lelaki berusia 6 tahun itu tidak langsung menjawab pertanyaan sang ibu. Manik hitam kecil, menatap lekat wajah wanita yang telah menghadirkannya ke dunia ini.
"Are you ok, Mom?" tanyanya kemudian.
"Ya, mom baik-baik saja, Sayang. Sangat baik." Vlora mengangguk beberapa kali, lalu tersenyum sembari mencubit kecil hidung bangir sang putra.
Bocah berwajah tampan itu menepis tangan sang ibu yang bertengger di hidung mancungnya. Ia kembali memposisikan duduknya menghadap ke depan dan tidak berniat untuk bertanya ataupun berbicara lagi. Mode temperamen kembali diaktifkan.
Vlora yang gemas melihat itu hendak membawa sang putra ke dalam pelukannya, tetapi lagi-lagi ditepis.
"Sayang, tidak boleh begitu sama mommy? Apa Giv sedang marah?" tanya Vlora. Ia sedikit menunduk demi melihat wajah anaknya.
"Giv sudah besar, Mom. Jangan peluk-peluk lagi!" ucapnya pelan.
Vlora hanya tersenyum menanggapi ucapan putra semata wayangnya. Ada secuil damai yang menyelip di antara serpihan ketakutan dan ketidaknyamanan dalam benaknya.
Gak terasa udah sebesar ini. Beruntungnya mommy punya kamu, Giv. Kelak, tumbuhlah menjadi lelaki yang baik. Jangan seperti ....
Vlora menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran aneh yang tiba-tiba saja menjenguk gundahnya.
Sapuan lembut menyentuh kepala Given. Bocah temperamen itu bergeming dengan pandangan lurus ke depan.
...*****...
Senja kembali melukis indahnya di ujung cakrawala, menggiring lelah ke peraduan, lalu membenamkan diri dengan seikat janji 'tuk kembali esok.
Dari balik kaca jendela kamarnya, Vlora melihat mobil sang suami yang baru saja masuk di pekarangan rumah. Embusan nafas berat terlafas, diikuti kelopak mata yang terpejam sejenak.
Mata indahnya kini menyorot datar wajah tampan sang suami kala memasuki kamar. Tidak ada sapaan atau sambutan hangat seperti yang sudah-sudah.
"Baru lagi?" tanya Vlora sinis.
"Apanya? Jangan mulai lagi, Vlora! Aku capek," ucap Tristan dengan malas.
Satu sudut bibir Vlora terangkat. "Ya, ya, kamu capek. Capek jalan-jalan ke mall seharian bersama ... i know, i see." Nada-nada kesal berujung ejek terdengar panas.
Tristan sontak melemparkan tatapan horor pada istrinya. "Jadi seperti itu kerajaanmu sekarang?" Suara lelaki itu meninggi.
Vlora mendengus. "Apa itu berfaedah? Itu bukanlah hal baru yang lantas mengagetkanku ataupun dirimu." Telak dan tajam ucapan Vlora.
"Jadi, apa maumu?" tanya Tristan santai. Namun, bagai satu serangan yang melumpuhkan setitik keberanian Vlora awal tadi.
Vlora terdiam untuk beberapa saat. "Masih sama seperti sebelumnya," ucapnya pelan.
"Dan jika aku tidak mau? Lantas kau mau apa? Kau tidak akan pernah punya pilihan apa-apa, selain diam di rumah dan menjadi istri yang baik," sergah Tristan.
"Apa yang kamu dapatkan dari wanita-wanita itu?" Vlora kembali emosi. "Sadar, Tan! Sadar!" Nada Vlora tak lagi terkontrol.
"Kamu pik–"
Brakkk ….
Hening kemudian tercipta di antara keduanya.
...🌷🌷🌷...
...To be continued …....
...*...
...*...
...*...
...Jangan lupa like, komen dan favoritkan ❤️...
..._______________________________...
...Oh yah, AG mau merekomendasikan novel fantasi karya teman AG nih. Yang suka fantasi, bolehlah merapat 😁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Gembelnya NT
Ini nama panjangnya The Unforgiven ya? 😁😁
2022-04-23
1
Lavinka
ya ampun itu si Tristan minta di masukin karung, terus buang ke rawa-rawa. Laki apa bukan sih dia? bikin gondok
2022-04-05
2
Lavinka
ini jangan bilang si given🤧
2022-04-05
1