Melinda bangun dengan perut yang masih sakit, ia mengalami diare akibat ulah Raka pria yang membuatnya kesakitan seharian dan sepanjang malam. Kasur empuk yang menjadi alas tubuhnya mengistirahatkan diri sama sekali tidak dapat memengaruhi rasa nyaman untuknya.
Lagi-lagi hidupku harus malang seperti ini, apa tidak ada cara lain untuk membahagiakan ku ya Allah? (Batin Melinda)
Melinda berjalan dengan tertatih-tatih menyeret kakinya menuju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi ia membersihkan tubuhnya setidaknya air hangat dapat membuatnya tenang.
Selesai mandi Melinda keluar kamar mandi yang hanya terbalut handuk berwarna putih polos. Ia bingung saat membuka almari pakaian berbahan dasar kayu jati dengan ukiran bunga, didalamnya banyak sekali pakaian yang bisa dikatakan adalah pakaian kelas atas.
Benarkah semua ini adalah milikku? rasanya sangat aneh jika aku mendapatkan pakaian ini, apakah ini keberuntungan ataukah awal dari kesialan aku? (Batin Melinda)
Melinda dengan ragu meraih gaun berwarna hijau muda dan dipanggangnya ada hiasan pita kecil.
“Sebaiknya aku pakai yang ini saja! pakaian ini lebih sopan dibandingkan yang lain,” ucap Melinda.
Gadis berumur 20 tahun itu kini sudah terlihat cantik dan rapi.
“Nona muda! apakah anda sudah bangun?” Terdengar suara wanita dari luar pintu.
“Sudah, aku sudah bangun,” balas Melinda.
“Bisakah Nona muda membuka pintu?”
“Ba.. baiklah tunggu sebentar!” Melinda kemudian mendekati pintu dan membukanya.
“Ternyata nona muda sudah rapi, kalau begitu nona muda segeralah turun ke bawah! Tuan besar dan tuan muda telah menunggu anda di meja makan!”
Oh tidak Bagaimana ini? kenapa aku harus makan bersama dengan pria jahat itu. Bolehkah aku menolaknya? (Batin Melinda)
“Ba.. baiklah!”
Melinda turun dengan menggunakan lift, sangking groginya Melinda bahkan terjatuh saat keluar dari lift. Raka tertawa terpingkal-pingkal saat melihat Melinda terjatuh, lift itu tepat berhadapan dengan meja makan.
“Hentikan tawamu Raka!” perintah Almer.
Raka langsung menghentikan tawanya, wajahnya seketika berubah serius. Entah apalagi yang direncanakan oleh Raka, pria itu mendekati Melinda dengan kursi rodanya.
Mau apa dia mendekatiku? apa yang kemarin tidaklah cukup, perutku bahkan sampai sekarang masih sakit. (Batin Melinda)
“Apakah sangat sakit?” tanya Raka penuh perhatian. Namun perhatian itu semata-mata ia lakukan agar sang kakek percaya terhadapnya.
“Ti...tidak sakit sama sekali,” sahut Melinda.
Melinda lalu melangkahkan kakinya menuju meja makan, namun tangan kekar Raka menahannya.
“Apa kamu begitu tega sampai-sampai meninggalkan ku?” tanya Raka yang masih berakting sok baik.
“Maksudnya?” tanya Melinda terheran-heran.
“Bantulah calon suamimu ini menuju meja makan dengan cara mendorong kursi rodaku ini!” pinta Raka.
Raka lalu tersenyum tipis dan mengedipkan matanya kepada Melinda.
Apalagi yang dia lakukan? barusan ia mengedipkan mata kearah ku? (Batin Melinda)
“Bisa tidak?” tanya Raka.
“Ba... baiklah!” seru Melinda.
Gadis itu dengan ragu-ragu mendorong kursi roda Raka menuju meja makan, Almer tersenyum senang melihat kedekatan mereka.
“Siapkan!” perintah Almer.
Sekitar 10 pelayan datang dengan membawa berbagai macam makanan. Sampai-sampai Melinda dibuat tercengang saat melihat begitu banyak makanan di meja makan itu.
Ya ampun makanan sebanyak ini mana bisa dihabiskan untuk 3 orang? bahkan di acara nikahan saja tidak sebanyak ini. (Batin Melinda)
“Tutup mulutmu sayang! nanti ada lalat masuk ke dalam mulutmu itu,” bisik Raka.
“Ma...maaf,” sahut Melinda.
“Hentikan Raka, jangan ganggu cucu menantu kakek. Sekarang kita makan bersama!”
“Baik kek!” sahut Raka.
Melinda memperhatikan cara makan Almer dan Raka. Kedua pria itu makan dengan sangat elegan, membuat Melinda ragu untuk menyendok makanan ke dalam mulutnya.
“Kamu kenapa tidak mulai memakan makanan kamu Melinda?” tanya Almer.
Jelaslah wanita menjijikkan ini belum juga makan, pasti cara makan dia dan kita berbeda. Kakek kenapa selalu memperhatikan wanita ini, jelas-jelas dia adalah anak dari si pencuri. (Batin Raka)
“Melinda tidak bisa makan seperti cara makan kakek dan Mas Raka,” ucap Melinda dengan jujur.
“Kamu makanlah seperti biasanya saat kamu makan dirumah, kakek bisa mengerti!”
“Terima kasih kek,” sahut Melinda.
Melinda dengan hati-hati memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya, bahkan ia mengunyah makanan dengan sangat pelan agar tak menimbulkan suara.
“Sekarang kita sudah selesai sarapan, kakek hari ini akan ke kantor. Kakek harap Raka dan Melinda banyak mengobrol agar kalian semakin dekat!” pinta Almer.
“Kakek tenang saja, Raka akan membuat Melinda nyaman disini!” seru Raka.
Melinda hanya mendengarkan kakek dan cucu itu berbicara, ia menelan Saliva nya dengan sangat kasar. Entah apalagi yang akan diperbuat Raka terhadapnya.
Akhirnya Almer benar-benar pergi meninggalkan Raka dan Melinda.
“Kakek sudah pergi, sekarang antar aku ke taman belakang!” perintah Raka.
“Ma...mau ap..apa kita ke belakang?” tanya Melinda terbata-bata.
“Kamu tidak perlu tahu, cepat antarkan aku sekarang!”
“Ba..baik mas Raka!”
Mas Raka, Mas Raka. Apa bagusnya dengan nama itu. Seharusnya dia panggil aku dengan sebutan tuan muda seperti pelayan-pelayan yang lain. (Batin Raka)
Melinda mendorong kursi roda itu menuju taman belakang.
“Sekarang kamu berdiri disitu!” perintah Raka sambil menunjuk kursi dekat kolam renang.
“Bu..buat apa aku kesana mas?”
Melinda sangat ketakutan, ia tahu jika Raka merencanakan sesuatu.
“Cepat jalankan saja perintahku!”
Melinda dengan terpaksa mengikuti perintah Raka, gadis itu lalu duduk di kursi dekat kolam renang.
1 menit, 2 menit, 5 menit dan kini sudah 30 menit Melinda duduk terdiam. Sementara Raka hanya memandang dari kejauhan sambil tersenyum licik.
Kenapa perasaanku jadi tak enak begini? Apakah aku hanya diperintahkan untuk duduk berdiam seperti ini? (Batin Melinda)
Raka benar-benar sangat senang, ia tak sabar menunggu reaksi dari Melinda yang duduk di kursi itu.
30 menit sudah, tapi sampai kapan obat itu bereaksi. (Batin Raka)
Senyum Raka tiba-tiba merekah saat melihat gelagat dari Melinda yang sudah mulai tidak bisa diam, Melinda mulai sibuk menggaruk-garuk tubuhnya.
Akhirnya obat gatal itu bereaksi juga. (Batin Raka)
Melinda merasakan gatal pada kaki dan pinggulnya lama-lama rasa gatal itu menjalar ke sekujur tubuhnya. Sangking gatalnya Melinda tak sadar bahwa dirinya sudah berada di dekat pinggiran kolam renang.
JEBBURRRR!!!
Melinda terjatuh ke dalam kolam renang, rupanya gadis itu tidak bisa berenang.
Raka pun panik saat melihat Melinda tak menampakkan batang hidungnya.
“Siapapun yang mendengar suaraku cepat kesini!” teriak Raka.
Para pelayan dan bodyguard yang mendengar teriakkan Raka berlari kearahnya.
“Ada apa tuan muda?” tanya mereka kompak.
“Kalian kenapa malah kesini, cepat bantu Melinda sekarang! dia sedang tenggelam,” teriak Raka.
Raka begitu panik, ingin rasanya ia menceburkan diri menyelamatkan Melinda. Namun apa daya, kakinya saat itu tidak bisa berbuat apa-apa. Kebetulan yang menyelamatkan Melinda adalah pelayan, Raka bersyukur karena bukanlah bodyguard yang menyelamatkan Melinda.
“Kamu sedang apa?” tanya Raka yang melihat seorang bodyguard mencoba mengangkat tubuh Melinda.
“Ingin membantu nona muda,” sahut bodyguard.
“Tidak perlu biar aku saja, sekarang kalian para pelayan angkat calon istriku dan bawa ke pangkuan sekarang!” perintah Raka.
“Tapi....”
“Tidak ada tapi-tapian, cepat!” perintah Raka.
Akhirnya 2 orang pelayan berusaha mengangkat tubuh Melinda dan berhasil menaruh tubuh Melinda dipangkuan Raka.
Meski Raka saat itu sedang lumpuh, namun tak mengurangi kegagahan dari tubuh seorang Raka.
Bahkan para pelayan berdecak kagum melihat perhatian dan kepedulian Raka terhadap calon istrinya itu.
Like ❤️ komen 👇
Lanjut?? komen+Vote 🙏😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
083*******73
...
2024-04-24
0
Ani Ani
pura2 aja
2023-12-19
0
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
Rakaaaa awassss buciiiin tingkat dewa lhooooo 😅😅😅😅
2023-12-13
0