Cukup lama Melinda memandangi almari pakaian miliknya dan tak menemukan pakaian yang cocok untuknya. Sebenarnya bukan karena tidak cocok, hanya saja Melinda tidak percaya diri memakai pakaian yang berada di dalam almari pakaian tersebut.
“Tok.. Tok.. Tok!”
“Siapa?” tanya Melinda dan kepanikan semakin menjadi-jadi karena dirinya belum juga siap.
“Ini saya, Nona muda. Tolong izinkan saya masuk!” seru suara seorang wanita dari luar pintu.
Melinda menggaruk-garuk kepalanya dan bergegas membukakan pintu.
Melinda terkejut melihat seorang wanita berdiri dihadapannya dengan koper yang ukurannya cukup besar. Koper yang dibawanya lebih ke arah tas yang biasa dibawa oleh tukang rias pengantin atau mungkin iya.
“Sudah saya duga, Nona muda pasti belum berhias. Mari saja buat Nona muda menjadi 10 kali lipat cantik dari sebelumnya!”
Melinda mengangguk dengan ragu-ragu dan mengikuti apa yang dikatakan oleh wanita berwajah manis tersebut.
“Nona muda mempunyai kulit yang mulus dan sehat. Pasti Nona muda hobi ke salon,” ucapnya.
Melinda tertawa dalam hati, bagaimana mungkin wanita yang sedang sibuk merias wajahnya bisa berkata manis seperti itu. Untuk membersihkan wajahnya saja ia tidak memiliki waktu, dikarenakan ia sangat sibuk membersihkan rumah. Belum lagi, jika Ibu tiri dan saudari tirinya meminta ini dan itu.
Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman, malah berubah menjadi neraka setelah Ibu kandungnya meninggal dunia karena sakit-sakitan.
“Nona muda memiliki bulu mata yang lentik dan tebal. Jadi, apa perlu saya pasangkan bulu mata?”
Melinda menolak secara halus karena dirinya sangat risih bila harus mengenakan bulu mata palsu.
Tahap demi tahap untuk merias wajah Melinda akhirnya selesai juga. Wanita yang merias wajah Melinda bahkan tak percaya dengan hasil riasannya yang benar-benar membuat wajah Melinda bercahaya bak bidadari yang baru turun dari kahyangan.
“Sudah selesai, silakan buka mata Nona muda!”
Melinda membuka matanya perlahan dan terperangah melihat pantulan wajahnya di cermin yang membuat dirinya tak bisa berkata-kata.
“Bagaimana? Apakah Nona muda dengan seni tangan saya?”
Melinda tak mendengar pertanyaan itu, ia terkesima dengan hasil yang benar-benar memuaskan.
“Nona muda!”
“Iya...” Melinda tersadar dan dengan cepat mengangguk setuju.
“Syukurlah kalau Nona muda menyukainya,” ucapnya lega.
“Tapi, apakah ini tidak terlalu berlebihan? Aku dan Mas Raka hanya pergi mengunjungi orang sakit,” terang Melinda yang masih ragu-ragu dan takut penampilannya malah akan menjadi olok-olokan keluarganya.
“Riasan sudah siap, tinggal pakaian saja yang belum. Nona muda yang ingin memilih sendiri atau saya pilihkan?”
“Tolong pilihkan pakaian yang pantas untuk saya,” balas Melinda.
Wanita itu dengan senang hati memilihkan pakaian yang akan dikenakan oleh Melinda. Almer secara khusus memanggilnya untuk merias wajah Melinda dan ia juga termasuk wanita yang akan merias Melinda di hari H.
“Sudah selesai, sekarang Nona muda sudah siap untuk berangkat bersama Tuan muda!”
“Benarkah?” Melinda masih tak percaya bahwa dirinya malam itu sangat cantik. Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa dirinya bisa menjadi secantik malam itu.
Wanita itu terkekeh geli melihat Melinda yang masih tak percaya. Ia pun mengandeng tangan Melinda dan membawanya keluar kamar, ternyata diluar kamar sudah ada Raka yang menunggunya.
Raka yang sedang sibuk dengan ponselnya terkejut sekaligus kagum melihat calon istrinya yang berubah drastis menjadi sang cantik. Namun, dengan cepat Raka bersikap dingin seperti biasanya.
“Dandan seperti ini saja lama sekali,” ketus Raka.
Melinda merasa kecewa karena Raka sedikitpun tak memuji perubahan pada wajahnya.
“Cepat bantu aku!” perintah Raka dingin.
Melinda mengangguk kecil dan mendorong kursi roda tersebut menuju lantai dasar.
Aku berharap banyak pada Mas Raka. Aku pikir Mas Raka akan memujiku. Tahu begini, aku tidak usah dandan. (Batin Melinda)
Melinda terus mendorong kursi roda Raka sembari melamun.
“Ingat, saat tiba nanti aku harap kamu jangan banyak bicara!” perintah Raka.
