Adira datang ke kampus lebih pagi. Karena pak Rama sedang ijin untuk pulang kampung.
Akhirnya Adira diantar oleh sang Papa.
Berhubung, pak Irawan juga akan pergi ke kantor lebih pagian, Adira memilih ikut serta dengan papanya itu.
Adira memilih duduk di kantin dan memesan roti bakar.
Karena dirumah, Adira belum sempat sarapan karena terburu-buru.
Adira memilih roti bakar dengan selai coklat. Selai kesukaannya.
Dia juga memesan satu gelas susu.
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan.
Adira merasa sangat menikmati udara pagi ini. Udara yang berhembus masih segar dan dingin.
Ditambah pepohonan di area kampusnya menambah kesan lebih natural. Membuat Adira merasa tenang dan damai.
Suasana kampus masih sepi. Tidak terlalu banyak mahasiswa atau mahasiswi yang sudah datang.
Ya, karena memang ini masih sangat pagi. Pukul enam lebih lima belas menit. Se pagi itu.
Padahal kelas Adira masih jam setengah delapan. Tapi Adira tidak mempermasalahkan itu.
Saat sedang menikmati roti bakar dan suasana pagi, ada suara yang memanggil nama Adira.
Seketika itu Adira merasa, ketenangannya akan segera berakhir karena suara itu.
Adira sangat mengenal suara itu. Suara milik Elvan.
“Adira ...” ucap Elvan kemudian setelah sampai di meja dimana Adira duduk.
“Sampai kapan Lo mau ngehindar dari gue. Kita harus bicara." lanjut Elvan kemudian.
Dia langsung duduk begitu saja di kursi yang berseberangan dengan Adira.
Adira masih bergeming dan sibuk dengan roti bakar yang tinggal satu suap lagi. Kemudian menenggak susu hingga habis.
Elvan masih mengamati kegiatan Adira. Setelah Adira menyelesaikan kegiatannya, Elvan baru membuka mulutnya lagi.
“Adira ... Gue tau Gue salah ... makanya gue mau minta maaf sama Lo." ucap Elvan dengan penuh penyesalan.
“Gue tau mungkin Gue udah nyakitin Lo. Tapi itu diluar kendali Gue. Gue bener-bener bingung sama perasaan gue sendiri." sambung Elvan panjang lebar.
Adira sepertinya masih enggan untuk membuka suara.
“Gue minta maaf ke Lo sebagai sahabat. Gue nggak mau kehilangan sahabat seperti Lo. Lo yang paling mengerti Gue. Lo yang selalu bisa kasih saran buat Gue. Tolong maafin Gue, Ra ..." Lirih Elvan penuh penyesalan.
Adira merasa tersentuh dengan kalimat Elvan.
Adira jadi berpikir, apa hanya karena perasaan cintanya tak terbalas Adira jadi membenci Elvan? Adira merasa dirinya egois.
Bukankah dia sudah meyakinkan dirinya sendiri bahwa cinta memang tidak bisa dipaksakan?
Mengapa Adira lupa itu?
Tapi itu bukan salahnya. Salah siapa Elvan bereaksi tidak wajar dan malah marah kepadanya. Huft...
Adira menghembuskan nafasnya panjang kemudian beralih menatap Elvan.
“Gue udah maafin Lo."kata Adira datar.
Elvan menatap Adira tak percaya.
Setelah apa yang telah dilakukan dirinya kepada Adira, Adira bisa secepat itu memaafkannya?
Tapi memang itu yang diinginkan Elvan bukan?
Dengan begitu, Elvan bisa berteman kembali dengan Adira.
“Apapun yang terjadi kita tetap sahabat." ucap Adira lagi dengan senyumnya.
Entah mengapa setelah mengatakan itu, Adira merasa lebih lega.
“Makasih Ra. Lo memang sahabat terbaik Gue. Maafin gue selama ini ya?” ucap Elvan seraya memohon.
Tunggu sebentar... Sahabat?
Mengapa Adira merasa sesak saat Elvan mengatakan itu?
Memang selama ini hubungannya dengan Elvan hanya sebatas sahabat bukan?
Adira saja yang terbawa perasaan alias baper. Adira merutuki kebodohannya sendiri.
“Gue udah maafin kok." jawab Adira sambil menatap ke arah Elvan. Entah mengapa elvan yang ditatap seperti itu oleh Adira merasa salah tingkah.
“Jadi kita ... Baikan ya ...? Tanya Elvan penuh ke hati-hatian.
Matanya menatap Adira untuk menunggu jawaban.
“Iya... Kita baikan." ucap Adira tersenyum.
Adira tidak bisa marah terlalu lama dengan Elvan. Adira juga bingung apa penyebabnya.
“Hahaha, kok jadi syahdu gini si." ucap Adira dengan tawanya semata-mata untuk mengalihkan degup jantungnya yang tidak karuan.
Ya, Adira masih mempunyai perasaan cinta untuk Elvan.
Bagaimanapun juga Adira tidak bisa langsung membuang rasa itu. Mungkin perlahan dia pasti akan bisa melakukanya.
“Haha ...oke lah. Eh entar pulang mampir ke cafe Specta yuk." ajak Elvan langsung akrab.
“Emang udah buka ya?” tanya Adira.
Specta adalah kafe dekat dengan kampus yang baru-baru ini di bangun sekitar 200 meter dari kampusnya. Dan karena baru saja dibuka, tentunya banyak makanan dan minuman yang promo. Adira tentu tidak akan mengabaikan kesempatan itu.
“Udah dari kemarin si ... gimana mau nggak?” tanya Elvan lagi.
Adira tampak berpikir. Elvan pun tidak tinggal diam. Dia menawarkan traktirannya.
“Gue yang bayar deh entar, Ra."
“Mau ya? Ya?” rengek Elvan dengan puppy eyes nya.
Adira yang diperlakukan seperti itu tidak bisa menahan senyumnya.
“Iya deh iya yang banyak duit." Lalu keduanya tertawa bersama
“Lo ngomongin apa sama Elvan di kantin tadi?” Tanya Lidya setelah Adira sampai di kelasnya.
Sebenarnya Lidya dan Kinara tadi melihat Adira dan Elvan sedang berbincang.
Tapi melihat ekspresi keduanya yang tampak santai membuat kedua sahabat tersebut mengurungkan niatnya untuk mendekati Adira dan Elvan.
Mereka berdua memilih ke perpustakaan.
“Dia minta maaf ke gue." jawab Adira santai.
“emang minta maaf buat apa? Oh gue tau. Jadi kalian berdua saling diam tuh ternyata lagi ada masalah?” tebak Lidya yang memang tak tau menahu tentang masalah yang Adira hadapi.
Adira hanya mengahadapi ucapan Lidya dengan cengiran. Lidya yang mendapat respon seperti itu langsung memicingkan mata dan berkata.
“Lo kayaknya hutang cerita ke gue sama Kinara nih... Yakin nggak mau cerita?”
Terdengar helaan nafas kasar dari Adira.
Ya, dia harus bercerita kepada para sahabatnya ini. Nanti Adira akan ceritakan semuanya.
“Nanti gue cerita deh." jawab Adira sambil tersenyum.
“Cerita apa nih?” sahut suara dari arah depan dimana Lidya dan Adira duduk.
Dia adalah Amanda yang baru saja datang dan langsung duduk di bangkunya.
“Eh Manda, baru datang Lo?” tanya Adira antusias.
“Iya nih Ra. Eh ada salam Ra!" jawab Amanda dengan senyum menggodanya.
“Salam? Dari siapa?”
“Dari kak Tristan. Dia nitip salam buat Lo." jawab Amanda lagi dengan senyum menggodanya.
Tristan? Salam? Buat Adira? Tapi Adira memilih untuk tidak terlalu memusingkan semuanya. Dan memilih untuk menjawabnya.
“Salam balik ya." ucap Adira tersenyum.
