Mengetahui tatapan Airin yang sangat menelisik, Frita pun menjadi salah tingkah. Dia juga khawatir Airin akan melaporkan apa yang dilihatnya pada Galang.
"Kenapa? Gugup? Berarti benar yang kamu kandung itu bukan anaknya mas Galang?" cecar Airin, sehingga suasana yang ada kian terasa canggung.
"Ja-jangan asal bicara kamu Airin, tentu saja ini anaknya Mas Galang!" jawab Frita, mencoba menekankan intonasi suaranya agar meyakinkan.
"Huh, kamu pikir aku percaya? Siapa pun yang melihat kelakuanmu yang sekarang, pasti jadi nggak yakin kalau yang kamu kandung itu anaknya mas Galang! Ehmm, aku jadi penasaran ... gimana ya kira-kira reaksinya mas Galang, kalau tahu kamu masih menjalin hubungan sama pria lain?" sinis Airin yang membuat Frita semakin ketar-ketir.
Tidak ingin terlihat kalah mental, dan semakin terpojok. Frita pun mengangkat wajah untuk membalas tatapan sinis Airin.
"Kamu mau ngasih tau mas Galang? Silakan! Pikir, Airin ... apa kamu yakin mas Galang bakal percaya sama kamu? Hahaha ... sana adukan saja sampai mulutmu berbusa, yang adanya nanti kamu sendiri yang akan dimaki-maki mas Galang!" tantang Frita balik menggertak.
Tubuh Airin bergetar karena balik terpojok. Galang memang seperti yang dikatakan Frita, dulu saja saat dia masih berstatus sebagai istri Galang, pria itu tidak pernah mempercayai ucapannya. Apalagi setelah mereka berpisah seperti sekarang ini?
Melihat Airin terdiam, Frita pun menjadi yakin bahwa Airin tidak akan berani mengadukan hal ini pada Galang.
Dia pun kembali menggertak. "Kenapa diam, Airin? Nggak berani? Dasar pecundang!" cibirnya dengan mimik wajah mengesalkan.
Gadis itu lantas menggandeng lengan kekasihnya. "Yuk, Sayang, kita pergi aja ... percuma ngomong sama si culun, buang-buang waktu!"
Mereka pun melegos meninggalkan tempat tersebut, sedangkan Airin hanya bisa memandanginya dengan napas yang tidak beraturan, berusaha menahan emosi.
Ingin rasanya dia membongkar kelakuan busuk gadis itu, tapi sayangnya dia tidak memiliki bukti dan keberanian yang cukup. Ditambah lagi Galang juga tidak akan mempercayai ucapannya begitu saja.
"Kasihan mas Galang, dia pasti di manfaatin habis-habisan sama Frita," gumam Airin sambil terus menatap punggung Frita yang semakin menjauh.
"Biarin aja kali, Rin. Ngapain masih dipikirin? Kamu sendiri yang bilang, kalau selama hidup sama Galang, yang kamu dapat itu cuma penderitaan. Jadi udahlah, jangan ribet-ribet ngurusin hidup orang, apalagi kita nggak dianggap sama orang itu. Cuma buang-buang energi, buang-buang waktu" celutuk Sarah sambil merangkul pundak Airin.
"Sar ... memang, aku nggak bahagia sama mas Galang. Tapi aku masih ingat kebaikan orang-tuanya sama aku," lirih Airin pelan.
"Yang baik sama kamu itu orang-tuanya, bukan Galang, jadi kamu nggak usah bersimpati dengan kehidupannya. Yuk, ah!" Sarah menarik tangan Airin.
Mereka pun memasuki salah satu salon yang ada di mall tersebut, tujuan mereka datang ke sini memang untuk mendandani Airin agar terlihat lebih menarik.
***
"Selamat malam, Tuan. Senang sekali akhirnya bisa bertemu Tuan Alexi Rahadi secara langsung," sapa Galang terlebih dulu.
"Selamat malam, Pak Galang Pradita, silakan duduk." Alexi menyambut kedatangan Galang di salah satu restoran.
Galang pun memanggil waiters untuk memesan hidangan mereka.
"Silakan dipesan, Tuan. Biarkan saya yang mentraktir Anda malam ini, anggap saja sebagai bentuk pernghormatan." Galang mengembangkan senyum menjilat.
Alexi tersenyum hambar. "Kebetulan saya sudah makan. Dan saya juga tidak akan berlama-lama," tolaknya.
"Sam, perlihatkan bukti yang kita miliki padanya," perintah Alexi pada asistennya, yang kemudian memberikan sebuah map beserta tablet kepada Galang.
