Awal Yang Baik

"Cantik!" gumam Airin memuji diri sendiri.

Airin berdiri di depan cermin sambil tersenyum, seolah belum percaya bahwa bayangan yang ada di dalam cermin rias itu benar-benar dirinya.

Takut cermin itu akan pecah karena rasa percaya dirinya meningkat drastis, Airin pun beranjak ke pasar untuk membeli kebutuhan warung.

Dia akan kembali berjualan dengan penampilan baru dan semangat baru, berharap kali ini warungnya akan memiliki banyak pengunjung.

"Eh ... kamu Airin?" tegur bu Santi.

Sementara itu bu Endang memandangi penampilan Airin dari ujung kaki sampai ujung kepala, dengan tatapan tidak percaya.

"Iya, aku Airin tante. Kan hampir setiap hari kita ketemu di sini, masa Tante nggak ngenalin aku," balas Airin santai.

Hampir saja bu Santi keceplosan untuk memuji penampilan Airin yang terlihat fresh dan cantik, sangat berbeda dari sebelumnya. Tapi wanita berpenampilan menor itu buru-buru menggigit lidah sendiri, agar kata pujian itu tidak lolos dari mulutnya.

"Kenapa kamu dandan seperti ini?" tanya bu Santi menelisik.

"Lho, kan waktu itu Tante sendiri yang kasih saran, bilang kalau aku nggak berubah, nanti bakalan jadi janda seumur hidup. Makanya aku dandan gini, siapa tahu nanti ada naksir, terus nikahin aku," balas Airin asal.

Bu Endang menyipitkan mata hingga nyaris tersisa sebesar biji semangka saja. Airin yang ditatap seperti itu pun menjadi risih.

"Kenapa, Tante? Kok ngelihatinnya gitu banget?" Airin mengernyitkan dahi.

"Kamu nggak ada niatan buat ngegoda suami orang, kan?" tuduh bu Endang tanpa alasan yang jelas, bu Santi pun terbelalak dibuatnya.

"Astaga Tante, kenapa jadi suudzon gini sama aku? Ya nggak mungkin lah aku mau ngodain suami orang!" sanggah Airin sambil menggelengkan kepala karena tidak habis pikir.

"Bisa aja, kan ... kamu jualan di proyek itu cuma modus. Padahal sebenarnya ingin cari duit dengan cara mudah, makanya kamu jadi ubah penampilan, biar dagangannya laku!" tukas bu Santi.

"Dagangan yang mana dulu nih, Jeng?" tanya bu Endang pura-pura bodoh.

"Ya, you know lah, Jeng. Udah jadi rahasia umum kali, kalau yang namanya janda itu kelakuaannya banyak yang nggak bener!" sahut bu Santi.

"Iya, benar banget kata kamu, Jeng," sahut bu Endang, lalu memberikan tatapan penuh prasangka pada Airin, "Awas ya kamu Airin ... jangan berani-berani godaan suami aku!" ancamnya.

Airin mendengkus kesal, rasanya dia sudah muak bertemu duo ember ini setiap hari. Tapi mau bagaimana lagi, kebutuhan warungnya memaksa Airin untuk ke pasar setiap hari, dan membuatnya selalu bertemu dengan orang-orangan sawah ini.

"Tante, dengar baik-baik, ya. Aku mengubah penampilan bukan dengan niat untuk menggoda siapa pun, termasuk suami Tante. Dan lagi, apa maksud Tante sampai nuduh aku punya niat yang nggak bener?" tanya Airin dengan penuh penekanan.

Bu Endang menyunggingkan senyum sinis. "Iya, iya ... kita percaya kok, lagian mana mungkin suami kita mau sama kamu, benar nggak, Jeng?"

"Ya iyalah, jelas! Kecantikan kita ini paripurna lho, Jeng!" sahut bu Santi pongah.

Mendengar kepercayaan diri tiada batas yang dimiliki kedua wanita ini, Airin pun tersenyum hambar. "Nah, kalau gitu apa yang Tante takutkan? Ya udah ya, Tante ... saya mau lanjut belanja dulu, nanti makin kesiangan buka warungnya."

"Ya sana pergi! Lagian siapa juga yang nahan kamu di sini!" usir bu Santi.