“Cie.. main salam salaman segala. Siapa tuh? Gebetan? Atau pacar?” tanya Lidya penuh selidik.
“Mulut tolong kondisikan!” ucap Adira jengkel.
Adira merasa malu membahas Tristan di depan adik kandungnya.
“Santai dong Ra. Lo nambah utang lagi nih hahaha." kelakar lidya.
Amanda yang tidak terlalu mengerti arah pembicaraan keduanya memilih hanya tersenyum dan berkata.
“Kak Tristan tuh kakak Gue, Lid. Dan katanya dia ketemu Adira pas mampir ke rumah teman papa. Dan teman papa ternyata papanya Adira. Gila ya, dunia memang tak selebar daun kelor." ucap Amanda yang berusaha menjelaskan.
“Oooooh, jadi begitu .... kak Tristan tuh kakak Lo? Baru tau gue." Ucap Lidya tampak mengerti dan kepalanya mengangguk-angguk.
Adira memilih tidak ikut bergabung dengan pembicaraan keduanya.
Untung, sang Dosen datang tepat waktu. Sehingga Adira tak perlu menjawab rentetan pertanyaan dari Lidya sekarang.
Mungkin nanti Lidya akan menanyainya lagi. Apalagi jika Kinara sudah tau, pasti tambah heboh.
..................
Adira tiba di kafe Specta pukul dua siang bersama Elvan tentunya.
Dia membonceng Elvan karena tidak ada yang bisa menjemputnya.
Sebenarnya Adira bisa naik taxi atau ojek online, tetapi Elvan memaksanya untuk ikut bersama di motornya.
Setelah masuk ke kafe tersebut, keduanya langsung duduk di kursi kosong.
Kafe ini di dominasi dengan desain klasik. Ada kursi di indoor maupun di outdoor. Memang sangat luas.
Adira dan Elvan memilih duduk di kursi indoor karena cuaca diluar sedang sangat panas. Mengingat sekarang masih siang dan matahari sedang panas-panasnya.
Setelah duduk keduanya pun memesan minuman. Tentunya setelah waiters menanyai keduanya.
“Selamat siang kak. Mau pesan apa?” sapa seorang waiters dengan senyum ramah.
Keduanya tampak melihat menu apa saja yang tersedia di cafe tersebut.
“Aku mau pesan ice caramel machiato satu sama cemilannya banana chocolate role dan French fries." ucap Adira antusias.
“kalau saya ice cappucino satu makanannya crispy mushroom." lanjut Elvan kemudian.
“Baik saya ulangi ya ice caramel machiato satu, ice cappucino satu, banana chocolate role, French fries, dan crispy mushroom. Ada tambahan?” jelas waiters panjang lebar.
Elvan menatap Adira seolah bertanya 'gimana' Adira langsung menjawab,
“Itu aja Mbak."
“Baik, tunggu sebentar ya Kak. Saya permisi dulu." pamit waiters masih dengan senyum ramahnya.
Setelah waiters pergi keduanya mengobrol dan diselingi candaan.
Seperti tidak terjadi sesuatu dengan hubungan keduanya. Adira yang semula memberi jarak pun, sikapnya sudah seperti semula saat Elvan mengenalnya dulu.
Elvan merasa sangat lega. Akhirnya dia bisa berbaikan dengan Adira.
Tidak lama kemudian pesanan mereka datang. Mereka langsung memakan makanan masing-masing.
“Ini enak banget pisang coklatnya." ucap Adira dengan mulut penuh sambil mengacungkan jempolnya.
“Emang iya? Kan emang Lo suka coklat kan?." jawab Elvan yang memang sudah paham akan rasa kesukaan Adira.
“Iya sih hehe ... Tapi cobain deh ... enak banget beneran." Mata Adira tampak berbinar.
Kemudian Adira menyodorkan pisang coklat keduanya yang masih belum kena gigit dirinya. Karena Adira baru mengambil satu dan dipiringnya ada empat pisang coklat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Cimai (IG : cimai_author)
😍
2022-04-24
0