Harus Berubah!

"Mas kapan sih kamu bakal nikahin aku secara resmi? Aku nggak mau ya nanti anak aku lahir statusnya nggak jelas," rajuk Frita.

"Sabar dong, Sayang. Mas kan lagi sibuk kerja, semuanya buat kamu juga, bukan? Nanti setelah waktu Mas agak senggang, mas akan urus perceraian dengan Airin di pengadilan, setelah itu kita langsung nikah resmi," bujuk Galang.

"Huuh!" Frita mendengkus kesal. "Ini sudah tiga bulan Mas menceraikan Airin, masa selama itu ngurus surat cerai ke pengadilan aja nggak sempat? Mas itu sebenarnya niat nggak sih ngurusnya?" desaknya.

"Jangan marah dong, Sayang ... mas janji akan urus secepatnya, oke!" Galang mengecup dahi Frita, "Mas berangkat kerja dulu ya!" pamitnya lalu melangkah pergi meninggalkan Frita.

Frita memandangi punggung Galang sambil menghentak kesal. Memikirkan Galang yang serba lamban, membuat Frita berniat melakukan upaya sendiri agar ambisinya cepat cepat terwujud.

***

"Sarah, Airin nggak jualan?" Alexi bertanya pada Sarah, tadi pagi dia sempat mengunjungi warung Airin karena ingin sarapan.

"Nggak tau, Mas, kenapa emang?" Sarah balik bertanya.

"Ya tadi aku ke sana mau sarapan, tapi warungnya nggak buka, apa dia sakit?"

Sarah mengerutkan dahi. "Ya mana aku tau, Mas. Kalau Mas khawatir sama dia, temuin aja orangnya langsung," jawab Sarah dengan sedikit kesal.

"Kok marah sih, aku itu tanya sama kamu karena kamu temannya Airin!" balas Alexi.

"Aku nggak marah, Mas. Tapi kamu bisa lihat sendiri aku lagi kerja. Nanti deh aku pastiin, pulang kerja aku akan mampir ke rumahnya," ujar Sarah kesal.

"Ya sudah, lanjut kerjanya. Aku mau keliling proyek dulu." Alexi akhirnya pergi meninggalkan Sarah.

Melihat Alexi sudah beranjak menjauh, Sarah pun menghela napas berat. 3-bulan Sarah mencoba mendekati mandor tampan itu, tapi sama sekali tidak membuat pria itu tertarik padanya.

Sarah tahu Alexi menaruh perhatian pada Airin, dan ini membuatnya sedikit kesal pada Airin. Meski begitu, dia tidak serta-merta memutus pertemanan mereka. Dan sore nanti sepulang kerja, Sarah tetap berniat mampir ke rumah Airin, untuk mengetahui alasan temannya itu libur berjualan.

***

Sementara itu di rumahnya, Airin benar-benar pusing. Alih-alih penghasilan yang ia dapatkan dari membuka warung, tapi malah kerugian. Sudah tiga bulan berjalan tapi warungnya tetap sepi, pengunjung warungnya hanya teman-teman kerja Sarah dan Alexi saja.

Setiap harinya Airin akan membuang lauk-pauk yang basi karena tidak laku. Padahal jika dibanding warung saingannya, jelas masakan Airin jauh lebih enak.

Hari demi hari tabungan Airin semakin habis, dia bahkan tidak punya uang lagi untuk modal berjualan hari ini, dan terpaksa ia harus menutup warungnya.

Tok ... tok!

Suara ketukan pintu membuat Airin bangkit untuk membukanya.

"Sarah ... ayo masuk," ajak Airin saat melihat sahabatnya itu yang berdiri di teras.

"Kenapa hari ini nggak jualan? Ditanyain Alvin tuh, kangen katanya," cerocos sarah sembari melangkah beriringan dengan Airin menuju ruang tamu.

Airin tersenyum hambar. "Bukannya yang suka sama dia itu kamu, ya?"

"Iya emang, aku suka dia, tapi sepertinya dia suka sama kamu, gimana dong?"

