“Yakin? Buktinya kamu nggak nolak kan ...." jawab Tristan enteng sambil tersenyum penuh kemenangan.
Adira masih diam dan membenarkan perkataan Tristan. Harusnya dia menolak. Tampar atau tonjok gitu. Tapi Adira tidak melakukannya.
Ini benar-benar gila. Adira merasa kepalanya ingin pecah membayangkan betapa bodoh dirinya.
“See ... Kamu nggak melakukan pemberontakan." imbuh Tristan lagi tersenyum penuh kemenangan.
“Aaaaaargh.....” Adira menjerit tak tahan.
Seketika, Tristan menutup telinganya dengan kedua tangan yang mengukung Adira.
Adira merasa, ini adalah kesempatan nya untuk kabur.
Setelah berhasil kabur, Adira bernafas dengan lega.
Akhirnya dia bisa menyelamatkan sang jantung yang sudah berdetak upnormal. Adira menutup pintu kamar dengan kasar.
Gubrak!!
Tristan hanya bisa meringis merasakan gendang telinganya seperti akan pecah. Dia pun bergegas memakai baju yang telah disiapkan 'calon istri' menurut Tristan sendiri. Karena Adira belum mengakui itu. Haha.
..........
Adira keluar dari kamarnya dengan wajah bersungut-sungut menahan kesal.
Dia pergi ke dapur untuk membuat minuman hangat untuk dirinya juga untuk 'tukang nyosor'.
Adira memilih membuat susu panas dan menyajikannya di ruang TV.
Dia meraih remote dan duduk bersandar lalu segera menyalakan televisi.
Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi Tristan tak kunjung pulang.
Adira tidak tau apa yang akan terjadi jika terus bersama Tristan berdua saja. Sedangkan ART nya sudah pulang sejak sore tadi.
Membicarakan tentang sore, Adira jadi teringat dengan kejadian tadi sore dengan Elvan. Adira kembali merasakan sesak. Air mata pun tak bisa lagi untuk dibendung.
'berbaikan pun tak ada gunanya. Sepertinya aku mencintai orang yang salah.' batin Adira yang semakin terisak dan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
Cinta memang datang tidak diminta. Pergi juga tak di antar. Sudah seperti jailangkung ya. Hhhhha.
Jika cintamu tidak dihargai, pergilah. Memang melupakan dan merelakan cinta yang sudah bertahun-tahun bersemayam tidaklah mudah.
Seiring berjalannya waktu, semua akan kembali baik-baik saja dan kau akan merasakan jatuh cinta yang lebih besar kepada orang yang tepat. Seseorang yang menghargai perasaan,cinta, dan sayangmu.
Cukup lama Adira terisak. Dia harus belajar merelakan. Dia tidak bisa berada dalam kubangan masa lalunya terus menerus.
Dia harus melangkah ke depan. Ada hal yang lebih penting dari urusan cinta. Kedua orangtua dan kuliahnya. Dia harus fokus kepada tujuan hidupnya. Soal cinta, itu bonus untuk memanis-pahitkan kehidupan.
Karena terlalu larut dalam kesedihan, Adira tidak menyadari jika Tristan sudah keluar dari kamar dan berjalan ke arahnya.
Mata Tristan menangkap wajah muram Adira lagi. Dia pun memilih duduk di sebelah Adira.
“Adira ... Kamu marah? Karena tadi?” tanya Tristan merasa bersalah dan sekarang dia malah melihat Adira menangis sesenggukan menambah rasa bersalah yang menggerogoti hatinya.
Adira hanya menjawab dengan gelengan kepala dan tangisnya malah semakin menjadi. Tristan akhirnya memilih memeluk Adira erat.
Satu telapak tangannya mengelus lembut punggung Adira, menyalurkan ketenangan untuknya.
Entah Adira menangis karena apa. Atau karena masalah tadi sore? Bahkan sampai sekarang Tristan belum tahu pasti apa yang menyebabkan Adira sampai menangis seperti itu.
Setelah lama menangis akhirnya tangisan Adira mereda. Tristan merasa lega bisa menenangkan Adira. Tristan memberanikan diri untuk bertanya apa yang terjadi.
“Kamu kenapa tadi sore? Cerita sama aku ... aku siap dengerin kok." ucap Tristan sangat lembut.
“Bolehkah aku seperti ini dulu?” tanya Adira.
