"Bee, sekarang kamu pilih ... aku apa dia?" tekan Raffa seraya menunjuk ke arah Iyan.
Iyan terperanjat dengan apa yang dikatakan Raffa. Kini, dia menatap ke arah Beeya yang terdiam. Dia tengah menatap Raffa dengan sangat tajam.
Iyan pun tersenyum dan mendekat ke arah Beeya. Dia amat tahu bagaimana isi hati Beeya. "Ini yang menjadi alasan pertengkaran kalian?" Iyan tidak hanya menatap ke arah Beeya. Dia juga menatap Raffa.
"Semenjak kalian pacaran, Bang Raffa tahu hubungan aku dengan kak Bee seperti apa. Kenapa baru sekarang dipermasalahkannya?" Pertanyaan Iyan memang masuk diakal.
"Selama aku mengenal Kak Bee, aku gak pernah melihat kak Bee secinta ini kepada laki-laki. Hanya Abang, yang mampu membuat Kak Bee mencintai laki-laki dengan serius."
Raffa pun terdiam. begitu juga Beeya yang kini menatap Iyan dengan tatapan penuh makna.
"Jika, Abang merasa aku menjadi pengganggu hubungan Abang dengan Kak Bee. Aku yang akan menjauh dari Kak Bee. Abang gak perlu memberikan pilihan yang sulit kepada kak Bee. Aku tidak ingin melihat Kak Bee sedih karena selalu bertengkar dengan Abang. Walaupun, alasannya di luar nalar."
Iyan mengusap lembut kepala Beeya dan tersenyum ke arah perempuan yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri.
"Kak Bee pernah bilang kalau Bang Raffa adalah pria yang Tuhan ciptakan untuk melengkapi hidup Kak Bee. Aku pun ingin semua itu terwujud agar Kak Bee bisa bahagia."
Hati Beeya sangat sakit mendengarnya. Iyan tidak pernah berbicara seserius kepadanya. Namun, senyum ketulusan yang Iyan berikan kepadanya.
"Jaga Kak Bee, jangan pernah sakiti dia. Atau aku yang akan menggantikan posisi Abang di hatinya."
Ucapan Iyan hanya main-main, tetapi mampu membuat Raffa sedikit marah dan Iyan pun tertawa.
"Canda, Bang. Jaga kakak aku yang gak tinggi-tinggi ini," ucapnya lagi serta mengacak-acak rambut Beeya.
.
Seminggu sudah semenjak Iyan memutuskan untuk menjauh dari Beeya, ponselnya terasa sepi. Tidak ada perempuan cerewet yang selalu meminta hal aneh. Rindu, sudah pasti. Namun, dia juga tidak boleh egois. Dia pun ingin melihat Beeya bahagia.
Di Minggu pagi, rumah besar Rion akan terasa ramai karena ada tiga anak remaja yang selalu membuat kegaduhan.
"Kerja aja terus, kaya mah enggak," ejek Aleeya yang tengah menenteng sepatu sekolahnya untuk dicuci.
"Makan aja terus, gendut mah kagak," balas Iyan. Aleeya memukul Iyan dengan sepatu kotor miliknya hingga membuat baju Iyan kotor.
"Kotor, Dek," ujar Iyan.
"Biarin!"
Begitulah jika mereka sudah bertemu. Kini, Iyan duduk di kursi meja makan. Sang ayah menatap putranya yang selalu saja bersemangat walaupun di hari libur.
"Emang masih harus ke kafe?" Iyan mengangguk sambil memakan roti bakar yang kakaknya buatkan.
"Yan, Beeya ke mana?"
Mendengar nama Beeya membuat Iyan mengehentikan kunyahannya. Ayah dan juga kakaknya tengah menatapnya dengan penuh tanya.
"Mereka udah cerai, Bubu." Mulut Aleesalah yang bersuara, Iyan berdecak kesal.
Echa dan Rion hanya tertawa mendengar ucapan dari Aleesa. "Ayah kurang suka sama pacarnya Beeya." Ucapan sang ayah membuat Iyan mengerutkan dahi.
"Mereka gak cocok aja."
Iyan pun tergelak mendengarnya. Ayahnya akan menjadi netizen Maha benar dalam perihal menilai orang.
"Cocok atau gak cocok bukan urusan kita. Mereka yang menjalani," tutur Iyan.
Dia pun beranjak dari meja makan dan menuju ke kafe milik kakak iparnya.
"Abang udah berangkat?" tanya Iyan kepada Echa.
"Udah."
