Mendapat pukulan itu, Raditya pun tersungkur ke tanah. Dia menggeram sambil menghapus darah di sudut bibirnya.
"Bajingan ... berani sekali mandor rendahan sepertimu memukulku!" raung Raditya seraya berdiri untuk membalas Alexi.
Perkelahian pun terjadi, kedua pria itu saling adu jotos, memperlihatkan kemampuan bela diri masing-masing.
Para pekerja proyek yang melihatnya pun berdatangan untuk melerai, apalagi yang berkelahi itu adalah mandor mereka.
"Siapa kau? Mengapa membuat keributan di sini?" bentak salah satu pekerja.
"Mandor sialanmu ini yang lebih dulu memukulku!" balas Raditya tak kalah membentak.
"Pergi dari sini, kau bukan pekerja di sini, kan? Jadi jangan membuat masalah di sini!" usir pekerja tersebut.
Raditya mendengkus kesal, tapi dia tidak mungkin melawan lagi. Dia mulai menciut, karena takut akan menjadi bulan-bulanan para pekerja tersebut.
"Awas kau mandor rendahan! Aku masih akan membuat perhitungan denganmu!" ancam Raditya seraya mengacung jari telunjuknya.
Setelah itu dia pun bergegas kembali ke mobil, lalu beranjak meninggalkan lokasi tersebut.
"Pak Alvin tidak apa-apa?" tanya salah satu pekerja.
Meski ia berhasil menang melawan Raditya, tapi Alexi juga terkena beberapa kali pukulan dari lawannya itu, sehingga menyebabkan sudut mata kanan, dan pipi sebelah kirinya membiru.
Alexi meringis memegangi sudut matanya yang lumayan perih. "Ya, saya tidak apa-apa, Pak. Kalian bisa kembali bekerja!" ujarnya.
"Baik, Pak. Ada air mineral di sana, bapak bisa minum dulu, agar sedikit tenang."
"Terimakasih," tutur Alexi.
***
Di tempat lain, Raditya sudah tiba di apartemennya. Dibanding Alexi, dia jauh lebih bonyok akibat perkelahian tadi.
Frita membukakan pintu, matanya langsung membulat saat melihat kondisi Raditya lumayan mengenaskan.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Frita.
"Tadi di jalan aku dicegat preman, terus kita berantem," jawab Raditya berbohong.
Mana mungkin dia mengatakan bahwa kondisinya yang sekarang, disebabkan dia berkelahi dengan suami barunya Airin.
"Oh, tapi kamu nggak apa-apa, kan? Trus gimana, Airin sudah tanda tangan surat itu?" cecar Frita tidak sabaran.
Raditya berdecak kesal, alih-alih mencemaskan kondisinya yang babak belur, kekasihnya itu malah langsung menanyakan kepentingan pribadinya.
"Apa kau tidak bisa membiarkanku masuk dulu?" kesal Radiya sambil menatap jengkel.
"Jangan sensitif gitu, Sayang. Ayo masuk!" ajak Frita seraya memaksakan senyumnya.
Dia membiarkan Raditya melangkah terlebih dulu, lalu ia pun mengekor di belakang menuju sofa.
"Sayang, jangan marah gitu dong," bujuk Frita seraya mendudukkan diri di samping Radit. "Aku itu bukannya nggak sabaran. Tapi kamu tahu sendiri kan, tanda tangan Airin itu penting banget buat kita. Aku harus menjadi istri sah Galang, supaya bisa memaksanya mewariskan semua hartanya kepada anak kami. Ehmm, maksudku anak kita. Demi masa depan kita juga, Sayang!"
"Airin sudah menanda-tanganinya!" Raditya menunjuk berkas yang ia letakkan di atas meja dengan isyarat dagu.
Frita tersenyum sumringah, dia segera memeriksa berkas tersebut. "Nah, kalau begini aku bisa cepat nikah resmi sama Galang. Dan aku akan segera menggugat cerai pria tua itu setelah berhasil mengambil alih asetnya, lalu kita akan hidup bahagia, Sayang."
Raditya menarik sudut bibir, sambil membatin licik. 'Pria mana yang mau hidup dengan wanita licik dan murahan sepertimu! Aku pun akan meninggalkanmu setelah berhasil merebut semua yang kau rampas dari Galang!"
Frita yang tengah senang merapatkan tubuhnya pada Raditya, lalu jemari lentiknya mulai bermain di dada kekasihnya itu, memberikan sentuhan-sentuhan nakal yang membangkitkan gairah.
"Frita, aku sedang tidak mood!" tolak Raditya seraya menjauhkan tangan gadis itu.
"Sayang, aku pengen ... beberapa hari lagi mas Galang akan pulang dari proyek, entah kapan lagi kita bisa menghabiskan waktu sepuasnya seperti sekarang," rayu Frita dengan suara genitnya yang khas.
"Tapi aku belum mandi, tubuhku gerah!" tolak Raditya lagi.