"Jangan ngaco deh, Sar. Nggak mungkin dia suka sama seorang janda." Airin mengibaskan tangannya.

"Itu menurut kamu, Airin ... tapi kenyataannya pas tahu warung kamu nggak buka, dianya nyariin tuh, sepertinya khawatir banget," ujar Sarah.

"Udah deh ... aku nggak mau bahas itu. Pertama, karena aku sadar siapa aku, nggak mungkin Alvin suka sama aku. Kedua, aku nggak mau kehilangan teman sebaik kamu gara-gara masalah pria, aku nggak mau jadi wanita perebut pria yang ditaksir sama sahabatnya sendiri," ujar Airin dengan penuh penekanan.

Sarah tersenyum santai.

"Aku memang suka sama Alvin, Airin. Tapi bukan berati aku akan jadi bego karena cinta, dan jadi benci sama sahabat aku sendiri karena Alvin lebih milih kamu. Kedengaran agak munafik sih, tapi kamu tahu sendiri aku orangnya rasional. Aku nggak akan ngebiarin hati aku sakit karena cinta yang bertepuk sebelah tangan, aku lebih memilih dicintai daripada mencintai," ujar Sarah panjang lebar.

"Udah, jangan bahas cinta-cintaan lagi, males dengarnya. Yang jelas aku nggak ada perasaan apa-apa sama Alvin, dan hubungan kami hanya sebatas pemilik warung dan pembeli," sanggah Airin lagi. "Kita bahas yang lain aja," imbuhnya.

"Astaga ...." Sarah menepuk dahi sendiri. "Tuh kan gara-gara bahas laki, jadi sampai lupa tujuan aku ke sini. Aku tuh mau tanya kenapa warung kamu nggak buka? Kamu sakit?"

Airin menganggukkan kepala lalu terkekeh kecil. "Iya aku emang lagi sakit, kantongnya yang sakit!"

"Maksud kamu?" Sarah mengkerutkan dahi.

"Kamu lihat sendiri, kan? Warung aku tuh sepi, pelanggannya cuma hitungan jari, paling cuma kamu, Alvin, sama teman-teman kamu doang. Jadinya setiap hari itu rugi, dan sekarang aku udah nggak punya modal lagi untuk jualan," ujar Airin.

"Oh, gitu ... aku punya tabungan, kamu pake aja dulu buat modal kamu jualan, nanti kamu bisa ganti kalau udah punya uang."

Airin tertawa hambar. "Maksud kamu biar modal yang habis jadi semakin besar? Usaha udah nggak jalan, ngapain diterusin? Aku mau cari kerja lain aja, sepertinya aku memang nggak berbakat jadi pedagang."

"Coba lagi, Airin ... siapa tahu kali ini bakal sukses!" Sarah menggenggam tangan Airin untuk memberinya semangat. "Sebenarnya bukan karena kamu nggak berbakat, masakan kamu enak kok, teman-teman aku juga suka masakan kamu. Salahnya itu ada di penampilan kamu Airin, jadi orang-orang nggak tertarik buat mampir."

"Hah? Masa sih?" Airin tidak percaya.

"Kamu lihat warung sebelah, masakannya biasa aja, malahan bagi aku rasanya itu nggak banget. Tapi karena punya pelayan cantik dan ditambah pake pakaian seksi, jadi warungnya tetap rame. Ya, kamu tahu sendiri, lah. Laki-laki itu sukanya lihat yang bening-bening, jadi sambil makan bisa cuci mata," ujar sarah.

"Jadi kamu nyuruh aku tampil seksi juga? Kayak jual diri, dong!" tolak Airin tidak setuju.

"Nggak harus tampil seksi juga, Airin ... cukup kelihatan cantik aja. Sebagai teman, aku aja bilang penampilan kamu ini nggak banget. Apalagi orang lain, sampe mau muntah kali!" ejek Sarah.

"Ish ...." Airin memberungutkan wajahnya.