Melinda terus mendorong kursi roda Raka tanpa menjawab apa yang diperintahkan Raka. Melinda terlalu larut dalam lamunannya yang melamun kan saat-saat dirinya dan Ibu kandungnya bersenda gurau.
“Melinda!” panggil Raka karena Melinda tak membalas perintah dari dirinya.
“Iya.. Iya Mas raka.” Melinda tersadar dari lamunannya dan mengiyakan apa yang dikatakan oleh Raka sebelumnya.
Mobil telah siap dan dari kejauhan sudah ada beberapa pengawal yang siap membukakan pintu untuk Raka dan Melinda.
“Selamat malam, Tuan muda dan Nona muda!” sapa mereka dengan setengah membungkuk menghormati keduanya.
Melinda merasa risih diperlakukan seperti itu, ia tidak terbiasa melihat orang yang tiap saat menyapa dan membungkuk ketika melihat dirinya, Raka ataupun Almer.
Kehidupan orang kaya dan orang miskin memang sangat berbeda. Apakah aku pantas hidup di dunia orang kaya seperti ini?
Ataukah ini awal dari penderitaan ku? (Batin Melinda)
Melinda menitikkan air mata dan dengan cepat ia menghapusnya. Entah apa yang direncanakan Tuhan untuknya.
“Jalan!” perintah Raka dengan raut wajah datar.
“Baik, Tuan muda!”
Mobil pun melaju menuju rumah Orang tua Melinda.
****
Kediaman Bambang.
Raka mengangkat sebelah alisnya sembari memperhatikan kediaman rumah pria yang telah mencuri di kediamannya.
“Apakah rumah ini hasil curian juga?” tanya Raka lebih tepatnya menuduh bahwa hasil dari pembuatan rumah tersebut adalah hasil dari mencuri.
Melinda yang mendengar pertanyaan sekaligus tuduhan Raka hanya bisa mengelus dada.
“Tolong, Mas Raka. Apapun yang Mas Raka pikirkan, tidak semuanya benar,” balas Melinda yang sejujurnya tidak berani berkata seperti itu dihadapan Raka, pria yang nantinya akan menjadi suaminya.
Raka tertawa mengejek dan memperingatkan Melinda untuk tak membuatnya kesal. Melinda hanya bisa mengiyakan tanpa bisa protes dengan sikap dingin Raka.
Toh, menyetujui persyaratan dari Kakek Almer sudah menjadi keputusan dan iapun tidak bisa mengganggu gugat keputusan tersebut.
“Kak Melinda! Akhirnya Kak Melinda datang juga, Mama kita sedang sakit kak.” Katty memeluk Melinda dan menangis menceritakan tentang bagaimana Dina pingsan.
Seumur hidupnya, Melinda tak pernah dipeluk ataupun diperlakukan sebaik malam itu oleh Katty, saudari tirinya.
Raka hanya diam sambil terus memperhatikan bagaimana Katty dan Melinda dekat.
“Kamu sudah datang, Nak?” Bambang datang dan membelai lembut rambut Melinda.
Melinda merasa bahagia ketika merasakan tangan Ayahnya yang membelai lembut rambutnya. Hal yang dari dulu ingin ia rasakan ketika melihat bagaimana Bambang memperlakukan saudari tirinya dengan sangat baik.
Jika malam ini tidak ada Mas Raka, apakah Ayah akan memperlakukan Melinda sebaik ini?
Tak apa, meskipun ini hanya sekedar sandiwara. Melinda tetap menyukainya, Ayah. (Batin Melinda)
“Ayo masuk!” ajak Bambang.
Melinda mendorong kursi roda Raka dan membawanya masuk ke dalam kamar Dina.
Di dalam kamar, Dina masih saja terbaring dengan mata yang masih tertutup.
“Apa keadaan Mama Dina baik-baik saja?” tanya Melinda memastikan.
“Kak Melinda seharusnya ada disini, Mama tadi pingsan karena merindukan kak Melinda,” jawab Katty berbohong.
Bambang yang mendengar perkataan bohong Katty hanya diam sambil mengangguk setuju. Namun lain halnya dengan Melinda, Melinda sangat tahu benar bahwa sebenarnya Dina tak pernah menginginkan dirinya ada di rumah peninggalan Ibunya.
Dibalik diamnya Raka, sebenarnya Raka terus memperhatikan gelagat dari Melinda dan Katty.
Raka tahu bahwa perkataan Katty tidaklah tulus dan Raka tahu bahwa Melinda tidak nyaman dengan sentuhan Katty.
Sebenarnya apa yang terjadi di rumah ini? Aku merasa bahwa bocah ini memilki motif lain dibalik ucapannya. (Batin Raka)
To be continued
💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Hyuna❤️Aditya
muka tembok
2024-06-05
0
Ani Ani
muka tebal
2023-12-19
0
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
ternyata raka peka juga terhadap keadaan keluarga Melinda
2023-12-13
0