Malam hari. 🌠
Acara makan malam akan segera berlangsung. Keluarga dari pihak Melinda pun sudah datang dan akan menjadi malam bersejarah untuk dua keluarga itu. Ralat, maksudnya untuk keluarga Bambang yang ingin cepat-cepat menjadi orang kaya.
“Wah... Ini rumah benar-benar seperti istana, seandainya Katty yang tinggal disini,” ucap Katty yang begitu terpesona dengan keindahan interior rumah keluarga Arafat.
“Cih.. Jangan harap untuk tinggal di rumahku ini,” tegas Raka yang begitu membenci sikap tak sopan Katty.
Katty menciut mendengar ucapan Raka yang terdengar seperti penolakan keras. Ia pun melirik ke arah Melinda dan ingin sekali menenggelamkan saudari tirinya itu ke sungai yang penuh ikan piranha.
Almer datang dan langsung duduk di kursi miliknya.
“Selamat malam, Tuan besar!” sapa Bambang.
Almer hanya melirik datar ke arah Bambang dan tersenyum ketika menoleh ke arah Melinda.
“Malam ini cucu menantuku sangat cantik,” puji Almer pada Melinda yang malam itu memakai gaun berwarna merah muda dan rambut terurai kesamping.
“Terima kasih, Kakek,” balas Melinda.
Katty yang mendengar Almer memuji kecantikan saudari tirinya merasa panas serta sesak di dadanya. Ia ingin sekali memuntahkan semua isi perutnya di wajah Melinda.
“Tetap aku yang paling cantik,” ucap Katty lirih sambil mengibaskan rambut pendeknya.
Almer mengeluarkan sebuah kotak kecil dan menyerahkannya kepada Melinda di depan yang lainnya.
“Apa ini, Kek?” tanya Melinda ragu-ragu ketika menyentuh kotak kecil pemberian Almer.
Raka terkejut melihat kotak kecil yang sedang dipegang oleh Melinda. Bagaimanapun, Raka tahu apa isi di dalam kotak kecil itu.
Bagaimana tidak? Kotak kecil itu adalah kotak dari Ibundanya tercinta yang telah lama meninggal.
“Kek, bukankah itu milik Mama,” ucap Raka yang terdengar tak setuju dengan apa yang dilakukan oleh Almer.
“Ya, memangnya kenapa? Mendiang Ibumu memberikan ini kepada Kakek sebelum Ibumu meninggal. Dan kamu mau tahu apa yang Ibumu katakan?” tanya Almer.
“Apa?” tanya Raka penasaran.
“Ibumu ingin Kakek memberikan ini secara langsung kepada calon istrimu, Melinda,” jawab Almer dan meminta Melinda untuk segera membuka isi kotak kecil itu.
Melinda mulai membuka isi kotak kecil itu dan ternyata ada sebuah kalung emas berliontin berlian yang sangat berkilau.
“Maaf, Kek. Melinda tidak bisa menerimanya,” tolak Melinda yang merasa tidak pantas untuk menerima kalung cantik tersebut. Melinda dengan cepat menutupnya kembali dan memberikannya kepada Almer.
Almer tak suka dengan yang namanya penolakan. Apalagi, Melinda akan menjadi istri dari cucunya itu.
“Tolong terimalah kalung ini!” pinta Almer dengan sangat lembut.
Raka mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia tidak tahan dengan sikap lembut Kakeknya itu kepada Melinda.
“Baiklah, Kek.” Melinda terpaksa menerima kalung cantik itu. Dikarenakan, ia tidak ingin membuat Almer kecewa kepada dirinya.
Katty sangat jengkel dengan apa yang didapatkan oleh Melinda. Ia ingin juga memiliki apa yang saudari tirinya miliki.
“Melinda sayang, bolehkah Mama menyentuh kalung kamu?” tanya Dina, Ibu tiri Melinda.
Almer mendelik tajam pada Dina yang ingin menyentuh kalung putrinya, Ibu dari Raka Arafat. Mendapat sorotan tajam dari Almer, membuat Dina mengurungkan niatnya dan memilih untuk diam saja.
“Siapkan!” perintah Almer pada pelayan yang sudah berdiri sedari tadi.
Bambang, Dina dan Katty terpukau dengan cara pelayanan mereka yang benar-benar hebat.
Hidangannya pun terlihat sangat nikmat dan menggiurkan.
“Kampungan,” celetuk Raka ketika melihat mereka bertiga yang tak berkedip melihat hidangan.
Kali ini Almer diam saja mendengar apa yang dikatakan oleh cucunya. Dengan kata lain, ia setuju dengan celetukan dari Raka.
Bambang, Dina dan Katty segera menunduk karena celetukan pedas dari Raka.
Almer lebih dulu menikmati makanannya, kemudian disusul oleh Raka dan Melinda.
Bambang dengan cepat memberi isyarat kepada istri serta putrinya untuk segera makan.
Raka bergidik ngeri melihat cara makan Bambang, Dina dan juga Katty.
