Adira masih terus bertanya kepada Amanda bagaimana bisa papanya langsung memberi izin. Setelah sampai di mobil, baru Amanda memberi tahu Adira.
Amanda menyuruh Adira duduk di jok depan bersama Tristan yang menyetir. Sedangkan Amanda memilih duduk di belakang.
Amanda sengaja melakukan itu agar abangnya punya peluang besar untuk mendekati Adira.
“Gimana? kok bisa langsung di izinin sama papa?” tanya Adira untuk yang kesekian kali kepada Amanda.
“Bang Tristan yang minta izin buat ajak Lo. Gue dari tadi diem." jawab Amanda tenang.
Adira membulatkan mata mulutnya menganga tak percaya.
“Bener nih, Kak? emang Kakak bilang apa aja sama papa kok bisa langsung di izinin?” tanya Adira kepo.
“iya ... ya Cuma bilang mau ajak kamu ke Anyer buat healing gitu." jawab Tristan santai sambil menatap ke arah Adira.
“Bagus bener ya ... Anak yang minta ijin nggak di kasih ijin. Buruan Kak Tristan yang minta aja langsung di ijinin." ucap Adira geleng-geleng tak percaya.
“berarti papa Lo percaya sama Abang gue." ucap Amanda tersenyum penuh arti ke arah Tristan.
Tristan yang mendapati adiknya dengan raut tersebut hanya bisa mengulum senyum.
“Waah ... bener-bener ... Tadi aja ya, papa nanya ada cowoknya nggak, aku jawab ada eh malah tambah nggak dibolehin. Tapi ya udah si, yang penting gue bisa liburan sekarang." ucap Adira panjang lebar dengan wajah mata yang berbinar.
Akhirnya Adira bisa liburan juga tanpa dilarang oleh kedua orangtuanya.
“Makasih ya, Kak. Karena udah bantuin aku." ucap Adira sambil menatap ke arah Tristan yang sedang menyetir.
“Sama-sama, Adira Belvina ...." ucap Tristan balas menatap Adira.
Adira langsung salah tingkah dan memilih menatap arah jalanan. Tristan hanya bisa terkekeh melihat reaksi Adira.
Mereka sampai di tempat janjian dengan teman- temannya.
Lidya dan kedua teman Tristan, Doni dan azka ikut mobil Tristan.
Sedangkan Kinara, dia satu mobil dengan pacarnya. Hanya berdua.
Ya, memang kalau sudah bersama pacar, Kinara menjadi bucin sejati.
Setelah formasi lengkap, kedua pasukan mobil tersebut berjalan membelah jalanan yang masih lumayan macet.
Memang, ibukota dengan kemacetan tidak bisa dipisahkan.
Setelah satu setengah jam diperjalanan ditemani kemacetan, akhirnya mereka semua sampai di apartemen milik orangtua Tristan dan Amanda tepat pukul setengah tujuh.
Apartemen mewah yang berada tidak jauh dari pantai.
Di dalam apartemen tersebut terdapat empat kamar tidur yang setiap kamarnya terdapat kamar mandi yang cukup mewah. Fasilitas di dalam apartemen itu sangat lengkap. Peralatan dapur, sofa, televisi, kulkas, microwave dan lain-lain.
Nggak akan selesai kalau disebutkan semua. Karena memang semua telah tersedia.
Adira dan Amanda akan tidur satu kamar begitu juga dengan Lidya dan Kinara, keduanya akan tidur bersama.
Untuk para cowok, mereka juga melakukan hal yang sama. Doni dengan Azka. Sedangkan Tristan dengan pacar Kinara , Vian. Mereka semua bergegas masuk ke kamar masing-masing dan membersihkan diri.
Perjalanan dari Jakarta Pusat ke Banten lumayan memakan waktu lama dan sangat melelahkan.
“Gue mandi dulu ya Ra." ucap Amanda kepada Adira.
“iya, nanti gantian. Lo duluan aja." jawab Adira.
Setelah itu tidak ada suara Amanda lagi, karena dia telah masuk ke kamar mandi.
Adira bergegas membuka ranselnya dan mencari baju yang akan dia kenakan.
Rencana mengunjungi pantai adalah besok. Hari ini mereka hanya akan menghabiskan malam di apartemen. Jadi, Adira akan memilih baju santai saja.
Ceklek.
“Gue udah Ra. Buruan gih mandi." ucap Amanda setelah keluar dari kamar mandi.
“Oke deh." jawab Adira.
Kemudian, dia bergegas masuk ke kamar mandi untuk melakukan ritual membersihkan diri.
Adira sudah sangat gerah dan ingin segera berendam air hangat.
Setengah jam kemudian, Adira selesai dari ritual membersihkan diri. Dia bergegas keluar namun dia tidak menemukan Amanda di kamarnya. Mungkin amanda sudah keluar lebih dulu. pikir Adira.
Adira tidak mempermasalahkan itu. Dia bergegas memakai baju yang telah disiapkan tadi dan duduk di meja rias mengambil cream malamnya.