"Di dalam map itu terdapat kalkulasi peggunaan material untuk membangun satu unit rumah, yang jumlahnya hanya sekitar 70% dari proposal kontrak yang kita sepakati!" ujar Alexi datar.
Galang menggeser layar tablet yang menampilkan berbagai kecurangan yang dilakukan bawahannya. Dia juga membaca berkas diberikan Alexi dengan tubuh bergetar.
"Begitukah cara perusahaanmu menjalankan proyek dari klien? Padahal kami sama sekali tidak menawar anggaran pembangunan yang kau berikan. Aku bisa menuntutmu berdasarkan pelanggaran kontrak!" ancam Alexi.
"Ma-maaf, Tuan ... kecurangan ini di luar pengetahuan saya. Saya berjanji, pekerja yang nakal akan saya disiplinkan," sahut Galang dengan suara ketakutan.
Alexi mencondongkan tubuhnya sambil memberikan tatapan mengintimidasi. "Apa itu cukup? Aku ingin kau membongkar, dan mengerjakan ulang setiap bangunan dikerjakan di bawah standar!"
"Ta-tapi, Tuan." Galang menjadi kaget dengan permintaan Alexi.
Jika itu harus ia lakukan, maka dipastikan dia harus keluar uang lebih untuk membeli material tambahan, berikut upah para pekerja. Efeknya keuntungan yang ia terima akan sangat tipis, mungkin tidak ada, atau bahkan yang terburuk perusahaannya akan menombok.
"Aku tidak memberimu pilihan. Kerjakan sesuai proposal, atau aku memutus kontrak. Lalu menuntut ganti rugi atas kecurangan yang kau lakukan!" tegas Alexi.
Setelah berkata seperti itu, tanpa basa-basi Alexi mengajak asistennya untuk pergi.
Galang juga beranjak meninggalkan restoran, kali ini wajahnya terlihat lesu. Alih-alih mendapat keuntungan tambahan, dia malah menanggung rugi karena kecurangannya terbongkar.
Mengingat dirinya tidak mungkin menolak permintaan Alexi, mau tidak mau Galang harus menurutinya. Mungkin ia akan rugi, tapi kerugiannya tidak akan seberapa, dibanding Alexi membawa kasus kecurangan ini ke pangadilan.
"Sial, sial, sial!" Galang terus mengumpat kesal sambil memukul kemudi mobilnya.
Padahal awalnya Galang tidak yakin Alexi akan seteliti ini, apalagi proyek Permata Raya City ini adalah proyek pertama Alexi.
Bagi Galang, Alexi hanyalah bocah ingusan dalam dunia investasi, dia hanya beruntung karena terlahir dari keluarga kaya raya. Tapi ternyata Galang salah, Alexi adalah pemuda yang sangat cerdas dan teliti, dia sangat sulit untuk ditipu.
Di tempat lain, Sam juga sedang fokus pada kemudi mobilnya.
"Kita mau ke mana, Tuan?" tanya Sam.
"Langsung kembali ke proyek saja!" sahut Alexi.
"Tapi, Tuan. Perjalanan ke proyek akan menghabiskan waktu sekitar dua jam, dan ini sudah tengah malam. Apa tidak sebaiknya kita mencari hotel, untuk menginap satu malam ini."
"Tidak, Sam. Aku ingin kembali ke proyek!" tergas Alexi.
"Baiklah, Tuan." Sam tidak lagi membantah, dia berusaha untuk kembali fokus pada kemudi, meski dalam keadaan setengah mabuk.
Tadi sepulang dari pertemuan dengan Galang, Alexi mengajak Sam untuk menemaninya minum di salah satu club.
Alexi sedang berusaha mengusir pikirannya yang kacau akhir-akhir ini. Ada satu wanita yang terus menari-nari di kepalanya, Airin.
Alexi juga tidak mengerti mengapa ia tak bisa berhenti memikirkan wanita itu. Apalagi dua hari ini Airin tidak berjualan, dan membuat Alexi benar-benar merasa kehilangan.
'Ah, mudah-mudahan saja besok dia sudah kembali berjualan, masakannya itu benar-benar membuatku ketagihan,' gumam Alexi dalam hati.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan like, dan komentarnya, ya. Salam hangat @poel_story27
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lena Sari
sepertinya karma mu akan segera dtg Galang,
2023-09-26
0
Erlinda
jujur Thor aq paling benci dgn perempuan bodoh seperti Airin ini..udah disakiti masih aja mikirin mantan nya menyebalkan banget..jadi perempuan kok goblok banget
2023-07-09
0
Jupilin Kaitang
benar airin buat apa mengurusi hal mantan suamimu itu,biar kan saja dia sendiri tau seperti apa perempuan yang dia bangakan.urus saja diri kamu hidup kamu masa depan
2022-09-30
0