"Gini, kamu dagang lagi tapi ubah penampilan, modalnya aku yang pinjamin. Kebetulan besok itu aku juga libur, aku bisa temanin kamu ke salon, biar dipermak!" ujar Sarah sembari terkekeh jahil.

"Dipermak? Kamu pikir aku ini apaan?" sungut Airin.

Melihat Airin yang kesal, Sarah pun tertawa keras. "Udah deh, jangan bawel! Kamu ikutin aja saran aku, daripada kamu mati kelaparan!"

"Kamu doain aku mati?" Airin semakin kesal.

"Bukan doain, Airin ... tapi kamu benar-benar akan mati kelaparan kalau masih terus pertahanin penampilanmu yang culun ini!"

"Jahat banget sih!" Airin masih bersungut-sungut

"Udah, pokoknya besok pagi-pagi aku ke sini buat nemenin kamu ke salon!" Sarah mengambil tasnya, lalu berpamitan.

Setelah Sarah pulang, Airin kembali ke kamarnya. Dia merenung memandangi pantulan dirinya di depan cermin.

Airin mendengkus, penampilannya memang sangat kuno dan culun, sama sekali tidak enak dipandang mata.

Tapi benarkah nasib buruk akan menjauh, jika penampilannya berubah?

Besambung.

Jangan lupa like dan komentarnya, ya. Salam hangat @poel_story27

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

oow itu jelas. siapa yg mau mempekerjakan orang berpenampilan kucel? sudahlah airin. ibu tiri dan saudara tiri yg kejam dah nggak bersamamu lagi. senangkan diri.

2022-12-03

0

Jupilin Kaitang

Jupilin Kaitang

penempilan itu bukan semestinya jadi lakunya jualan cuma orang2 dikampung itu kali semuanya miang,jangan nanti ubah penimpilan dikata jalang ,janda berias memikat suami2 orang baru tau lah