Tidak lupa Adira memberikan sedikit lip tint di bibirnya agar tidak terlalu pucat. Setelah selesai, Adira bergegas keluar untuk bergabung dengan teman-temannya.
Saat Adira berhasil membuka handle pintu tiba-tiba tubuhnya seperti kejatuhan benda berat.
Gubrak!!!!
.............
“Amanda, charger Gue mana? Baterai Gue abis nih." ucap Tristan setelah melihat Amanda mendekat untuk bergabung bersama teman-teman.
“Eh! Ada di kama, di ransel bagian depan. Ambil sendiri lah." jawab Amanda setelah sampai di sofa dan mendudukkan dirinya di sebelah tempat duduknya Azka, teman abangnya.
Amanda memang akrab dengan kedua teman abangnya. Mereka sering main kerumah bersama Tristan.
“Ambilkan dong ...." ucap Tristan lagi sedikit memohon.
“Males Gue balik lagi. Ambil sendiri lah, Bang." ketus Amanda sedikit kesal.
Lalu tanpa menjawab, Tristan langsung menuju kamar Amanda yang tentunya menjadi kamar Adira juga.
Setelah sampai di depan pintu, Tristan langsung mengetuk pintu namun tidak ada jawaban.
Tristan mencoba lagi, namun jawabannya masih sama. Tidak ada jawaban dari dalam.
Mungkin Adira sedang mandi dan belum selesai.
Tristan pun memilih untuk menunggu dan bersandar di depan pintu.
Pikirannya memikirkan pertemuannya dengan Adira hingga sampai bisa liburan kesini. Tanpa Tristan sadari, saking asiknya melamun, pintu dibuka dari dalam. Karena tubuhnya dalam keadaan tidak siap dan sedang bersandar di pintu, tubuhnya limbung ke depan dan menabrak Adira.
Gubrak!!!!
“Aw ...!” pekik Adira.
Keduanya jatuh ke lantai dengan adira di bawah sedangkan Tristan berada di atas tubuh Adira. Tangan Tristan memegang kepala Adira bagian belakang.
Dia melakukan itu agar kepala Adira tidak terbentur lantai terlalu parah. Ya, walaupun tangannya yang harus terluka.
Tanpa sengaja bibir Tristan menyentuh bibir Adira karena jarak mereka sangat dekat. Pandangan keduanya terkunci.
Masih dengan keterkejutannya masing-masing. Dunia Adira seakan telah berhenti sampai detik itu.
Adira terpaku.
Walau ciuman itu tidak di sengaja, ini adalah hal yang pertama bagi Adira. Dan seseorang telah mencurinya.
Sedangkan Tristan, dia masih belum menyangka jika kejadian seperti ini akan terjadi. Sampai dia mencium Adira.
“oh my God!!!!!” pekik Amanda yang melihat keadaan Adira dan Tristan seperti berpelukan di lantai.
Begitupun dengan Teman-temannya, mereka sama terkejutnya. Mendengar suara berisik dari dalam kamar, mereka semua langsung menghampiri sumber suara.
Keduanya langsung sadar dari dunianya masing-masing. Dan bergegas melepaskan diri.
“Kok ... jadi ... begini ...." ucap Lidya yang sama terkejutnya.
Ini seperti adegan romantis yang ada di TV. Pemandangan yang indah menurut Lidya. Hahaha.
Adira yang tidak ingin temannya salah paham pun menjelaskan setelah keduanya berhasil bangkit dan berdiri.
“Tadi gue buka pintu tiba-tiba jadi begini." ucap Adira linglung.
“Tadi gue mau ambil charger di ransel Amanda. Gue udah ketuk pintu tapi nggak ada jawaban. Akhirnya Gue nunggu di depan pintu sambil nyender. Pintu dibuka dari dalem, ya udah deh jatuh Gue." ucap Tristan menjelaskan kronologi kejadian.
“Maaf ya, Ra ... Ada yang sakit nggak?” tanya Tristan khawatir
“Nggak kok. Kakak gimana?” ganya balik Adira. Dan Adira langsung terfokus pada tangan Tristan yang lecet di punggung tangannya.
“Ya ampun! Kakak ada luka. Sini biar aku obatin dulu." ucap Adira khawatir.
“Cie ... cie ... hahaha." ledek semuanya.
Amanda yang mengerti perasaan abangnya pun hanya tersenyum meledek ke arah keduanya.
“Ya udah Bang Tristan di obatin dulu sama Adira. Kita balik ke depan dulu ya." ucap Amanda memberi kepada abangnya itu.
Dia pun mengerling kepada teman-temannya untuk mengikutinya.
“La ... si Adira gimana? Masa ditinggal?” ucap kinara polos.
“Adira nggak papa. Yang sakit tuh Kak Tristan. Jadi biar Adira yang obatin." ucap Lidya yang paham akan maksud Amanda.
“Kita kedepan dulu ya Bro. Lo jangan nakal." ucap Azka meledek dan mendapat anggukan dari Doni dan Vian.
Mereka pun terkekeh menanggapi. Adira dan Tristan saling lempar pandang.
Saat pandangan keduanya bertemu, keduanya jadi salah tingkah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments