Saat ini mereka semua sedang berada di restoran yang tidak terlalu jauh dari pantai.
Mereka memilih makan di lantai atas dengan ruangan terbuka menampilkan keindahan matahari terbenam dan nyiur hijau yang melambai tampak kuning keperakan karena terkena sorot matahari sore menjelang malam.
Di restoran tersebut menyediakan aneka olahan seafood. Seperti kepiting asap, lobster, udang, ikan dan aneka makanan laut lainnya.
Mereka semua duduk di kursi yang terdapat meja panjang dan delapan kursi tersedia.
Karena jumlah mereka ada delapan, jadi yang bisa menampung mereka adalah meja tersebut.
Tristan duduk dipinggir yang disebelahnya ada Adira, Amanda, dan Lidya.
Sedangkan Kinara dia duduk diseberang Adira dengan bersebalahan dengan Vian dan kedua sahabat Tristan, Doni dan Azka.
Posisi Kinara berada di pinggir berhadapan dengan Lidya.
“Kalian mau pesen apa nih?" tanya Adira pada semua setelah mengambil buku menu.
Kemudian kegiatan tersebut diikuti oleh para ladies yang ada disitu.
“Gue tertarik sama kepiting asapnya deh. Gue pesen satu kalo gitu." ucap Adira.
“Kita pesan banyak sekalian. Nanti makannya barengan aja." ucap Tristan yang sangat bahagia melihat antusiasnya Adira.
“Ide bagus tuh." sahut Doni yang disetujui Azka juga lainnya.
Di meja itu memang sudah tersedia buku dan pulpen. Jadi, mereka memilih untuk mencatatnya terlebih dahulu.
Dan bagian catat mencatat akan dipegang oleh Lidya. Dia pun sudah bersiap dengan pena dan bukunya.
“Kepiting asapnya tiga kali ya?” ucap Amanda.
“Oke ... kepiting asap tiga." catat Lidya. Lalu semua menyebutkan keinginannya masing-masing.
“Udang telor asinnya dua. Kayaknya enak." Itu suara Adira.
“Aku juga mau udang crispy nya dong." ucap Amanda.
“Oke sudah tercatat. Apalagi?” jawab Lidya.
“Ini ada ikan terbang beneran? Pesen satu sama gurame asam pedasnya." Itu suara Tristan.
“Sayur juga dong. Kangkung saus tiram dua. Oseng baby kol dua." Itu suara Adira lagi. Sepertinya Adira sangat lapar.
“Perasaaan Lo pesen banyak banget dari tadi?” Ucap Kinara heran pada Adira.
“Kan dimakan bersama keleu ....” jawab Adira mengelak.
“Ya udah, udah banyak ini. Minumnya disamain aja kali ya?” tanya Amanda dan semua mengiyakan.
“Es teh manis delapan." lanjut Amanda.
“Oke udah beres. Bang Azka, tolong nih kasih ke waiters nya." ucap Lidya dengan entengnya sambil menyodorkan kertas yang bertuliskan pesanan mereka semua.
“Kenapa harus Gue?” tanya Azka heran.
“Udah lah nurut aja. Biar ceper makannya." ucap Vian yang diangguki oleh semuanya. Akhirnya Azkapun bersedia. Tinggal menunggu pesanan jadi.
Entah mengapa setiap kali berhubungan dengan makanan, kebahagiaan Adira meningkat delapan puluh derajat.
Binar matanya begitu kentara saat sedang mengobrol dengan teman-temannya. Dan hal itu tidak luput dari pandangan Tristan yang ada disebelahnya.
Angin yang berhembus sedang, menerpa wajah Adira hingga rambutnya melambai-lambai di wajahnya.
Tristan yang merasa gemas pun reflek merapikan rambut nakal tersebut. Adira yang mendapat perlakuan tersebut menggerak-gerakkan matanya kaget.
Adira pun terpaku saat kedua bola matanya bertemu dengan mata Tristan. Cukup lama berpandangan.
Sontak hal itu mengundang deheman dan cie cie dari para temannya.
“Kayaknya pulang dari sini Tristan udah nggak jomblo lagi." goda Vian dengan senyum smirknya.
“Kayaknya makin deket aja nih." imbuh Lidya tak kalah menggoda.
“Ya Allah ... Aku sudah tidak tahan lagi berada dibumi ... Aku ingin kembali ke kahyangan saja." ucap Doni dengan pura-pura nelangsa.
Sontak dia langsung mendapat Toyoran dari Azka juga Vian. Kumat lagi alaynya.
“Yah ... kumat lagi alaynya ....” ucap Amanda malas.
Adira dan Tristan jadi salah tingkah namun saat semua lontaran keluar, tak urung mereka juga ikut tertawa.