Frita menghela napas kesal. "Kalau begitu biar aku siapkan air untuk mandimu, nanti kita mandi bersama."
Frita beranjak ke kamar mandi untuk mengisi bathup, ia pun memanggil Raditya setelah airnya terisi. Gadis itu menyusul Raditya masuk ke dalam bak dengan gerakan menggoda.
Dia memberikan sentuhan-sentuhan yang tidak bisa ditolak Radit. Ya saat ini dia masih membutuhkan Frita, sehingga ia pun melayani keinginan gadis itu.
Perlahan Frita berhasil membuat Radit mulai terbakar. Mereka pun melakukan hubungan terlarang yang menggebu-gebu dan penuh gairah.
Frita sangat menikmati setiap kali bercinta dengan Radit. Pria itu cukup perkasa, tidak seperti Galang yang hanya beberapa menit saja sudah selesai.
Tapi kali ini Radit tidak menikmatinya, dia menginginkan Airin, dan sedang membayangkan dirinya bercinta dengan wanita khayalannya tersebut.
***
Alexi baru saja tiba di rumah, Airin menyambut kepulangan suaminya itu dengan senyuman yang begitu manis.
"Mas Alvin, wajah kamu ...." Senyuman di wajah Airin menghilang seketika itu juga, dan berganti dengan raut wajah khawatir, karena melihat ada sedikit yang membiru di sudut mata Alexi.
"Ini bukan apa-apa, cuma tadi ada sedikit keributan di proyek," sahut Alexi santai.
"Tapi itu sakit, kan? Kamu ke sofa dulu deh, aku ambilkan air hangat buat kompres."
Tanpa menunggu persetujuan dari Alexi, Airin bergegas ke dapur. Mengambil apa pun yang ia butuhkan, untuk mengkompres luka suaminya.
Saat Airin kembali, Alexi sudah menunggu di sofa. Airin mendudukkan diri di samping suaminya dengan jarak yang sangat dekat. Dia lantas membasahi kain bersih, lalu mulai mengkompres luka lebam di wajah suaminya dengan hati-hati.
"Kalau sakit bilang ya, Mas," ujar Airin pelan.
Alexi hanya mengangguk, saat ini dia sedang tidak fokus, benar-benar tidak fokus. Jarak mereka yang terlalu dekat, membuat Alexi dapat mencium wangi memabukkan tubuh sang istri.
Sepertinya Airin baru saja selesai mandi, itu dapat dilihat dari rambutnya yang masih lembab, dan wangi sampo dari rambut hitamnya itu juga sangat memabukkkan indra penciuman.
Tanpa disadari oleh Airin, suaminya itu sudah beberapa kali menelan saliva. Saat ini Airin hanya mengenakan pakaian rumah yang agak menerawang, sehingga memamerkan bayangan kulitnya yang mulus di dalam sana.
Gila, hal ini bisa membuat Alexi benar-benar gila. Jika terus seperti ini, maka tidak ada yang menjamin ia bisa bertahan lebih lama lagi.
Imannya bisa runtuh, dia bisa kehilangan akal yang membuatnya tergoda untuk menerkam, dan melahap istrinya itu sekarang juga.
Sebenarnya ini bukan kali pertama dia berdekatan dengan Airin, mereka pernah lebih dekat dari ini, bahkan memeluk wanita itu dalam waktu yang cukup lama.
Hanya saja situasinya berbeda, saat itu Airin sedang menangis sesunggukan. Tidak ada nafsu dari pelukan itu, yang ada hanya naluri seorang pria untuk menenangkan, dan melindungi seorang wanita yang sedang terpukul.
"Awww ...." Alexi meringis saat Airin menekan bibirnya yang pecah, dan sedikit rasa sakit itu berhasil membuat akalnya kembali jernih.
"Ma-maaf, Mas. Aku tidak tidak sengaja, aku janji akan lebih pelan-pelan," ujar Airin, takut-takut jika Alexi akan marah.
Ternyata bukan hanya aroma tubuh dan rambut istrinya itu saja yang wangi, napasnya juga sangat harum, semua yang ada pada istrinya benar-benar memabukkan.
Tidak, Alexi yakin dirinya tidak akan bertahan lebih lama lagi. Dia pun segera berdiri untuk menghindar, sebelum ia benar-benar kehilangan kendali dan menghabisi istrinya sekarang juga.
"Mas mau ke mana? Ini belum selesai!" Airin mengkerutkan dahi.
"Mandi, aku perlu mandi!" jawab Alexi sambil menahan napas.
Bersambung.
Ini bab kedua untuk hari ini ya, selamat membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Memyr 67
mandi tw menidurkan si otong alvin?
2022-12-03
0
Dwi Sasi
Ini namanya ular dikadalin😂😂
2022-09-27
0
@arieyy
mandi aja ...apa mandi in yang lain😛😛
2022-07-21
0