Airin menggelengkan kepala, jika bukan duo ember ini yang menegurnya tadi, tidak mungkin dia akan terlibat percakapan unfaedah ini, dan membuat waktunya terbuang sia-sia.

"Eh, Jeng! Tapi kita tetap harus hati-hati lho sama Airin," ujar bu Santi, sambil memandangi punggung Airin yang berlalu menjauh.

"Bener, waspada itu wajib. Apalagi nih ya, Jeng. Yang namanya janda itu udah pasti nggak bener. Sekarang dia udah dandan cantik, pasti deh punya maksud terselubung!" sahut bu Endang.

"Awas aja kalau dia berani kecentilan sama suami kita. Aku cakar-cakar mukanya!" tambah bu Santi.

***

Setelah selesai membeli kebutuhan warung, Airin bergegas meninggalkan pasar. Mengingat percakapannya tadi dengan bu Santi dan bu Endang tadi, membuat Airin masih tidak habis pikir.

Entah apa maunya kedua orang itu, dia tampil culun dihina, dibilang tidak pandai mengurus diri lah, dibilang ketinggalan zaman lah, dan masih banyak lagi celotehan merendahkan yang selalu membuat panas telinga.

Sekarang Airin sudah mengubah penampilan agar terlihat lebih menarik, tapi malah dituduh yang aneh-aneh! Apa sih maunya?

Ternyata penampilan Airin yang berubah 180-drajat, tidak hanya memancing perhatian bu Santi dan bu Endang saja. Sepanjang berjalan kaki dari pasar menuju warung, Airin terus mendapat tatapan penuh minat dari para pria yang berpapasan dengannya.

Terlebih ketika Airin sudah memasuki Area proyek. Airin seperti magnet yang membuat setiap mata tertarik untuk melihatnya, dan ia pun langsung menjadi topik hangat para pekerja proyek.

Setibanya di warung, Airin langsung menata belanjaannya, lalu hendak memasak untuk dagangannya siang ini.

"Mbak, kopi hitamnya tiga ya!" Suara itu terdengar dari bangku depan warungnya, saat Airin baru mulai memasak.

Airin menoleh lalu tersenyum penuh semangat, ketiga orang itu sebelumnya tidak pernah mampir di warung ini.

Ternyata Sarah benar, penampilannya yang sebelum ini adalah faktor kunci yang membuat warungnya menjadi sepi pengunjung. Toh, buktinya sekarang, baru beberapa menit ia membuka warung, sudah ada pengunjung yang datang.

"Iya, Mas, sebentar ya!" sahut Airin seraya bergegas memanaskan air, yang sebelumnya belum setiap ia kerjakan.

Mengingat bagaimana situasi warung ini di bulan-bulan sebelumnya, membuat Airin sama sekali tidak menyangka ia akan langsung mendapatkan pengunjung.

Tiga gelas kopi pun selesai diseduh, Airin segera membawanya ke meja pengunjung tersebut.

"Silakan, Mas," ucap Airin sembari tersenyum ramah.

"Eh, Neng cantik banget sih!" ujar pria berambut keriting sambil memandangi Airin tanpa berkedip.

"Iya, kalau tahu yang punya warung cantik begini, pasti setiap harinya kita sarapan ke sini." sahut pria yang bergigi agak offside.

"Namanya siapa, Neng?" tanya pria satu lagi yang berwajah agak lumayan dibanding kedua temannya.

"Nama saya Airin, Mas. Saya kembali ke dalam ya, mau lanjut kerja." Airin mohon diri.

"Eh, bentar, Neng. Sekalian sama sarapannya dong, ada apa aja?" tanya pria keriting.

"Aduh, maaf, Mas. Hari ini saya nggak buat, soalnya tadi agak kesiangan buka warungnya, tapi untuk besok saya udah mulai dagang dari pagi, jadi ada menu buat sarapan," sahut Airin tidak enak hati.

"Tapi kalau mie instan ada?" tanya pria itu lagi.

"Ada, Mas, mau rebus atau goreng?"

"Mie rebus aja, kita pesan tiga ya!"

"Siap, Mas, saya buatkan dulu ya!" Airin lantas berpamitan kembali ke dapurnya.

Sembari menunggu pesanannya datang, ketiga pria itu mengobrol sambil memperhatikan Airin yang bekerja di dalam warung.

Tidak hanya ketiga orang itu, pagi ini satu persatu pengunjung mulai berdatangan. Yang membuat Airin harus kejar-kejaran antara melayani pengunjung, dengan memasak untuk menu dagangan siang ini.

Terlebih saat jam makan siang, para pembeli yang datang seperti tidak ada habisnya.

Berkali-kali Airin memperhatikan keluar, berharap Sarah segera datang, sahabatnya itu pasti akan senang menyaksikan awalan yang baik ini.

Tapi hingga jam makan siang hampir habis, sahabatnya itu tak juga datang. Padahal Airin ingin mengucapkan terimakasih sekali lagi. Sarah bukan sekedar memberi ide yang membuatnya kembali bersemangat, tapi juga dengan baik hati meminjamkan tabungannya, hingga warung Airin bisa kembali berjalan.

"Ke mana Sarah, ya? Biasanya selalu makan siang di sini!" gumam Airin heran.

Sementara itu di salah salah meja yang ada di sana. Alexi menyantap makan siangnya tanpa berselera. Telinganya panas mendengar para pria yang terus membicarakan Airin. Apalagi di meja yang tak jauh darinya, ada sekelompok pria yang sedang membicarakan hal kotor tentang Airin.

"Dasar bajingan!" Alexi yang sudah habis kesabaran, berdiri dari tempat duduknya dengan tangan terkepal, lalu melangkah ke arah meja para pria tersebut.

Braakk!!

Tangan kekar Alexi menggebrak meja mereka dengan keras. Membuat keempat pria yang sedang membicarakan Airin terlonjak kaget!

Bersambung.

Ikuti terus kisah selengkapnya ya.

Terpopuler

Comments

Dwi Sasi

Dwi Sasi

Hmmm.... Panass...

