Not You
...~ Happy Reading ~...
...____________________...
...*...
...*...
...*...
Edinburgh, Skotlandia, November 2021
Gelap semakin pekat kala sebagian lampu dari hunian yang cukup besar itu dipadamkan. Jarum jam berdetak pelan dan terasa lambat bagi jiwa yang menunggu, lalu pun malam merangkak jauh membentangkan kelam yang meragu.
Derap langkah penuh khawatir berjejak kaku menuruni tangga. Cengkeraman pada besi pembatas itu begitu kuat, menandakan ketakutan yang hakiki.
Baru saja pijakan rapuh itu menyentuh undakan terakhir, suara petir menggelegar memecah keheningan semesta bersamaan dengan seberkas kilat yang menyambar. Sesosok wanita ceking refleks terduduk dan menunduk dengan kedua tangan menutup kuat kupingnya.
Oh, God! Kirimkan womanizer itu cepat kembali.
Gemuruh angin menyusup masuk melalui celah-celah ventilasi, menerbangkan tirai yang bergelantung setia menutupi kaca-kaca jendela. Riuh ketakutan berbondong-bondong menyerang wanita itu. Tiba-tiba saja ia memekik histeris kala sebuah sentuhan mendarat di pundaknya.
"Mommy!"
Wanita itu tersentak lalu mengangkat pandangannya. Ia refleks berbalik dan meraih tubuh kecil yang tengah berdiri dengan sebuah senter LED di tangannya.
"Sayang, kenapa ada di sini?" tanya wanita itu dengan panik. Ia mendekap erat bocah lelaki yang tiba-tiba saja berdiri di belakangnya.
Entah, sejak kapan bocah itu mengikutinya, padahal beberapa menit lalu ia baru saja keluar dari kamar anak lelaki itu.
"Ini sudah larut, Dear. Ayo, tidur!" ajaknya. Wanita itu bangkit lalu mengajak si bocah lelaki kembali menaiki tangga. Niat ingin mengintip tanda-tanda pulangnya sang suami, ia urungkan.
Langkah keduanya baru saja akan meninggalkan pijakan saat itu, petir kembali menyapa dengan keras. Tak ketinggalan kilat berkelebat dengan gemuruh angin yang kencang memporak porandakan kain gorden dan beberapa benda lainnya. Semesta sedang berpesta ataukah mengamuk? Entahlah.
Wanita ceking itu berjingkrak kaget dan langsung mendekap anaknya.
“Mom, apakah kau takut?” tanya si bocah. Eratnya pelukan dan sedikit getaran pada tangan kurus wanita itu, memberitahukan padanya bahwa wanita yang dipanggilnya ‘mommy’, tengah ketakutan.
"Ti-tidak, Sayang–"
"Aku di sini, Mom, jangan takut!" sanggah si bocah menghentikan ucapan ibunya.
Suara lembut dengan genggaman halus yang tak seberapa kuat, cukup untuk memberi wanita itu secuil keberanian. Keduanya cepat-cepat melangkah menapaki tangga.
"Malam ini Mom ingin tidur lagi denganku?" tanya si bocah dan ibunya mengangguk.
Begitu pintu kamar sudah tertutup pasti, rintik-rintik hujan mulai berjatuhan, berhambur di atas genteng menciptakan sensasi gaduh dan menggigil. Lama kelamaan, rintik pun berganti guyuran deras.
Wanita itu semakin gelisah menunggu sang suami yang belum juga kembali sejak ke kantor pagi tadi. Ini untuk kesekian kali suaminya pulang larut malam. Tidak ada masalah dengan hal itu sama sekali. Hanya saja, sang wanita takut terhadap kesendirian dan juga gelap.
"Ayo, tidur! Tidak baik anak kecil begadang." Ia membujuk anaknya yang masih setia terjaga. Bocah lelaki yang belum cukup umur itu seakan memahami gundah yang tengah merajai sang ibu.
"Mommy juga tidur, jangan menunggu daddy lagi!" sahut si bocah seketika membuat ibunya tertegun sejenak. Sepeka itu kamu sekarang, nak?
Ia tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, good night, Dear!" bisiknya. Ia pun meninggalkan satu kecupan di kening sang putra.
"Good night, Mom!"
Wanita itu segera menyelimuti raga dan memaksa tuk tidur. Namun, kelopak matanya tak kunjung jua terpejam, bahkan kantuk seolah enggan tuk singgah.
