Suasana sore di taman komplek dekat rumah Adira sedikit ramai.
Taman yang lumayan luas. Di taman tersebut di sediakan tempat bermain anak seperti, ayunan, jungkat-jungkit, dan seluncuran. Kebanyakan pengunjung adalah anak-anak dan ibu-ibu yang menemani anaknya bermain.
Ada juga para remaja tapi hanya beberapa. Memang sore hari ini sangat cerah.
Walaupun jam sudah menunjukkan pukul lima sore, matahari masih tampak menyinari dengan sinar kuning keperakannya.
Adira sangat menikmati sore hari ini. Dia duduk di salah satu kursi kayu yang tersedia di taman tersebut.
Dia sengaja datang ke taman untuk sekedar melepas lelahnya. Melihat heboh dan cerianya anak-anak yang sedang bermain, membuat kedua sudut bibir Adira tertarik ke atas berlawanan.
Tanpa disadari, disebelah Adira sudah duduk anak kecil sekiranya empat tahunan sedang asik memakan ice cream.
Kursi yang di duduki Adira agak sedikit bergetar. Adira langsung menoleh dan tersenyum melihat itu.
Gadis kecil itu menoleh dan mendapati Adira sedang tersenyum padanya.
“Aku boleh duduk disini, Kak?” tanya gadis kecil tersebut dengan puppy eyes nya.
Adira yang melihat itu sangat gemas dan mencubit pelan pipi chubbynya.
“Boleh dong. Boleh banget malah." jawab Adira dengan senyum manisnya.
“Nama kamu siapa?” tanya Adira kemudian.
“Aku Chelsea ... Nama kakak siapa?”
“Nama kakak, Adira. Kamu lucu banget si ...." jawab Adira sambil mencubit pelan pipi gadis itu lagi.
Tidak lama kemudian ada seorang wanita kisaran umur tiga puluhan menghampiri kursi Adira.
“Chelsea yuk pulang dulu. Ini udah sore kan?" Ajak wanita tersebut setelah sampai di kursi yang Adira duduki.
“Eh maaf ya Chelsea pasti ngrepotin kamu ya?” Tanya wanita tersebut.
Bisa Adira kira, pasti itu ibunya chelsea. Karena melihat garis wajah yang sama persis dengan garis wajah Chelsea.
“Enggak kok, Mbak. Malah jadi nemenin saya." jawab Adira sambil tersenyum manis.
“Makasih ya udah jagain chelsea. Saya tinggal dulu ya."
Adira mengangguk dan tersenyum.
“Yuk! Chelsea pamit sama Kakaknya!" perintah ibu Chelsea.
“Tapi Chelsea masih pengen disini, Ma." rengek gadis kecil tersebut.
“Kan besok bisa kesini lagi." jawab ibu Chelsea dengan lembut.
“Ya udah deh. Dah Kakak ... Chelsea tinggal dulu ya." ucap Chelsea dengan suara imutnya.
“Sampai ketemu lagi Chelsea." jawab adira dengan lambaian tangan dan senyum yang masih merekah.
“Saya tinggal dulu ya." lanjut ibu Chelsea.
Setelah Chelsea dan ibunya pergi, Adira kembali menatap anak-anak yang sedang bermain.
Tidak jauh dari Adira duduk, ada seseorang yang sedang memperhatikan Adira.
Masih melihat dari kejauhan. Tatapannya menunjukkan kekaguman.
Melihat Adira yang tampak tersenyum, orang tersebut ikut tersenyum.
Dia adalah Tristan.
Setelah pulang dari bekerja, Tristan sengaja mengunjungi taman untuk melepas lelah.
Karena memang jarak taman dan rumahnya tidak terlalu jauh.
Tapi siapa sangka bahwa dia akan bertemu Adira kembali. Jantung nya selalu berdetak tak karuan bila di dekat Adira.
Tristan lalu menghampiri Adira yang sedang duduk di kursi kayu itu.
“Hai Adira ....” sapa Tristan pertama kali setelah sampai di kursi yang di duduki Adira.
Adira yang mengenali suara itu langsung menoleh dan benar dugaannya. Tristan ada disini.
“Eh! Kak Tristan? Disini juga?” tanya Adira terkejut.
“Iya nih ... Boleh duduk di sebelah kamu?” pinta Tristan kemudian.
Adira mengangguk dan tersenyum.
“Tentu. Ini kan untuk umum Kak." jawab Adira mengangguk.
Tristan yang mendapatkan kesempatan untuk mengobrol dengan Adira tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.
Tristan ingin lebih dekat lagi dengan Adira. Entah mengapa takdir selalu saja mempertemukan keduanya tanpa di sengaja.