Mereka bertiga makan dengan sangat serakah dan tidak ada kenyangnya.
Berbeda dengan Melinda saat pertama kali makan bersama dirinya serta Sang Kakek.
Menjijikan sekali!
Apakah mereka tidak pernah makan selama berabad-abad? 😲 (Batin Raka)
Melinda merasa tidak enak dengan Almer maupun Raka. Ia ingin sekali menegur Ayah, Ibu dan adik tirinya itu. Akan tetapi, ia bingung bagaimana cara menegurnya karena mereka bertiga terlalu asik menikmati makanan.
“Ayah...” Melinda mencoba memanggil Bambang. Akan tetapi, Bambang malah memberikan lirikan tajam pada Melinda.
“Ibu...” Melinda mencoba memanggil Ibu tirinya. Akan tetapi, Dina acuh tak acuh pada panggilan Melinda.
“Sudah, biarkan saja mereka,” ucap Almer dan meminta Melinda melanjutkan makannya.
Almer sebenarnya tak suka dengan cara mereka bertiga makan. Namun, ia tidak ingin merusak acara makan malam dua keluarga.
Raka yang tak bisa menikmati makannya langsung membanting sendok miliknya. Namun, tidak sampai terpental kemana-mana.
“Hei kalian! Bisakah kalian makan selayaknya manusia?” tanya Raka yang tak bisa menahan emosi.
Bambang, Dina dan Katty langsung menyadari sikap mereka dan kompak meminta maaf.
Makan malam pun akhirnya kembali berlanjut dan sudah tidak seperti tadi.
“Keluargamu dan kamu, sama-sama menjijikan.” Raka berbisik kepada Melinda untuk menghindari ucapannya di dengar oleh Kakeknya.
Melinda tak sengaja melirik ke arah Almer yang ternyata melihat dirinya. Untuk menutupi perkataan Raka yang menyakitkan, Melinda memilih tersenyum sambil mengangguk kecil pada Raka.
Almer tersenyum tipis dan berpikir bahwa Raka serta Melinda dalam masa pendekatan.
Almer telah selesai dengan makanannya, begitu pula dengan Raka dan Melinda.
“Euukkk!” Bambang bersendawa dengan cukup keras.
“Maaaf semuanya, saya benar-benar kenyang,” ucap Bambang dengan sangat santai.
“Tidak sopan,” celetuk Raka.
Almer meminta para pelayan untuk membawakan paper bag yang sudah ia siapkan.
Dan meminta para pelayan memberikannya kepada keluarga Melinda sesuai dengan nama yang tertera di paper bag tersebut.
“Ini apa, Tuan besar?” tanya Bambang.
Dina dan Katty saling melirik serta sangat tidak sabaran untuk melihat isi di dalam paper bag cantik itu.
“Kalian bisa membukanya!”
Bambang, Dina dan Katty cepat-cepat membuka isi di dalam paper bag tersebut.
Mereka sangat senang ketika melihat ada setelan jas yang akan dikenakan saat acara pernikahan serta gaun pesta untuk Dina dan Katty.
Tidak hanya itu, di dalamnya pun terdapat uang tunai yang cukup banyak untuk tiap masing-masing dari mereka.
“Wah! Ini uangnya banyak sekali!” Katty kegirangan mendapatkan uang sebanyak itu.
“Karena kalian sudah menerimanya, kalian boleh pulang!” perintah Almer yang tidak ingin mereka bertiga berlama-lama dikediaman keluarga Arafat.
Bambang sebenarnya masih ingin berlama-lama di rumah mewah itu. Akan tetapi, Bambang terpaksa pulang karena melihat raut wajah Almer dan terutama wajah Raka yang sangat tidak menyukai dirinya.
Ia pun memutuskan pamit bersama istri dan putri kesayangannya.
“Setidaknya tiga sampah sudah keluar dari rumah ini,” ucap Raka setelah mereka bertiga pergi.
“Kakek tahu kamu tidak menyukai mereka. Tapi tolong, jagalah sikap,” ucap Almer dan melenggang pergi menuju ruang kerjanya.
Kini, hanya ada Melinda dan Raka di ruang tamu.
“Kenapa masih diam? Bawa aku ke kamar!” perintah Raka.
“Baik, Mas Raka,” balas Melinda dan membawa Raka menuju kamar.
Melinda mendorong kursi roda Raka sembari memikirkan jalan hidupnya ke depan.
Apakah Melinda akan bertahan selamanya?
Ataukah akan menyerah begitu saja?
Entahlah, hanya Tuhan yang tahu nasib Melinda kedepannya.
To be continued
Thanks 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Ani Ani
bergerac padatuhan ada balasan nya nati
2023-12-19
0
Neng Nong Alisya
bertahan Dong... nanti malah c raka yg GK mau Melinda pergi
2023-11-13
0
Alvia Nora
sabar Melinda ada saatnya indak pada waktunya
2023-04-30
0