Yang dimaksud Adira adalah posisi berpelukan. Dia ingin memeluk Tristan dulu. Dia merasa begitu tenang dan dilindungi.
“Tentu." jawab Tristan yakin.
Dia pun semakin mengeratkan pelukannya untuk Adira. Jika boleh meminta, Tristan ingin waktu berhenti sampai disini saja. Dia ingin seperti ini terus bersama orang yang dicintainya. Adira....
...............
“Hahahaha." kelakar Adira dan Tristan saat menonton acara komedi di salah satu stasiun televisi Indonesia.
Tingkah lucu dan ucapan nyeleneh dari sang komedi benar-benar membuat Adira lupa bahwa tadi dia habis nangis kejer.
Ya, mungkin efek lega karena sudah bercerita dengan orang yang tepat tentunya. Adira menceritakan semua dari awal Elvan mengajaknya bertemu sambil marah-marah.
Dan tuduhan Elvan yang tidak-tidak karena Kinara menjauhi Elvan, hingga sampai Adira menangis terduduk lemas di tanah taman kompleks.
Yang Adira sukai dari Tristan adalah, dia tidak menyalahkan salah satu di antara mereka. Melainkan hanya memberikan kata-kata motivasinya. Ck.
“Kau tahu?” tanya Tristan menatap Adira lekat.
“Tidak." jawab Adira polos.
Bagaimana dia bisa tahu? Dia saja tidak tahu apa yang dimaksud Tristan dengan kata 'TAHU'. Kecuali makanan yang mengandung protein itu Adira baru TAHU.
“Patah hati adalah cara Tuhan menyelamatkanmu dari orang yang salah." ucap Tristan masih menatap Adira lekat.
Adira terperangah tak percaya. Sosok yang begitu menyebalkan kini berubah menjadi seseorang yang sangat puitis. Tapi Adira menyetujui kalimat Tristan tersebut. Mungkin benar, ada hikmah di balik musibah.
“Ingatlah Adira ... Tidak perduli seberapa ingin kamu kembali ke masa lalu, disana tetap tidak ada hal baru yang bisa kamu lihat." ucap Tristan terjeda untuk melihat ekspresi Adira.
Adira terlihat sangat antusias mendengar sang motivator dadakan.
“Sudah saatnya kamu berhenti memandangi jarum jam yang sudah lama berhenti berputar. Lihatlah kedepan. Karena selepas ini akan ada cinta yang sangat tulus sedang menantimu." lanjut Tristan seperti sedang mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya.
Tapi Adira mana peka. CK.
Adira sangat takjub dengan pola pikir Tristan. Sangat dewasa dan friend-able. Apakah Tristan punya kepribadian ganda? Kadang menyebalkan, kadang juga sangat dewasa. Seperti saat ini.
Adira seperti mendapat pencerahan atas masalah hidupnya. Saat ini dia bisa tersenyum lega.
“Makasih banget, Kak. Karena Kakak udah mau nemenin aku dan kenapa Kakak berubah?" tanya Adira yang langsung mendapat tatapan bingung dari Tristan.
“Berubah? Emang aku power rangers?” tanya Tristan mencebik.
“Hahaha ....” Adira terbahak.
Tristan semakin heran dibuatnya. Tapi dia memilih diam dan memperhatikan raut bahagia terpancar di wajah Adira. Sangat cantik.
Seandainya Tristan bisa memiliki Adira saat ini juga, takkan dia biarkan Adira menangisi hal yang tidak perlu.
Dia tidak berjanji akan selalu ada kebahagiaan. Karena setiap hidup ada sedih dan bahagia. Tapi Tristan berjanji untuk selalu ada disamping Adira.
Saat susah maupun senang. Itu janji Tristan. Setelah melihat senyum dan tawa Adira, dunia nya seakan berubah. Hari-harinya penuh semangat.
dulu hidupnya begitu monoton bagi Tristan setelah ditinggal tanpa alasan oleh pujaan hati. namun siapa sangka, Adira berhasil mewarnai dunianya kembali.
Dunia yang hanya ada hitam dan putih sekarang sudah lebih berwarna. Tapi untuk saat ini Tristan tidak bisa mengungkap perasaanya dahulu. Adira sedang dalam masa patah hati, dan itu tidak akan baik untuk cintanya.
Perlahan dia akan membuat Adira jatuh cinta kepadanya. Tristan yakin akan hal itu suatu hari nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments