Airin And The Rich Man
"YA, TUHAN ... APA YANG KAMU LAKUKAN, MAS!?" jerit Airin hiteris, betapa terkejutnya dia saat membuka pintu kamar.
Wanita berambut kuncir kuda dan berkaca mata tebal itu menutup mulut, bersamaan dengan itu air matanya pun langsung menganak sungai. Tubuhnya bergetar hebat melihat pemandangan yang sangat menjijikkan di depan matanya.
Pria yang diteriaki oleh Airin itu tidak menghiraukannya, dia terus berpacu penuh hasrat bersama seorang wanita yang juga tengah bergerak liar di bawahnya.
Dengan tubuh gemetaran Airin mendekati ranjang. "Tega kamu, Mas ... kamu mengkhianati pernikahan ini di kamar kita, di ranjang kita! di mana hati kamu, Mas?'' raung Airin dengan suara parau.
Tangan Airin terulur, dia hendak menarik tubuh suaminya itu agar berhenti melakukan perbuatan kotornya. Tapi tangan kekar pria itu terlebih dulu mendorongnya, hingga Airin tersungkur di lantai.
"Aduuhh, hiiks ...."
Airin meringis memegangi lututnya yang tergores akibat membentur kaki meja nakas. Tapi percayalah, perih yang Airin rasakan di lututnya sama sekali tidak ada apa-apanya jika dibanding perih yang menyayat hatinya saat ini.
Galang, pria yang tak lain adalah suami Airin itu terus menghentak dengan cepat. Hingga akhirnya sebuah erangan nikmat keluar dari mulutnya, pertanda ia sudah mencapai puncak kepuasan.
Pria itu kemudian turun dari ranjang, lalu memakai boksernya sebelum menghampiri Airin.
"Mas Galang, apa maksudnya ini? Mengapa kamu tega menodai pernikahan kita? Bahkan dengan adikku sendiri ... apa salahku padamu, Mas?" Lagi Airin meraung, berharap suaminya itu mengakui kekhilafan dan meminta maaf.
Mendengar Airin mencecarnya dengan pertanyaan, Galang menarik sudut bibirnya menampakkan seringaian keji. "Kau ingin tahu apa salahmu Airin?"
Galang mencengkram lengan Airin, lalu menyentak istrinya untuk berdiri dengan gerakan kasar, kemudian dia mendorong tubuh Airin yang sudah lemas ke depan cermin.
"Kau ingin tahu apa salahmu, kan? Lihat Airin ... lihat dirimu, lihat baik-baik di cermin itu! Dengan wajah buruk rupamu itu kau lebih pantas menjadi babu di rumah ini, daripada menjadi istriku!" teriak Galang tepat di telinga Airin.
Hati Airin sedang tercabik-cabik setelah menangkap basah perbuatan kotor Galang. Kini pria itu sengaja menyiramkan cuka dengan perkataan kejamnya yang membuat hati Airin kian perih, hancur sudah hati Airin tak berbentuk lagi.
Airin memandangi pantulan dirinya di depan cermin, dengan air mata yang belum berhenti mengalir. Dia memang jauh dari kategori cantik, wajahnya biasa saja, ditambah kaca mata tebal yang membingkai wajahnya membuat Airin terlihat jauh lebih tua dari umur yang sebenarnya. Sebagai seorang wanita, Airin juga bukan type yang pandai berhias, dia lebih suka menghabiskan waktu untuk memasak dan membaca buku.
"Aku memang tidak cantik, Mas ... lalu mengapa dulu kamu menikahiku?" isak Airin pilu.
"Jangan konyol, Airin ... aku tidak akan pernah menikahi wanita sejelek kamu jika bukan karena perjodohan sialan itu!" teriak Galang dengan kejam yang membuat hati Airin semakin tersayat. "Satu lagi Airin, sudah berapa lama kita menikah?" imbuh Galang bertanya.
Airin tidak menjawab, apa yang ia saksikan hari ini sudah menguras habis energi dan emosinya, membuat Airin seolah tidak memiliki tenaga lagi untuk sekedar bebicara.
Galang membalikkan tubuh Airin. Matanya menatap Airin dengan sorot berapi-api, bersamaan dengan tangan kasarnya yang mencengkeram kedua bahu Airin kuat-kuat. "Jawab aku, Airin ... sudah berapa tahun kita menikah?" tanyanya dengan suara membentak.
"Su-sudah empat tahun, Mas," jawab Airin terbata, bahkan suaranya nyaris tak terdengar.
"Benar, empat tahun! Lalu selama empat tahun itu apa yang bisa kau berikan padaku selain rasa malu? Aku selalu menjadi gunjingan kolega bisnisku karena memiliki istri yang jiwanya kampungan sepertimu! Dan kau tahu apa yang lebih buruk dari itu? Kau bahkan tidak bisa memberiku keturunan, Airin ... kau wanita mandul!" raung Galang dengan suara yang meledak-ledak, seolah dia adalah korban di sini.
''Sadar, Airin! Kau ini adalah wanita tidak berguna ... wanita kampungan, wanita cacatl! Sia-sia saja orang-tuaku berkorban melunasi hutang-hutang ayahmu, jika untuk memberiku keturunan saja kau tidak bisa! Untung ... adikmu yang lebih cantik dan lebih pandai memuaskanku itu bisa memberiku keturunan, tidak sepertimu yang tidak bisa apa-apa!" Galang menunjuk ke arah ranjang, tempat seorang gadis dengan tubuh yang hanya tertutup selimut duduk bersandar pada headboard.
Galang melangkah menuju meja nakas, dia mengambil benda putih yang memiliki dua garis merah, lalu menunjukkannya kepada Airin. "Lihat ini, Airin ... lihat! Frita tengah mengandung anakku! Dia wanita sempurna yang bisa memberiku segalanya!"
Airin menoleh ke atas ranjang, sorot matanya jelas mengambarkan kepiluan yang saat ini ia rasa.
Frita sudah hamil? Bukankah itu berarti pengkhianatan ini sudah berlangsung cukup lama? Ya, Tuhan ... memikirkan sudah berapa lama suaminya melakukan hubungan terlarang ini, membuat dunia Airin seakan kiamat.
Semuanya terasa kian sadis karena wanita yang menghancurkan rumah tangganya adalah adik tirinya sendiri. Airin merasa seluruh oksigen yang ada di kamar ini seolah tersedot habis. Berkali-kali Airin memukul dadanya untuk mengusir rasa sesak yang membuat napasnya tercekat.
"Tega kamu Frita ... tega kamu menghancurkan rumah tangga kakakmu sendiri," isak Airin pilu.
"Jangan salahkan orang lain, Airin! Salahkan dirimu sendiri yang tidak berguna. Mulai hari ini kau bukan istriku lagi, karena aku akan menikahi Frita. Bereskan barang-barangmu dan segera angkat kaki dari rumahku! Rumah ini bukan tempat penampungan yang bisa ditinggali wanita sampah sepertimu!" seru Galang sadis, kejam, dan tak berperasaan.
Airin masih terpaku di tempatnya, dia masih syok dengan semua ini. Syok dengan perselingkuhannya suaminya. Syok dengan pengkhianatan adik tirinya. Syok dengan perkataan kejam Galang yang mengiris hati. Syok dengan penderitaan yang tak pernah lelah menemani sepanjang hidupnya.
"Kenapa masih diam di situ, Airin? Apa kau tuli? Aku bilang cepat kemasi barang-barangmu, dan pergi dari rumahku sekarang juga!" bentak Galang lagi.
"Fhiuuuh ...." Airin membuang napas berat dari mulut.
Satu tangan Airin mengusap dadanya yang sesak, sementara satunya lagi menghapus jejak air mata yang tadi mengalir deras di pipinya. Airin berusaha menguatkan hatinya, dia tidak boleh terlihat lemah di hadapan pengkhianat seperti Galang dan Frita, atau harga dirinya akan semakin diinjak-injak.
Airin membuka lemari, lalu mamasukkan pakaiannya ke dalam tas, hari ini juga dia akan angkat kaki dari rumah ini. Meninggalkan kenangan buruk yang ia dapatkan selama pernikahannya dengan Galang.
Setelah tasnya terisi, Airin menghampiri Frita yang sedang tersenyum licik penuh kemenangan. "Silakan nikmati semua ini Frita, tapi satu yang perlu kau ingat, Tuhan tidak tidur!"
Mendengar ucapan Airin yang bernada ancaman itu, Frita tersenyum mencibir. " Sana pergi mengadu pada Tuhanmu, aku tidak peduli!"
Airin tidak ingin berucap apa pun lagi, dengan langkah terseok dia menyeret tasnya keluar dari kamar tersebut.
"Bye ... bye, Airin," ejek Frita sembari memandang Rendah Airin yang kemudian menghilang di balik pintu.
Airin melangkah meninggalkan pekarangan rumah Galang dengan perasaan kacau. Saat ini hujan turun mengguyur dengan deras, diiringi dengan petir yang menyambar saling bersahutan. Semesta seolah ikut menertawakan penderitaan yang dialami Airin.
Dengan tubuh basah kuyup dan menggigil kedinginan, Airin duduk di sebuah halte dan menunggu kalau-kalau ada ojek yang lewat, tapi hingga hujan mulai reda belum ada satu pun ojek yang lewat.
"Mbak mau ke mana?" tanya seorang pengendara motor yang juga tengah berteduh di halte yang sama.
"Saya mau ke daerah F," jawab Airin dengan suara gemetar, menyebut sebuah daerah di pinggiran Ibukota yang merupakan tanah asalnya.
"Oh, kebetulan saya juga mau ke sana. Ayo berangkat sama saya aja, kasihan Mbaknya di sini menggigil kedinginan," tawar pria tersebut.
Airin diam saja, dia tidak mengiyakan tawaran pria tersebut, tidak juga menolaknya. Airin tidak ingin percaya begitu saja kepada pria yang tidak dikenalnya.
Bagaimana kalau pria itu orang jahat? Bisa saja nanti dia akan diperkosa, kemudian dibunuh dan lalu dibuang ke kali!
Bersambung.
Haii ... haii My Beloved Readers, ini karya ke empat aku di Noveltoon. Jangan sampe ada yang komen manggil Mbak, Mak, atau Mom, lagi ya. Hehe ....
Jangan lupa berikan dukungan kalian untuk karya ini ya, salam hangat, Reno.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
宣宣
baru aja mampir langsung mewek 😭😭😭😭😭
2023-08-13
0
nana
q mampir kak.... semangat terus kak Reno....
2023-01-05
0
Dwi Sasi
Baru mampir, semoga sesuai ekspektasi
2022-09-27
0