Aku tidak merasa terusik sedikitpun, hanya aku berpikir saat itu, apa yang ia pikirkan pada Nettania, karena sorot matanya terlihat sayu menatap Netta.
Saat kami berada diruang tunggu pesawat, Aldo berada ditempat yang sama dengan kami.
Sebagai seorang lelaki dan Sekaligus suami Netta aku penasaran pada lelaki remaja itu, karena dari tadi matanya hanya menatap Nettania, aku memilih duduk di sebelah.
“Mau ke Jakarta juga?"tanyaku penasaran, lama-lama aku terusik juga dengan dengan matanya yang selalu menatap kami sejak dari tadi.
“Iya bang’ saya mau ke Jakarta ke rumah kakak."
“Kenapa lihatin Netta dari tadi, apa ada masalah?" Aku sengaja menatapnya dengan tajam, agar ia tidak melakukannya lagi.
“Tidak, tidak ada Bang,” gelagapan dan pergi meninggalkanku.
Nettania dan Tante baru saja datang dari toilet, jadi tidak menyadari aksiku yang menggertak anak ingusan itu. Netta juga sepertinya tidak tau kalau temannya memperhatikannya sejak tadi, ia duduk kembali dengan buku di tangannya, saat anak-anak sebayanya memegang ponsel, ia tidak melakukanya.
Sejak aku tiba di kampung belum pernah aku melihatnya memegang ponsel.
'Apa ia tidak punya alat komunikasi itu?' saat teman sebayanya sudah menjadikan benda yang satu itu barang paling utama,tetapi ia malah berbeda, ia menjadikan buku untuk menemaninya.
Sedikit tentang penampilan Nettania, pakaian yang ia kenakan mungkin hanya pakaian itulah yang terbaik yang ia punya, ia memakai celana kulot berbahan karet dan di padukan kemeja berwarna putih dan sepatu sneaker berwarna putih juga, dari penampilannya aku bisa melihat kalau ia pribadi yang sabar dan pintar.
Umurnya yang boleh di bilang sangat muda, tapi ia bisa menyesuaikan dengan lingkungan dan keadaanya.
Aku penasaran dengan buku yang dibaca anak remaja seperti dia, matanya terfokus pada buku yang ia pegang
Aku duduk di bangku kosong di sampingnya, aku duduk di sampingnya saja, ia bahkan tidak mengalihkan pandangan matanya dari buku tebal seperti Kamus.
Aku melirik bacaan buku yang di pegang Nettania: Panduan Sukses Masuk perguruan Tinggi TPA.
Oh… ternyata tekatnya untuk kuliah tidaklah main-main, karena saat anak remaja yang lain sibuk pegang gadget Netta sibuk mengisi otaknya dengan membaca buku, melihatnya saja pegang buku aku yang langsung mengantuk.
Sebenarnya aku juga penasaran dengan sikap diamnya, apa itu sikap diam alami atau ia jadi pendiam karena keadaan yang ia alami saat ini?
“Ahaaam,” aku terpaksa pura-pura batuk kecil. Ia baru mengalihkan matanya ke arah ku.
“Abang mau minum kopi?”
“Ada?"
“Ada, matanya mengarahkan ke salah satu kantin sederhana.
“Boleh, boleh, kita berangkatnya masih ada waktu 20 menit lagi"
Ditemenin segelas kopi kembali duduk di samping Netta, ia kembali diam.
“Kamu gak mau kopi?” aku bertanya sebagai awal untuk mengawali obrolan.
“Tidak suka kopi bang."
“Ayo…! Pesawatnya sudah ada.”
Wajah Netta terlihat sangat menegang , saya hanya berpikir ia merasa sedih karena akan meninggalkan kampung halamannya.
Hingga kami masuk ke dalam pesawat tujuan Halim Perdana kusuma. Saat mau naik kedalam ke pesawat Nettania terlihat mulai ketakutan, ia duduk di sampingku beberapa kali mengusap keringat di dahinya.
Harusnya aku bertanya ada apa dengannya, kalau tidak harusnya ia memberitahukan pada kami, kalau ini pertama kalinya ia naik pesawat agar kejadian yang memalukan itu tidak terjadi.
Saat Pesawat take off wajahnya memutih seperti kapas dan memegang kursi dengan kuat, saat pesawat mulai terbang keatas tidak diduga musibah memalukan terjadi.
