Tiba-tiba hati Iyan merasa ngilu mendengar jawaban dari Beeya. Hatinya sakit tak terkira. Bukankah harusnya dia bahagia?
Iyan memilih untuk pergi dari rumah sakit dan beralasan sakit perut. Bukan perutnya yang sakit melainkan hatinya.
"Kenapa senyeri ini, ya?"
Dia berjalan tanpa tahu arah. Mengikuti langkah kakinya membawanya. Menyusuri jalan ibukota dengan hati yang tak karuhan.
.
Beeya menatap langit kamar rumah sakit dengan hati yang perih. Dia menyetujui pertunangan itu bukan tanpa sebab. Ini adalah caranya untuk terbebas dari laki-laki berengsek Macam Raffa.
Dia sudah menyusun rencana, biarlah dia mengorbankan semuanya. Sekarang yang dia inginkan hanya terlepas dari Raffa.
Echa dan Radit merasa ada yang aneh dari Iyan. Mereka berdua mencoba menghubungi Iyan, tetapi nomor adiknya itu tidaklah aktif.
Dua hari setelah menjenguk Beeya, Iyan datang ke rumah sang kakak. Namun, dia tidak sendiri melainkan bersama Anggie. Sepertinya mereka sedang dekat terbukti dari Iyan yang menggenggam tangan Anggie.
"Yan, selesaikan kuliahmu. Jangan buat Ayah kecewa."
Ayah, satu kata yang membuat hati Iyan sakit tak terkira jika mendengarnya.
"Sedari Ayah masih hidup, Ayah selalu meminta Kakak untuk terus mengawasi kamu. Menjaga kamu juga melindungi kamu. Kamu boleh dekat dengan perempuan, tetapi utamakan pendidikan."
Echa merasa berat dan tidak terima jikalau Iyan dekat dengan Anggie. Seperti ada bisikan yang membuatnya tidak bisa menerima Anggie.
"Sebelum Iyan fokus dengan skripsi Iyan. Iyan ingin healing dulu, Kak."
Dahi Echa mengkerutkan mendengarnya. Matanya menajam mendengar ucapan dari sang adik tercinta.
"Iyan mau pergi ke Bandung sama Anggie."
"No!" seru Echa dengan lantang. "Jangan pergi berdua."
"Bubu, Kakak Sa ikut deh sama Om kecil biar Om kecil aman."
Senyum terselubung Aleesa tunjukkan. Sesungguhnya anak kedua Echa itu sudah menolak dengan cukup tegas kedekatan Anggie dengan Iyan.
"Bawa mobil Abang ke sananya." Kini, Radit yang mulai angkat bicara.
Hembusan napas kesal keluar dari mulut Anggie. Niat hati ingin pergi berdua dengan Iyan malah mendapat penolakan tegas oleh kakak dari Iyan.
Ketika mendengar sang pujaan hati hendak bertunangan, hati Anggie sakit. Apalagi pria yang dia sukai itu mengatakan akan tetap menjadikan Anggie simpanannya bukan wanita yang akan dia tunjukkan dan banggakan. Maka dari itu, dia datang kepada Iyan dan Iyan menerimanya. Itu Iyan lakukan hanya untuk pelipur lara, bukan karena cinta.
"Kapan kamu berangkat?" tanya Echa lagi.
"Sabtu pagi."
"Itu 'kan tepat di hari pertunangan Beeya, Iyan!" pekik sang kakak.
Deg.
Anggie baru menyadari bahwa Iyan hanya menjadikannya pelarian saja. Sama halnya Dnegan pria yang dia sukai.
"Apa kamu akan menjadi manusia kejam? Tidak menghadiri acara penting Beeya." Suara Echa sudah meninggi.
"Iyan ikut bahagia kok, Kak. Iyan hanya ingin menjernihkan pikiran Iyan sebelum Iyan fokus pada skripsi."
Echa hendak membuka suara kembali, tetapi usapan lembut Radit membuat Echa menghentikannya.
"Terserah kamu!"
Echa pun berlalu meninggalkan Iyan dan juga Anggie. Begitu juga dengan ketiga keponakannya. Kini, hanya tinggal Radit, dan mereka berdua.
"Kamu seharusnya sudah paham akan hal ini."
Kalimat Radit membuat Iyan menghela napas kasar. "Maafkan Iyan, Kak," batinnya.
Di kosannya Anggie sudah merebahkan tubuhnya. Dia menatap langit kamar dengan penuh kesedihan. Dua pria menjadikannya simpanan juga pelampiasan.
"Apa tidak pantas aku menjadi yang pertama?"
Pintu kosan terbuka di tengah malam. Seorang pria tampan datang dan langsung berbaring memeluk tubuh Anggie dengan sangat lembut. Menyentuh apa yang sudah terbuka di sana. Seakan Anggie sudah menyuguhkan hidangan yang sangat menggugah selera.
"Apapun yang kamu minta akan aku berikan." Keringat yang sudah bercucuran di tubuh pria itu dengan posisi turun-naik dan Anggie tengah merasakan gejolak yang tak terkira nikmatnya.
"Akuh ingin kamu menjadikan aku yang pertama, bukan selalu menjadi yang kedua."
Gerakan si pria itupun terhenti membuat Anggie sedikit terkejut. "Itu tidak akan mungkin, Sayang. Sebentar lagi aku tunangan dan menikah."
Air mata menetes begitu saja di ujung mata Anggie. Segera pria itu mencium ujung mata Anggie dengan sangat lembut.