Tristan langsung mengambil posisi duduk di samping Adira. Melihat Adira menggenggam ponsel, Tristan ber inisiatif meminta nomor HP nya.
“Boleh pinjam HP kamu nggak?” tanya Tristan sambil menatap Adira.
Adira mengernyit bingung.
Memang untuk apa? Bukankah dia juga punya ponsel?
Walau demikian Adira tetap meminjamkan ponselnya. Lalu menyodorkan ponsel itu kepada Tristan.
“Ini kak. Emang buat apa kak?” tanya Adira penuh rasa penasaran.
Tristan tidak menjawab, melainkan langsung mengambil ponsel yang disodorkan Adira. Dan langsung membukanya.
“Eh, password nya dong hehe."
Kemudian Adira pun langsung mengetik password tanpa banyak bertanya.
Setelah berhasil terbuka, Tristan segera melancarkan aksinya.
Dia langsung membuka aplikasi WhatsApp dan men-scan kode QR.
Nama Adira langsung muncul di ponsel Tristan.
Tristan yang berhasil mendapat nomor Adira langsung tersenyum sendiri dan membuat Adira mengernyit bingung.
Beruntung, aplikasi WhatsApp sekarang sudah lebih canggih. Sehingga tidak perlu mencatat nomor dahulu.
“Kakak kenapa?” tanya Adira bingung.
Tristan tidak menjawab dan langsung menyodorkan ponsel Adira lalu menggumamkan terima kasih.
"Makasih ya, Ra." ucap Tristan kemudian dengan senyum merekahnya.
Adira tidak menjawab dan hanya kebingungan sendiri.
Setelah menerima ponselnya kembali, tiba-tiba ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal.
Setelah membaca isi pesan tersebut Adira langsung membelalakkan mata namun seperkian detik berubah jadi tertawa.
“Kak Tristan kalau mau minta nomor WA bilang dong. kalau ini namanya nyuri ..." ucap Adira tersenyum bodoh.
Entah mengapa Adira sama sekali tidak marah. Tristan yang melihat tawa Adira tadi merasa terpana.
"Cantik banget kamu, Ra ...." gumam Tristan dalam hati.
“Ya kan bisa aja kamu nggak kasih." jawab Tritan sambil menggaruk hidungnya yang tidak gatal.
"Eh, kakak sering kesini ya?” tanya Adira sambil menatap Tristan.
Tristan yang di tatap seperti itu merasa salah tingkah. padahal, Adira menatapnya dengan tatapan biasa sebagaimana orang sedang berbicara.
“Nggak lah ... baru dua kali ini. Kan habis dari luar negeri. Dulu rumah aku juga nggak disini, kan?" jawab Tristan menjelaskan.
Kepala Adira manggut-manggut dan mengiyakan.
Hening kemudian. Tidak ada suara dari keduanya.
“Berarti kamu satu angkatan sama Amanda?” tanya Tristan membuka pembicaraan lagi.
“Satu angkatan, satu jurusan, dan satu kelas juga Kak. Makanya bisa langsung kenal." jawab Adira panjang lebar disertai kekehan.
“Ooooh ....“ jawab Tristan dengan kepala manggut-manggut.
Obrolan keduanya pun menjadi lebih akrab. Keduanya saling bercerita hal yang menyenangkan.
Hingga tidak terasa matahari sudah tenggelam di ufuk barat.
Kemudian keduanya saling meninggalkan taman dengan arah yang berlawanan. Adira ke arah timur sedangkan Tristan ke arah barat.
Saat jarak mereka sudah sekitar lima meteran, keduanya saling menolehkan kepala ke belakang.
Saat mereka sadar melakukan hal yang sama, keduanya pun menyunggingkan senyum penuh arti.
Entah mengapa saat ini perasaan Tristan sangat berbunga-bunga.
Dia bahagia akhirnya bisa lebih dekat lagi dengan Adira.
Gadis yang selalu menganggu tidur bahkan hari-harinya sejak pertama kali bertemu
Tristan tersenyum sendu menatap kepergian Adira.
Sedangkan Adira, entah mengapa dia begitu nyaman berdekatan dengan Tristan.
padahal mereka baru beberapa hari bertemu.
Adira merasa, Tristan mempunyai daya tarik tersendiri.
Sikapnya yang tenang dan dewasa membuat siapapun yang berdekatan dengannya pasti merasa nyaman walaupun baru pertama kali bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Nana
bunga bungaa eaaaa
2022-06-02
0
Nana
Adiraa, tristan akan mencuri hati mu tahu eeaa di mulai dengan mencuri nomorrrr hp wkwkk
2022-06-02
0
Sebutir Debu
uhuy
2022-05-16
0