“Uaaak ...!"
Ia mengeluarkan isi perutnya dan mengotori kursinya dan aku juga kena, yang paling gilanya lagi, kursi penumpang di depannya ikut kena juga.
Hal yang menjijikkan dan memalukan , bahkan baunya ikut membuatku ingin muntah juga.
Malu, bau, kotor itu yang aku alami, semua mata melihat kearah kursi kami berdua. Aku tidak menolongnya karena kau sendiri orang yang jijik.
Untungnya para pramugari cantik itu sabar dan menolong.
“Adiknya?
“Iya adik,” jawabku singkat. Aku malu melihatnya seperti itu ,aku terpaksa berdiri dan tidak mengaku mengenalnya, karena aku sudah kesal karena bajuku ikut kotor.
“Tante pindah kesini…! Ini menjijikkan, harusnya dia bilang ini baru pertama kalinya naik pesawat," kataku kesal.
"Ih, kamu bagaimana sih, Than, itu istri kamu, olesin minyak gosoklah."
“Ah tante saja, aku orangnya jijik an,” kataku Aku malu dengan sikap kampungan Nettania.
Terpaksa membuka jaket dan hanya mengenakan kaos tipis.
Berpindah tempat duduk dengan tanteku dan aku duduk akhirnya di tempat tanteku di barisan kursi di sebelah Netta.
Kalau ditanya kesal , iya sangat kesal dan merasa malu.
Netta terlihat beberapa kali muntah, mungkin tubuhnya terkejut dan ia merasa panik, maka itu ia muntah, tapi seharusnya ia bilang sama kami jadi ada antisipasi agar jagan memalukan seperti saat ini.
Mata semua orang pada terarah padaku. Netta juga sudah terlihat sangat lemas dan bajunya sudah sangat kotor.
Untungnya, ada tante bersama kami kalau saja tadi kami berangkat berdua, aku tidak tau lagi bagaimana tadinya mengurus Netta. Tante dengan sabar mengoleskan minyak angin ke badannya dan memintanya tidur.
Akhirnya pesawat landing dan ia kembali lagi mendapat serangan dari tubuhnya, entah berapa kali ia memuntahkannya.
Karena terlalu pusing, ia tak sanggup lagi hanya untuk berdiri.
“Aku tidak bisa jalan."
“Terus kamu mau apa?” kataku, “sungguh… saat itu aku hanya terbawa emosi.
“Tunggu sebentar lagi, aku tak mampu menapakkan kakiku, aku pusing dan lemas,” kata Netta, tapi aku memilih keluar dan menunggu di luar pesawat, untungnya seorang petugas dan pramugari membawa kursi roda dan membantunya.
Aku mau rasanya cepat-cepat ingin menghilang dari tempat itu, karena masih ada mata orang yang menatap kami dengan tatapan seakan-seakan menertawakan.
Tidak berapa lama setelah di jemput supir, akhirnya tiba juga di rumah.
Aku langsung naik ke kamarku mengunci dari dalam tidak ada orang lain boleh masuk, memang seperti itulah kebiasaan ku setiap harinya, tidak ingin di ganggu.
Karena Arnita adik perempuanku yang sering kami panggil di rumah si jabir artinya cerewet, sering masuk ke kamu dan mengoceh ini, itu, itu alasanku mengunci pintu kamar.
Bahkan aku tidak sadar kalau aku saat ini sudah menjadi suami Nettania.
Aku berniat berendam diri dikamar mandi, perjalan hari ini sungguh melelahkan dan memalukan untukku, kalau sudah seperti ini, ingin rasanya aku di manjakan Mikha.
Didalam kamar mandi aku hanya melilitkan handuk di pinggangku dan memegang ponselku, niatku ingin mengabari Mikha minta bertemu dan…
Tok ... tok ...
Suara ketukan di pintu, aku pikir adikku yang datang menganggu ketenanganku ternyata Netta.
BERSAMBUNG
Tolong di bantu like vote ,komen Kakak
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Lince Nainggolan
km yg bodoh Jonathan. sdh tau pariban dan tulangmu miskin. boro" naik pesawat jgn" naik kapal pun jarang.
dasar cowo bego
2023-04-29
0
Joshua Perlindungan
sebel dgn pariban Jonathan ini
2022-09-17
0
Indah Milayati
marathon,, nanti juga bucin kau bang
2022-07-24
0