Iyan melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Di tengah perjalanan dia melihat Beeya dan Raffa. Ingin sekali menyapa mereka, tetapi Iyan harus tahu batasan. Dia pun memutuskan untuk tidak berhenti. Dia takut Raffa salah paham lagi.
Hampa, begitulah hati Iyan sekarang. Tidak ada lagi yang manja, tidak ada lagi yang bawel. Tidak ada gelak tawa di antara mereka berdua. Iyan pernah mengirim pesan, sepertinya nomor Iyan diblokir oleh Beeya. Alhasil, Iyan harus menerima kenyataan yang ada.
Satu malam, ketika suasana kafe sedang sangat ramai. Dia melihat Raffa dan Beeya ada di kafe tersebut. Iyan hanya menyunggingkan senyum, tanpa mau menghampiri mereka. Apalagi terlihat jelas wajah Beeya yang sangat tegang.
"Kak, itu kak Beeya 'kan." Salah seorang karyawan bertanya kepada Iyan yang tengah berada di dapur.
"Iya." Iyan masih fokus memasukkan bahan minuman yang akan dia buat.
"Itu pacarnya?" Iyan mengangguk.
Semua orang menatap bingung ke arah Iyan. Mereka kira dua manusia itu berpacaran, ternyata tidak. Beeya malah membawa pria lain ke kafe Iyan.
"Ini pesanan Kak Bee, toping cokelat dan kejunya melimpah." Dia menyerahkan minuman itu kepada Petra, pelayan di moeda kafe.
"Kenapa gak Kak Iyan aja yang ngasih?" Iyan tersenyum dan mengatakan tidak. Petra pun mengangguk mengerti.
Nampan berisi dua minuman Petra bawa ke meja Beeya. Senyuman hangat Petra berikan.
"Cokelat dan keju berlimpah khusus untuk Kak Bee katanya." Beeya tersenyum perih mendengarnya. Matanya mencari-cari sosok Iyan yang sedari tadi tidak dia lihat.
"Iyan mana?"
"Ehem!" Deheman Raffa membuat bibir Beeya mengatup. Tatapan tajam Raffa berikan kepada Beeya.
Belum juga kering ucapan Beeya, dia melihat pemuda yang dia rindukan melewati dirinya dengan tergesa. Wajahnya pun nampak terlihat panik.
"Iyan," gumamnya dalam hati.
Baru saja Beeya menikmati minuman serta makanan, ponselnya berdering. Dilihatnya nama sang ayah.
"Iya, Pah."
...
"Iya, Bee segera ke rumah sakit sekarang."
Raffa menukikkan kedua alisnya. "Ada apa?"
"Aku mau ke rumah sakit sekarang. Ayah tiba-tiba drop."
"Ayah?" ulang Raffa bingung.
"Ayah itu panggilan aku ke ayahnya Iyan." Rasa cemburu menggelayuti hati Raffa. Kenapa ada saja pengganggu ketika mereka tengah berdua.
"Lalu, apa hubungannya dengan kamu?" tanya Raffa. "Itu ayahnya Iyan 'kan."
Beeya menarik napas panjang terlebih dahulu. Dia menatap lamat-lamat wajah Raffa.
"Kalau kamu ingin lebih dekat dengan aku dan keluarga aku. Ikut aku ke rumah sakit. Di sana kamu akan mengerti seperti apa kedekatan aku juga keluarga Iyan."
Raffa menghela napas kasar dan dia pun tidak ingin kecolongan. Dia mengikuti apa yang dikatakan oleh Beeya.
Tibanya di rumah sakit, semua orang sudah berada di IGD. Terlihat Iyan yang tengah menatap kaca pintu IGD.
"Pah."
Arya dan Beby menoleh, begitu juga dengan Radit juga Echa. "Gimana kondisi Ayah?"
"Masih di dalam."
Beeya hanya bisa memandang punggung Iyan tanpa bisa memberikan pelukan hangat kepada pemuda yang selalu membuatnya nyaman. Echa tersenyum dan dia tahu alasan kenapa Beeya tidak pernah datang ke rumah sekarang. Dua anak manusia itu tengah menjaga jarak demi menjaga hati seseorang yang digadang-gadang akan menjadi calon imam untuk Beeya, yaitu Raffa.
...****************...
Penasaran gak?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
gak beres fengan hatinya raffa🤔
2022-10-10
0
Riyanti Riri
penasaraaaaannn
2022-06-04
1
Wiendhiet
👍👍👍
2022-03-16
1