Hahahaha.
Mereka semua tertawa terbahak-bahak.
Tidak lama makanan datang dan mereka langsung menyantapnya dengan hati gembira.
Adira mengambil nasi dan lauknya. Pertama dia mengambil udang telor asin dan juga kangkung saus tiram dan mulai menyantapnya.
Pujian demi pujian keluar dari mulut mereka semua.
Memang, mereka tidak salah memilih tempat.
Kemudian Adira memilih mengambil kepiting yang belum dipecahkan cangkangnya dan akan memecahkannya.
Namun Adira kesusahan sehingga Tristan yang melihat itu langsung membantunya.
“Sini ... biar aku yang bukain." ucap Tristan mengambil alih kepiting dan alat untuk memecahkan cangkang kepiting.
Pletak.
Dengan mudah Tristan membuka cangkang dan mengambil daging kepiting lalu dipindahkan ke piring Adira.
Adira yang diperlakukan seperti itu merasa tidak enak hati kepada teman-temannya. Amanda yang adiknya saja tidak diperlakukan seperti itu.
Namun bagi Amanda itu tidak masalah. Karena tujuannya kesini adalah agar kakaknya dekat dengan Adira.
“Makasih, Kak. Tapi dagingnya biar aku yang ambil aja. Kakak makan aja." ucap Adira tak enak hati.
Tristan Tak menghiraukan itu. Dia malah menyodorkan daging kepiting ke mulut Adira. Adira reflek membuka mulut dan merasakan kelembutan daging kepiting itu. Matanya langsung berbinar.
“Enak banget, gila!" ucap Adira dengan mulut penuh.
“Udah main suap-suapan nih ....” ledek Amanda. Namun tanggapan Adira berbeda. Dia mengira Amanda tidak terima.
“Oh, maaf ya, Man, apa kita tukar posisi biar Lo bisa disuapin kak Tristan." ucap Adira polos dan merasa tak enak hati.
“Hahahaha." sontak semua tertawa begitu juga Amanda.
Amanda sampai tepuk jidat melihat kepolosan Adira.
Dia tidak bermaksud seperti itu.
“Maksud Gue bukan gitu. Kalian jadi makin deket aja gitu." imbuh Amanda sambil menarik turunkan alisnya. Adira mengernyit bingung.
“Sssst.... Diam deh, Man." ucap Tristan yang merasa dipojokkan adiknya.
Mereka semua hanya bisa mengulum senyum dan memilih menghabiskan makan malamnya.
.........
Mereka tiba di apartemen pukul delapan malam. Mereka semua masuk ke kamar masing-masing untuk membersihkan diri.
Karena harus bergantian, Adira mempersilahkan Amanda mandi terlebih dahulu.
Kemudian Adira memilih untuk duduk sisi ranjang dan melihat ponselnya.
Saat sudah menghidupkan data seluler, masuk pesan dari Elvan yang begitu banyak dan panggilan tak terjawab.
Ting, Ting, Ting, Ting.
Elvan:
Gue main kerumah Lo ya?
Adira?
Gue udah kerumah Lo tapi kata tante Dewi, Lo lagi liburan
Kok nggak ngajak gue si.
Lo masih marah ke gue
Begitulah kira-kira pesan singkat yang Elvan kirimkan.
Entahlah.
Setelah adira mengungkapkan perasaanya, dan setelah berminggu-minggu tidak berinteraksi dengannya, Adira sudah tidak terlalu memikirkan Elvan lagi.
Padahal rasa cintanya sudah bertahan selama dua tahun. Dan anehnya, hanya dalam waktu berminggu-minggu Adira sudah tidak terlalu berharap dan mulai menata hati.
Adira lebih memilih mengabaikan pesan tersebut saat terdengar pintu terbuka dari kamar mandi dan menampakkan sosok Amanda dengan jubah mandinya.
Setelah meletakkan ponselnya di atas nalas, Adira langsung masuk ke kamar mandi dan segera menyelesaikan ritual mandinya.
Dikamar lain, Lidya dan Kinara sedang membicarakan kedekatan Adira dan Tristan. Mereka juga tidak menyangkal jika keduanya sangat serasi.
Dan itu sangat baik bagi Adira agar cepat menyembuhkan patah hatinya.
“Fiks, kak Tristan tuh suka sama Adira." ucap Kinara menggebu.
“Emang ... Gue dukung kalau nanti Adira sama kak Tristan bersama." ucap Lidya tak kalah menggebu.
“Aku sih tim Adira–Tristan." imbuhnya lagi.
“Semoga mereka berjodoh." Yang segera di Amini oleh keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments