Melinda baru saja keluar dari kamarnya dan terkejut melihat Raka sudah berada di hadapannya dengan tatapan dinginnya.
Tidak bisakah Pria dihadapan ku tersenyum sedikit saja? (Batin Melinda)
“Apa yang kau lihat?” tanya Raka datar.
“Tidak ada, Mas Raka ada perlu apa?” tanya Melinda berusaha tetap tenang.
Raka mengeluarkan secarik kertas dan melemparnya, “Ambil itu! Pagi ini kita akan pergi ke market!”
“Market? Memangnya Mas Raka mau beli apa?” tanya Melinda sambil memungut kertas dilantai.
“Jangan banyak tanya! Tugasmu hanya mengikuti semua perintahku, karena kamu....”
“Karena aku hanya pelayan,” celetuk Melinda memotong ucapan Raka.
Raka mencoba untuk tidak terpancing emosi, ia harus menahan amarahnya dikarenakan Sang Kakek masih berada di rumah.
Raka melirik ke arah kursi rodanya, memberi isyarat agar Melinda segera membawanya pergi. Melinda yang paham langsung mendorong kursi roda Raka menuju ruang makan.
Sudah jadwalnya bagi penghuni rumah, ralat. Tuan rumah untuk sarapan bersama.
“Selamat pagi, Kakek!” Melinda menyapa Almer dengan senyum manisnya.
“Pagi juga cucu menantu kesayangan Kakek,” balas Almer.
“Masih Calon menantu,” celetuk Raka kesal.
Bruk!
Almer memukul meja makan dengan satu tangannya, membuat Raka maupun Melinda terkejut.
“Jaga sikap kamu, Raka. Bukankah Kakek sudah mengatakan kepadamu agar memperlakukan calon istrimu dengan baik,” tegas Almer, “Jangan membuat Kakek kehilangan selera makan,” imbuh Almer.
“Baik, Kek. Raka minta maaf,” ujar Raka dengan tampang bersalah karena hampir membuat Kakeknya kehilangan selera makan.
“Hidangkan!” perintah Almer pada para pelayan.
Para pelayan bergegas menghidangkan makanan di meja. Mereka selalu sempurna dalam menata makanan di meja makan tanpa ada kesalahan sedikitpun.
Melinda perlahan sudah mulai terbiasa dengan kehidupan dan suasana di rumah mewah itu. Bagaimanapun, ia harus cepat beradaptasi dengan lingkungan orang-orang konglomerat tersebut.
“Kakek akan langsung pergi ke kantor. Ingat Raka! Jangan pernah mengecewakan Kakek.” Setelah mengatakannya kepada Raka, Almer bergegas pergi meninggalkan Raka dan Melinda yang masih sibuk mengunyah makanan.
Melinda mempercepat proses makannya, ia tidak ingin sampai Raka duluan yang selesai.
“Mau kemana?” Raka menghentikan langkah kaki Melinda yang ingin pergi meninggalkan meja makan.
“Mau ke kamar mandi,” balas Melinda.
“Cepatlah! Aku tidak punya banyak waktu,” ketus Raka.
Melinda tak ingin membuat Raka menunggu lama, ia berlari memasuki lift untuk segera sampai ke kamar.
Raka mulai tak sabaran menunggu Melinda yang tak kunjung datang.
“Apakah kau sengaja membuatku menunggu?” Raka mendelik tajam ke arah Melinda yang baru tiba di dalam mobil.
“Maaf, Mas Raka,” ucap Melinda.
“Jalan!” perintah Raka dingin pada sopir pribadinya.
Melinda bingung harus melakukan apa, setiap apa yang ia lakukan dan kerjakan selalu salah di mata pria yang duduk disampingnya.
Duduk bersebelahan dengannya seperti duduk bersebelahan dengan es. (Batin Melinda)
“Kau sedang melihat apa?” tanya Raka dingin tanpa menoleh ke arah Melinda.
Melinda lagi-lagi mengatakan maaf dan memilih melihat ke arah ke jendela.
Setelah perjalanan yang memakan waktu hampir satu jam, mobil Raka berhenti tepat di area parkir market.
Sang sopir cepat-cepat turun setelah memarkirkan mobil untuk membantu Tuan mudanya keluar dari mobil.
Seperti biasa, Melinda yang akan membawa Raka pergi kemanapun Raka mau saat tak ada asisten Raka yang menemaninya.
“Cepatlah sedikit! Apa kau kurang makan?” tanya Raka yang merasa bahwa kinerja Melinda lamban.
“Tolong sabar sebentar, Mas Raka. Aku sudah berusaha melakukannya,” balas Melinda.
“Jangan bilang sudah, kau bahkan belum berusaha,” celetuk Raka.
Melinda berusaha mendorong kursi roda tersebut dan mungkin karena terlalu bersemangat, Raka hampir saja terjungkal. Untungnya saja, Raka tidak sampai terjungkal dikarenakan ada sopir pribadinya yang siap siaga menjaga Tuan muda.
“Kau ingin membunuhku disini?” Raka merasa bahwa Melinda sengaja melakukannya.
Melinda meminta maaf karena hampir saja membuat pria yang akan menjadi suaminya terjungkal. Melinda bahkan tak peduli dengan pandangan orang-orang yang berada di market itu.
“Tuan muda, tolong jangan membuat keributan disini.” Sopir pribadi itu berbicara dengan pelan pada Raka.
Raka tersadar dan meminta Melinda untuk kembali membantu membawanya masuk lebih dalam lagi mengelilingi market.
“Sekarang keluarkan catatan itu!” perintah Raka.
Melinda mengeluarkan kertas catatan belanjaan dan tanpa disuruh oleh Raka, ia sudah berinisiatif sendiri untuk mencari barang-barang keperluan yang ada di kertas catatan tersebut.
“Tunggu! Kau harus melihat tanggal produksinya dan tanggal kadaluwarsanya!” perintah Raka.
Melinda mengiyakan dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raka.
“Eiittss.. Periksa apakah kaleng itu utuh atau sudah rusak!”
Melinda tak habis pikir dengan perintah Raka. Bagaimanapun, Melinda sudah pernah belanja meskipun tidak sebanyak yang ada di catatan. Jadi, dia sudah tahu yang mana yang barang cacat dan mana yang tidak.
“Jangan menatapku lebih dari 3 detik!" perintah Raka.
Setelah drama yang berkepanjangan, akhirnya Melinda bisa bernapas lega karena semua belanjaan sudah lengkap dan waktunya bagi mereka untuk pulang.
****
Melinda menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuk berukuran king size, ia ingin cepat-cepat tidur untuk mengistirahatkan seluruh tubuhnya.
“Melinda!”
Baru saja Melinda memejamkan matanya, ia sudah dikejutkan oleh suara pria yang telah menguras tenaga serta pikirannya.
“Tunggu sebentar!” Melinda segera beranjak dari tempat tidur dan berlari kecil menuju pintu.
“Lamban,” ucap Raka dan nyelonong masuk ke dalam kamar.
Melinda tak bisa protes dengan sikap Raka yang main nyelonong masuk begitu saja. Toh, ia juga tidak memiliki hak untuk melarang siapapun masuk ke dalam kamar yang ia tempati.
“Bagaimana?” tanya Raka.
“Bagaimana, apanya Mas Raka?” tanya Melinda balik yang tak mengerti apa yang dikatakan oleh Raka.
“Sebentar lagi kamu akan menjadi istriku. Seorang putri pencuri, akhirnya bisa merangkak naik menjadi istri orang kaya. Sungguh keluarga yang pintar bersandiwara,” ucap Raka dengan senyum sinis nya.
“Kalau maksud kedatangan Mas Raka hanya ingin memperolok saya, saya terima. Lagipula, saya memang tidak bisa membela diri dengan apa yang Mas Raka katakan kepada saya,” balas Melinda yang ingin mengganti kata “Aku” menjadi “Saya.”
Melinda memutuskan untuk tidak berharap banyak dan menganggap dirinya sendiri sebagai pelayan atau pembantu di rumah itu.
Ia harus menebus kesalahan Ayahnya yang jelas-jelas mengabaikan dirinya.
“Saya sadar, saya bukan manusia yang terlahir dari keluarga kaya. Akan tetapi, saya tidak pernah berpikir dan tidak ada niat mencuri, apalagi bersekongkol dengan Ayah saya,” ucap Melinda.
Raka tertawa kecil dan pergi begitu saja dengan kursi rodanya. Meninggalkan melindungi yang sudah menangis di dalam kamar.
“Ratu akting,” ucap Raka sebelum benar-benar meninggalkan kamar.
Melinda segera menghapus air matanya, ia tidak bisa membatalkan pernikahan konyol itu, apalagi sampai kabur dari rumah yang hampir dua Minggu ia tempati.
“Ya Allah, tolong berikan aku kesabaran lebih banyak lagi untuk menghadapi Mas Raka!”
Raka memasuki kamarnya dengan membanting pintu kamar. Ia sangat tidak suka dengan jawaban Melinda yang terlihat sangat polos.
“Aku akan terus membuatmu hidup seperti di neraka. Kita lihat saja!”
Raka sangat serius dengan ucapannya, ia pun berusaha mencari cara agar Melinda cepat keluar dari kediaman keluarga Arafat.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Ani Ani
benar2sombong
2023-12-19
0
belum atur
v byk byk vv
2023-08-15
1
Alvia Nora
jangan terlalu kejam Raka pakai perasaanmu
2023-04-30
1