“Kalau Lo nggak ngomong apa-apa, harusnya Kinara mau Gue ajak pulang bareng. Dan Kinara nggak ngehindar dari Gue. Bahkan sekarang Kinara cuek banget sama Gue. Itu semua gara-gara Lo!!! Gara-gara Lo yang nggak tau diri! Nggak tau malu!!”
Kata-kata itu seakan selalu menggema di telinga Adira.
Setelah Elvan mengatakan itu, dia langsung pergi meninggalkan Adira yang menangis sendirian di hari yang sudah mulai petang.
Entah mengapa hujan juga tiba-tiba datang mengguyur tubuh Adira yang semakin terisak.
Tubuh Adira luruh ke tanah dan masih menangis tersedu-sedu. Sudah tidak ada orang lagi yang berada di taman tersebut. karena semua mencari tempat berteduh.
Adira benar-benar merasa sendiri. Semesta juga seakan tidak memihaknya.
Untung papa mamanya sedang berada di luar kota. Sehingga jika Adira pulang, dia tidak akan terlihat menyedihkan di depan kedua orangtuanya.
Di dekat taman, Tepatnya di pinggir jalan raya, Tristan memberhentikan mobilnya karena dering ponselnya. Dia terpaksa berhenti karena tidak mungkin mengangkat telepon disaat ponselnya berada di jok belakang yang sengaja dia lempar bersama tas kerjanya.
Dan tentunya Tristan harus membagi fokusnya. Jadi Tristan memilih berhenti untuk mengambil ponsel dan segera mengangkat teleponnya .
“Halo, Om." ucap Tristan setelah meletakkan benda pipih itu di salah satu telinganya.
“.........”
“Iya, terus, Om?”
“..........”
“Bisa, Om. Nanti setelah aku sampai, aku langsung kerumah, Om." jawab Tristan dengan binar di matanya.
“..........”
“Iya makasih, Om. Pasti. Aku akan menjaga kepercayaan, Om." jawab Tristan lagi dengan senyum yang terus mengembang.
Setelah itu telepon ditutup.
Itu tadi papanya Adira yang meminta Tristan untuk menemani Adira selama beberapa hari di rumah.
Karena kedua orangtua Adira sedang berada di luar kota.
Tentu saja Tristan sangat senang dan bangga karena bisa mendapatkan kepercayaan dari papa dan mama Adira untuk menjaga Adira.
Tristan sudah selangkah lebih maju untuk mendapatkan Adira.
Saat hendak melajukan mobilnya dan menengok kanan kiri, matanya menangkap seorang gadis yang sedang duduk bersimpuh dilantai terlihat sangat menyedihkan. Dia sangat kenal dengan gadis itu.
“Sedang apa Adira hujan-hujanan di taman dan terlihat sangat menyedihkan." monolog Tristan keheranan.
Saat menyadari tangan Adira sesekali melakukan gerakan seperti menghapus air mata, seketika itu juga Tristan mematikan mesin mobilnya dan bergegas berlari ke arah Adira.
Saat telah sampai di dekat Adira, tepatnya di belakang Adira. Tristan mendengar Isak tangisnya.
Tak perduli sedang hujan deras dan Tristan mesti basah kuyup karena lupa tak membawa payung saking khawatirnya.
“Adira ....” ucap Tristan lirih.
Adirapun menoleh ke sumber suara dan mendapati Tristan sedang menatapnya kasihan. Adira hanya tersenyum miris dengan kondisi dirinya. Memang sangat menyedihkan.
“Nanti kamu masuk angin. Yuk aku antar pulang." ucap Tristan lembut dan membantu Adira berdiri memapahnya.
Tristan memilih tak bertanya panjang lebar dulu. Dia akan mengantar Adira pulang dan akan membiarkan Adira tenang terlebih dahulu.
Adira hanya diam dan menurut hingga keduanya sampai dimana mobil Tristan terparkir.
Tristan membuka pintu depan dan mendudukkan Adira disana. Setelah itu Tristan memutari setengah mobilnya untuk masuk ke kursi pengemudi.
Setelah berhasil duduk, Tristan segera melajukan mobilnya ke arah rumah Adira.
Tidak lama mobil sudah memasuki pekarangan rumah Adira. Sang Satpam langsung membukakan pintu gerbang.
Saat mobil berhasil parkir di pelataran rumah Adira, Tristan segera turun dan segera memutari setengah mobilnya dan membukakan pintu untuk Adira.
Tidak lupa Tristan juga ingin memapah Adira, namun Adira menolak halus dan mengatakan dia bisa sendiri.
Satpam yang melihat keadaan Adira yang basah dan mata sembab merasa heran dan menerka pasti telah terjadi sesuatu kepada anak bos nya itu.
“Non Adira kenapa mas?" tanya pak Budi untuk menjawab kebingungannya.
“Saya juga kurang tau, Pak. Saya masuk dulu kalau gitu." jawab Tristan ramah sambil berlalu menyusul Adira yang sudah lebih dulu masuk rumah.
Saat sudah sampai di dalam rumah, Tristan tidak melihat Adira.