Bolak-balik ia memastikan putranya tertidur dengan damai. Sesekali, ia akan bangun dan merapikan selimut sang putra yang sedikit tersibak. Lelah hayati menunggu dalam suasana yang mencekam, wanita itu akhirnya terlelap kala jarum jam mencapai angka 2.
...*****...
Hari masih agak gelap dan mentari belum juga tampak mengintip. Kabut masih setia membentangkan selimut menggelugut dan embun masih bermanja ria di balik dedaunan. Bau basah sisa hujan semalam, menciptakan hawa dingin tetapi menyegarkan.
Wanita itu terbangun lalu memeriksa kamarnya berharap sang suami telah kembali dengan selamat. Matanya langsung tertuju pada ranjang kosong dan masih tetap rapi sama seperti semalam. Ia pun melirik sofa di sana, terdapat tas kerja dan sepatu yang tergeletak sembarangan.
Pasti baru pulang.
Deritan pintu kamar mandi yang terbuka refleks mengalihkan atensi wanita itu. Sosok sang suami keluar dari sana dengan wajah segar sehabis mandi.
"Semalam pulang jam berapa? Lembur lagi?" Ada kesal yang masih coba ditahan. Ia melangkah ke arah lemari, lalu memilih baju untuk suaminya.
"Sudah sangat larut. Iya ada lembur lagi. Maaf," jawab lelaki itu sekenanya.
Wanita itu memejamkan mata tuk meredam gejolak hati, kala ia mengingat ranjang rapi tak terjamah sama sekali.
Kapan kau berubah, Tristan? Batin sang wanita.
"Kenapa yang ini? Aku harus ke kantor, Ra!" Melayangkan protes ketika istrinya memberikan baju santai rumahan.
Wanita itu mengernyit. "Ini hari Sabtu, Tan. Dan … sepagi ini kamu … please, stop it! Kapan kamu akan sadar?" Ia mulai gusar.
"Jangan aneh-aneh kamu! Suami mau ke kantor bukannya nyiapin keperluan, malah banyak tanya." Sang suami malah makin kesal.
"Kamu baru saja kembali dan langsung mau pergi lagi? Apa-apaan kamu, Tistan?" cecar wanita itu tak lagi sabar.
"Maksud kamu apa? Aku sudah pulang dari semalam dan tidak ada istri yang menungguku di sini, malah memilih tidur di kamar anaknya." Suara lelaki itu mulai meninggi.
Sang wanita menyorot tajam. "Jam berapa aku tanya? Jam berapa kamu pulang? Dari dulu kamu tahu aku punya ketakutan besar terhadap gelap dan kesendirian. Kenapa sekarang jadi persoalan jika aku harus tidur di kamar Given?"
Suaminya terbungkam dengan sorot datar. "Maaf." Langsung menoleh ke sembarang arah.
Wanita itu mendengus. "Hanya itu? Maafmu tidak pernah sungguh," sahutnya pelan tapi tajam.
"Aku lelah dan malas berdebat, Vlora!"
Lelaki itu menyudahi perdebatan kecil mereka. Ia memilih sendiri pakaiannya lalu berganti, kemudian berlalu dari kamar. Vlora mengekornya dengan tidak ada rasa puas atas setiap jawaban lelaki itu.
"Tunggu, Tan! Aku belum sel–"
"Cukup, Vlora!"
Bentakan itu menjadi sejarah baru dalam rumah tangganya. Tristan, sang suami, memang telah banyak menyakitinya dengan bermain wanita. Namun, belum pernah sekalipun ia mengasari dan menyakiti Vlora.
Sekelebat rasa takut tiba-tiba menyapu jiwa Vlora. Bukan takut diduakan. Sama sekali bukan karena hal itu sudah biasa baginya. Akan tetapi, ada hal lain yang selalu menghantui wanita cantik satu itu.
Apa ini? Kenapa dia jadi kasar? Tidak, tidak ... dia tidak mungkin berubah ....
...🌷🌷🌷...
...To be continued …....
... 🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Baby_Miracles
cara penulisannya agak beda ya? nyimak ah!
2023-08-01
0
Lena Laiha
gak mau komen
2023-07-31
0
UQies (IG: bulqies_uqies)
Keren banget rangkaian kata-kata kakak, aku suka. Sukses selalu yah kak 🥰
2023-07-31
0