"Biarlah kita seperti ini. Semua yang kamu inginkan pasti akan kuberikan. Apalagi pelayanan kamu yang terus memuaskan membuat aku tak pernah sayang memberikan apa yang kamu mau. Aku mencintai tubuhmu."
Duar!
Terkuak sudah kini, bukan hatinya melainkan tubuhnya yang dicintai oleh pria itu. Sangat sakit sekali. Apalagi, pria itu sudah memulai kembali gerakannya membuat Anggie semakin menitikan air mata. Dia tak ubahnya pelacoor.
Setelah selesai, segepok uang pria itu berikan. Tak lupa dia mengecup bibir Anggie dengan sangat dalam. Kemudian, meninggalkan Anggie begitu saja.
Semalaman ini Anggie menangis tiada henti. Matanya tak bisa dia pejamkan.
🎶
Teruslah sembunyikan aku
Sampai kau lupa punya aku
Teruslah sembunyikan kita
Sampai kau kehilangan aku
.
Tiba sudah acara pertunangan Beeya juga Raffa yang digelar mewah. Beeya pun tengah didandani dengan sangat cantik di kamarnya.
"Bee, lu gak salah?" tanya Pipin, sahabatnya.
"Dia itu berengsek, Bee." Pipin sangat emosi. Beeya hanya tersenyum dan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.
Kedua orang tua Beeya menghampiri Beeya. Mereka seakan sudah kehilangan putri ceria mereka.
"Bee," panggil sang ibu.
Beeya hanya menoleh dan tersenyum ke arah Beby. "Maafkan Mamah, Sayang."
Jika, mendengar kata maaf yang diucapkan oleh kedua orang tuanya pasti akan membuat hati Beeya mencelos.
"Gak apa-apa, Mah."
"Akan Bee akhiri penderitaan ini, Mah."
Acara sudah dimulai, para tamu undangan sudah datang. Raffa mengenakan baju batik yang senada dengan kebaya yang digunakan Beeya. Hanya wajah Raffa yang terlihat bahagia, berbeda dengan Beeya yang hanya memarkan wajah datar.
Kedua anak manusia itu sudah dipanggil oleh pembawa acara. Beeya menghela napas kasar.
"Ini saatnya."
Beeya menoleh ke arah belakang, seseorang sudah menunjukkan ibu jarinya.
Baru mereka berdua berdiri dan hendak menuju tempat di mana pembawa acara berada, sebuah video diputar. Keadaaan mendadak hening dan mata para tamu undangan melebar dengan sempurna. Tubuh Raffa menegang bak patung.
"Apa-apaan ini?" tanya ayah dari Beeya.
Video terakhir sangat jelas memutar adegan dewasa dan membuat Radit dan Echa menutup mata kedua anak mereka. Begitu juga dengan Riana dan Aksa. Mereka melakukan hal yang sama. Arya sudah menatap nyalang ke arah Raffa.
Beeya memberanikan diri melangkah menuju pembawa acara dan meminjam microphone-nya.
"Maafin Bee, Mah, Pah, Bu'de, Om Rudi dan Tante Tika." Suara Beeya bergetar.
"Inilah yang dilakukan Raffa selama ini tanpa sepengetahuan kalian semua. Ada titik di mana Bee lelah, Bee ingin pergi dan menyerah, tetapi Raffa selalu mengancam Bee dan membuat Bee terpaksa bertahan." Nada bicara Beeya terdengar sangat lirih.
"Maafkan aku, Raffa. Kamu sudah terlalu sering menyakiti aku. Kamu sudah terlalu sering melarang aku. Untuk bertemu dengan orang-orang yang sudah aku anggap seperti keluarga pun selalu kamu larang. Masih pacaran sudah begitu. Bagaimana jika sudah menikah? Bertemu kedua orang tua ku pun pasti sangat sulit," paparnya.
"Sedangkan kamu ... pergi dengan wanita lain, tidur dengan wanita lain. Apa itu kamu lakukan agar aku tidak bisa mengetahui kebusukan kamu? Selama ini aku diam, aku nurut bukan karena aku tidak tahu atau takut. Aku hanya sedang mengumpulkan bukti, dan sekarang bukti ini yang akan menjadi KANDASnya hubungan kita."
Duar!
Tubuh Raffa seperti tengah ditembak peluru bertubu-tubi mendengar ucapan dari Beeya. Begitu juga dengan kedua orang tua Raffa.
"Maaf, jika Bee dianggap mempermalukan keluarga Om Rudi juga Tante Tika. Hanya ini jalan satu-satunya agar Bee bisa terlepas dari anak Om dan Tante. Supaya Om dan Tante juga tahu, bagaimana kelakuan Raffa selama ini. Anak yang selalu Om dan Tante agungkan kepada kedua orang tua Bee ternyata tidak sebaik yang Om dan Tante pikir. Maafkan Bee."
Beby dan Arina segera menghampiri Beeya dan memeluk erat tubuh Beeya. Mereka berdua melihat ada luka yang tak kasat mata yang Beeya derita. Ada trauma yang pastinya sulit untuk dia sembuhkan.
"Maafkan Bee, Mah. Maafkan Bee, Bu'de." Barulah air mata Beeya terjun bebas begitu juga dengan tangan Arya yang sudah menghantam wajah Raffa dengan sangat keras.
"Pergi dari sini!"
...****************...
Komen dong ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Kristiana Subekti
Good Job Bee👍👍👍👏👏
2022-05-25
1
Erna Wati
huuuihhh,,,, akhirnya terkuak juga tu kedok nya si rafa
2022-04-09
1
Ani Sumarni
rasain lu raffa
2022-03-29
1