2022-09-30

0

Dwi Sasi

Dwi Sasi

Untung msh punya sahabat ❤️❤️

2022-09-27

0

lihat semua
Episodes
1 Pengkhianatan Tersadis
2 Terluka Tapi Terbebas
3 Bertemu Tukang Julid
4 Bertemu Lagi
5 Harus Berubah!
6 Bertemu Adik Tiri
7 Tak Perlu Peduli
8 Visual Karakter
9 Awal Yang Baik
10 Hidupnya dan Hidupku
11 Bukan Urusanmu!
12 Bertemu Mantan
13 Keinginan Galang
14 Rencana Kotor
15 Tentukan Pilihanmu!
16 Status Baru
17 Dia Milikku!
18 Seperti Orang Cemburu
19 Istriku Bukan Wanita Rendahan!
20 Semuanya Memabukkan
21 Korban Penghinaan
22 Menjadi Retak
23 Mau, Jadi Janda Dua Kali?
24 Boleh Ambil Hakmu
25 Menginginkanmu Saat Ini Juga
26 Tampak Lebih Indah
27 Wanita Angkuh
28 Kembalinya Viona
29 Berita Baik Untuk Viona
30 Pengakuan Airin
31 Mengadu Pada Calon Mertua
32 Di Ujung Tanduk
33 Aku Memilih Bertahan
34 Setengah Hati
35 Tanggapan Orang Tua
36 Membujuk
37 Mengikuti Takdirnya
38 Pertama Kali Bertemu Mertua
39 Perdebatan dengan Viona
40 Detik-detik Mendebarkan.
41 Price Tag
42 Itu Memang Pilihanmu
43 Aku Belum Selesai
44 Trauma Masa Lalu
45 Direngut Orang Lain
46 Pertemuan yang Salah
47 Persiapan Prewedding
48 Hari-hari Menyebalkan
49 Ibu-ibu Tukang Iri
50 Pengakuan Konyol
51 Tak Berharap Menjadi Spesial
52 Kabar Bahagia
53 Keras Kepala
54 Terlalu Protektif
55 Itu Pakaian Dinas!
56 Kami Akan bercerai
57 Anak Ini Darah Dagingmu
58 Tidak Selevel
59 Tidak Perlu Sampai Lahir
60 Ternyata Aku Hanya Pelarian
61 Kebersamaan Dengan Calon Mertua
62 Kamu Milikku!
63 Kehilangan Semangat
64 Membuat Khawatir
65 Tertangkap Basah
66 Wanita Hamil Tidak Sah Bercerai
67 Siapa yang Salah, Siapa yang Marah
68 Tidak Ada Maaf Lagi
69 Sial yang Bertubi-tubi
70 Jatuh Tertimpa Tangga
71 Pesekutuan Para Dedemit
72 Jembatan Desah
73 Adik-adik Penganggu
74 Masa Lalu Kita
75 Bersimbah Darah
76 Harus Diamputasi
77 Mereka Harus Lenyap
78 Gadis Keras Kepala
79 Penasaran
80 Misi Viona
81 Hari Berkabung
82 Tidak Mau Mengaku
83 Hukuman untuk Viona
84 Tidak Bisa Jauh
85 Win-Win Solution
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Pengkhianatan Tersadis
2
Terluka Tapi Terbebas
3
Bertemu Tukang Julid
4
Bertemu Lagi
5
Harus Berubah!
6
Bertemu Adik Tiri
7
Tak Perlu Peduli
8
Visual Karakter
9
Awal Yang Baik
10
Hidupnya dan Hidupku
11
Bukan Urusanmu!
12
Bertemu Mantan
13
Keinginan Galang
14
Rencana Kotor
15
Tentukan Pilihanmu!
16
Status Baru
17
Dia Milikku!
18
Seperti Orang Cemburu
19
Istriku Bukan Wanita Rendahan!
20
Semuanya Memabukkan
21
Korban Penghinaan
22
Menjadi Retak
23
Mau, Jadi Janda Dua Kali?
24
Boleh Ambil Hakmu
25
Menginginkanmu Saat Ini Juga
26
Tampak Lebih Indah
27
Wanita Angkuh
28
Kembalinya Viona
29
Berita Baik Untuk Viona
30
Pengakuan Airin
31
Mengadu Pada Calon Mertua
32
Di Ujung Tanduk
33
Aku Memilih Bertahan
34
Setengah Hati
35
Tanggapan Orang Tua
36
Membujuk
37
Mengikuti Takdirnya
38
Pertama Kali Bertemu Mertua
39
Perdebatan dengan Viona
40
Detik-detik Mendebarkan.
41
Price Tag
42
Itu Memang Pilihanmu
43
Aku Belum Selesai
44
Trauma Masa Lalu
45
Direngut Orang Lain
46
Pertemuan yang Salah
47
Persiapan Prewedding
48
Hari-hari Menyebalkan
49
Ibu-ibu Tukang Iri
50
Pengakuan Konyol
51
Tak Berharap Menjadi Spesial
52
Kabar Bahagia
53
Keras Kepala
54
Terlalu Protektif
55
Itu Pakaian Dinas!
56
Kami Akan bercerai
57
Anak Ini Darah Dagingmu
58
Tidak Selevel
59
Tidak Perlu Sampai Lahir
60
Ternyata Aku Hanya Pelarian
61
Kebersamaan Dengan Calon Mertua
62
Kamu Milikku!
63
Kehilangan Semangat
64
Membuat Khawatir
65
Tertangkap Basah
66
Wanita Hamil Tidak Sah Bercerai
67
Siapa yang Salah, Siapa yang Marah
68
Tidak Ada Maaf Lagi
69
Sial yang Bertubi-tubi
70
Jatuh Tertimpa Tangga
71
Pesekutuan Para Dedemit
72
Jembatan Desah
73
Adik-adik Penganggu
74
Masa Lalu Kita
75
Bersimbah Darah
76
Harus Diamputasi
77
Mereka Harus Lenyap
78
Gadis Keras Kepala
79
Penasaran
80
Misi Viona
81
Hari Berkabung
82
Tidak Mau Mengaku
83
Hukuman untuk Viona
84
Tidak Bisa Jauh
85
Win-Win Solution

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!