2022-09-27

0

Jasmine

Jasmine

wah..wah..wah..alvin jelous ya...
kayak udh jd an sama ai

2022-06-19

1

Rama Fitria Sari

Rama Fitria Sari

mampir lagi dengan meninggalkan like dan momen
mari mampir kembali di novel ku

2022-06-12

0

lihat semua
Episodes
1 Pengkhianatan Tersadis
2 Terluka Tapi Terbebas
3 Bertemu Tukang Julid
4 Bertemu Lagi
5 Harus Berubah!
6 Bertemu Adik Tiri
7 Tak Perlu Peduli
8 Visual Karakter
9 Awal Yang Baik
10 Hidupnya dan Hidupku
11 Bukan Urusanmu!
12 Bertemu Mantan
13 Keinginan Galang
14 Rencana Kotor
15 Tentukan Pilihanmu!
16 Status Baru
17 Dia Milikku!
18 Seperti Orang Cemburu
19 Istriku Bukan Wanita Rendahan!
20 Semuanya Memabukkan
21 Korban Penghinaan
22 Menjadi Retak
23 Mau, Jadi Janda Dua Kali?
24 Boleh Ambil Hakmu
25 Menginginkanmu Saat Ini Juga
26 Tampak Lebih Indah
27 Wanita Angkuh
28 Kembalinya Viona
29 Berita Baik Untuk Viona
30 Pengakuan Airin
31 Mengadu Pada Calon Mertua
32 Di Ujung Tanduk
33 Aku Memilih Bertahan
34 Setengah Hati
35 Tanggapan Orang Tua
36 Membujuk
37 Mengikuti Takdirnya
38 Pertama Kali Bertemu Mertua
39 Perdebatan dengan Viona
40 Detik-detik Mendebarkan.
41 Price Tag
42 Itu Memang Pilihanmu
43 Aku Belum Selesai
44 Trauma Masa Lalu
45 Direngut Orang Lain
46 Pertemuan yang Salah
47 Persiapan Prewedding
48 Hari-hari Menyebalkan
49 Ibu-ibu Tukang Iri
50 Pengakuan Konyol
51 Tak Berharap Menjadi Spesial
52 Kabar Bahagia
53 Keras Kepala
54 Terlalu Protektif
55 Itu Pakaian Dinas!
56 Kami Akan bercerai
57 Anak Ini Darah Dagingmu
58 Tidak Selevel
59 Tidak Perlu Sampai Lahir
60 Ternyata Aku Hanya Pelarian
61 Kebersamaan Dengan Calon Mertua
62 Kamu Milikku!
63 Kehilangan Semangat
64 Membuat Khawatir
65 Tertangkap Basah
66 Wanita Hamil Tidak Sah Bercerai
67 Siapa yang Salah, Siapa yang Marah
68 Tidak Ada Maaf Lagi
69 Sial yang Bertubi-tubi
70 Jatuh Tertimpa Tangga
71 Pesekutuan Para Dedemit
72 Jembatan Desah
73 Adik-adik Penganggu
74 Masa Lalu Kita
75 Bersimbah Darah
76 Harus Diamputasi
77 Mereka Harus Lenyap
78 Gadis Keras Kepala
79 Penasaran
80 Misi Viona
81 Hari Berkabung
82 Tidak Mau Mengaku
83 Hukuman untuk Viona
84 Tidak Bisa Jauh
85 Win-Win Solution
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Pengkhianatan Tersadis
2
Terluka Tapi Terbebas
3
Bertemu Tukang Julid
4
Bertemu Lagi
5
Harus Berubah!
6
Bertemu Adik Tiri
7
Tak Perlu Peduli
8
Visual Karakter
9
Awal Yang Baik
10
Hidupnya dan Hidupku
11
Bukan Urusanmu!
12
Bertemu Mantan
13
Keinginan Galang
14
Rencana Kotor
15
Tentukan Pilihanmu!
16
Status Baru
17
Dia Milikku!
18
Seperti Orang Cemburu
19
Istriku Bukan Wanita Rendahan!
20
Semuanya Memabukkan
21
Korban Penghinaan
22
Menjadi Retak
23
Mau, Jadi Janda Dua Kali?
24
Boleh Ambil Hakmu
25
Menginginkanmu Saat Ini Juga
26
Tampak Lebih Indah
27
Wanita Angkuh
28
Kembalinya Viona
29
Berita Baik Untuk Viona
30
Pengakuan Airin
31
Mengadu Pada Calon Mertua
32
Di Ujung Tanduk
33
Aku Memilih Bertahan
34
Setengah Hati
35
Tanggapan Orang Tua
36
Membujuk
37
Mengikuti Takdirnya
38
Pertama Kali Bertemu Mertua
39
Perdebatan dengan Viona
40
Detik-detik Mendebarkan.
41
Price Tag
42
Itu Memang Pilihanmu
43
Aku Belum Selesai
44
Trauma Masa Lalu
45
Direngut Orang Lain
46
Pertemuan yang Salah
47
Persiapan Prewedding
48
Hari-hari Menyebalkan
49
Ibu-ibu Tukang Iri
50
Pengakuan Konyol
51
Tak Berharap Menjadi Spesial
52
Kabar Bahagia
53
Keras Kepala
54
Terlalu Protektif
55
Itu Pakaian Dinas!
56
Kami Akan bercerai
57
Anak Ini Darah Dagingmu
58
Tidak Selevel
59
Tidak Perlu Sampai Lahir
60
Ternyata Aku Hanya Pelarian
61
Kebersamaan Dengan Calon Mertua
62
Kamu Milikku!
63
Kehilangan Semangat
64
Membuat Khawatir
65
Tertangkap Basah
66
Wanita Hamil Tidak Sah Bercerai
67
Siapa yang Salah, Siapa yang Marah
68
Tidak Ada Maaf Lagi
69
Sial yang Bertubi-tubi
70
Jatuh Tertimpa Tangga
71
Pesekutuan Para Dedemit
72
Jembatan Desah
73
Adik-adik Penganggu
74
Masa Lalu Kita
75
Bersimbah Darah
76
Harus Diamputasi
77
Mereka Harus Lenyap
78
Gadis Keras Kepala
79
Penasaran
80
Misi Viona
81
Hari Berkabung
82
Tidak Mau Mengaku
83
Hukuman untuk Viona
84
Tidak Bisa Jauh
85
Win-Win Solution

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!