Mungkin Adira sedang membersihkan diri dan mengganti baju. Tristan memilih duduk di lantai karena baju yang dikenakannya basah.
Selang beberapa menit Adira terlihat menuruni tangga dan sudah berganti baju.
Tubuhnya terlihat lebih segar dan rambutnya terlihat sedikit basah menandakan Adira telah mandi.
“Kak Tristan ... Maaf ya, jadi ngrepotin." ucap Adira merasa tak enak hati.
Tristan berdiri dari duduknya. Adira beralih menatap Tristan dari atas ke bawah berulang-ulang.
“Ya ampun ... Kakak basah kuyup begini ... Kakak ganti baju pake baju pake punya papa aja gimana?" ucap Adira khawatir.
Karena penyebab keadaan Tristan begitu karena dirinya.
“Nggak papa kalau aku pakai bajunya Om Irawan?" tanya Tristan yang memang sudah terasa menggigil.
“Nggak papa. Tubuh Kakak sama papa kan hampir sama. Kayanya pas di badan Kakak." jelas Adira.
“Ya udah ... Kakak mandi dulu sana dikamar aku aja." perintah Adira kemudian.
“Nanti aku ambilin dulu baju papa." imbuh Adira lagi.
“Ya udah, aku mandi dulu ya." ucap Tristan sambil berlalu meninggalkan Adira.
Adira tampak mencari-cari pakaian yang cocok untuk Tristan kenakan.
Pilihan Adira jatuh kepada kaos warna hitam polos dan celana pendek selutut. Walaupun umur papanya hampir menginjak kepala empat, soal fashion jangan diragukan lagi.
Bisa dibilang papa Adira itu papa gaul karena selalu mengikuti trend masa kini.
Setelah selesai, Adira langsung menuju kamarnya dan akan meletakkan baju tersebut di atas kasur.
Saat Adira meletakkan baju tersebut, pintu kamar mandi terbuka menampakkan sosok tampan yang hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggang.
Bagian perutnya terekspos sempurna sehingga menampakkan pemandangan roti sobeknya.
Rambutnya terlihat masih basah bahkan ada satu dua tetesan di helain rambut itu. Adira menggercapkan matanya berulang-ulang agar tidak gagal fokus.
“Ini bajunya, Kak. aku keluar dulu." ucap Adira tanpa menoleh lagi ke arah Tristan dan segera mengayunkan langkahnya keluar.
“Tunggu Adira!" pekik Tristan saat Adira sudah akan mencapai pintu.
“Apalagi kak?" tanya Adira tanpa menoleh.
Tristan berjalan mendekati Adira. Adira merasa was-was dengan sikap Tristan.
'apa yang akan dilakukan tukang nyosor ini sih.' tanya Adira dalam hati.
“Underware ... underware nya sekalian dipinjamin nggak?” ganya Tristan berbisik tepat ditelinga Adira tanpa beban.
Adira memejamkan matanya saat hembusan nafas Tristan terasa hangat di tengkuknya.
Aroma mint yang menenangkan, bau shampo dan sabun mandi yang begitu menenangkan. Adira menggeleng untuk mengusir pikiran liarnya. Dan mencerna ucapan Tristan.
“ Tunggu? Dia bilang apa? ****** *****? dasar mesum!" batin Adira dalam hati.
“Adira ... underware naku juga basah." ucap Tristan lagi dengan tampang polos karena tak kunjung mendapatkan jawaban Adira.
Adira merasa sangat malu. Dia langsung berbalik dan melotot ke arah Tristan dan hendak melayangkan tinju di lengan Tristan.
“Dasar Kakak tuh, mesum!” pekik Adira sambil melayangkan pukulan bertubi-tubi.
Tristan berusaha menghalau.
Karena selalu mencoba menghindar, punggung Tristan terpentok tembok.
Untuk menghentikan pemberontakan, Tristan menarik tubuh Adira bersandar di tembok kemudian mengukung dengan kedua tangannya.
Adira seketika diam tak berkutik. Jantungnya berdebar tak karuan saat wajah Tristan begitu dekat dengan wajahnya.
Adira membeku.
Selalu tak bisa melawan jika sudah dekat seperti itu. Tristan tersenyum smirk dengan alis naik turun. Adira memalingkan wajah untuk menetralisir salah tingkahnya.
“Kenapa diam." ucap Tristan sangat manis dan terdengar sexy di telinga Adira.
“A-aku a-ambil du-du-dulu, Kak." ucap Adira terbata karena gugup.
Cup.
Tristan mengecup sekilas pipi Adira sebelah kiri. Adira membelalakkan mata tak percaya. Dia sudah tak tahan lagi untuk tidak memprotes kelakuan Tristan. Selalu saja seenaknya main cium.
“Enak banget main cium. Udah tiga kali ini Kakak curi dari aku." smprot Adira kesal dan merasa tidak terima.
“Tapi kamu suka." ucap Tristan percaya diri.
“Siapa bilang ... Nggak ada ya ...." jawab Adira tak terima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments