Tepat jam 22:00 jam mengajarku telah usai, setibanya dikamarku, aku langsung tertidur karena kelelahan dan malam ini tidak seperti biasanya sebelum tidur aku pasti berurai air mata mengingat Rayyan.
Aku terlalu lelah semalaman, sehingga membuatku tidak memikirkan Rayyan. Besok adalah hari dimana janjiku terhadap Darvin, menceritakan semuanya saja.
Agar Ia berhenti menunggu ku dan membuka hatinya untuk yang lain, terlebih lagi aku ingin bekerja paruh waktu.
Sudah cukup aku menggunakan uang dari Rayyan, ibu dan ayah Rayyan sampai saat ini masih mengirimkan ku uang, mereka menggagapku pengganti Rayyan.
Seharian dirumah, mencari pekerjaan part time. Duduk diruang tamu, menghadap ke jendela. Kebiasaan Darvin sejak awal menerobos masuk rumah dimanapun aku berada, meski dikamarku pun Ia tak peduli, Ia selalu menyalahkan ku yang tidak mengunci pintu kamar.
Kunci pintu rumahku pun Ia miliki cadangannya, aku terbiasa karena itulah sifatnya semau-maunya terhadapku.
"Asyiknya, membaca buku", Katanya menggodaku.
"Aku lagi tidak membaca buku, aku lagi cari kerja dan ini adalah koran". Kataku ketus tanpa melihatnya.
"Buat apa?" Tanyanya penasaran, sembari melangkahkan dirinya kearahku dan duduk tepat didepanku.
"Tidak usah kepo." Jawabku sinis. "Tuan Darvin tidak ada urusan yah hari ini, selalu saja menggangguku".
"Perusahaan ku dong, mau datang ataupun tidak, tidak masalah bagiku." Katanya dengan nada sombong, Ia sebenarnya tidak sombong hanya saja sedang memancing emosiku agar bicara dengannya. Darvin tahu aku paling tidak suka manusia sombong, Ia pun bukan orang yang sombong.
Ku arahkan wajahku kepadanya dengan tatapan penuh kebencian, "Yah, karena itulah Tuan Darvian hoby menggangguku".
"Lupakan, jawab pertanyaanku kenapa kamu ingin mencari pekerjaan?" Tanyanya dengan wajah serius.
"Aku sudah miskin, orangtua ku sudah tidak mampu membiayai ku", jawabku dengan santai.
"Oh ya?" Tanyanya sinis, aku hanya terdiam. "Kalau begitu apa aku perlu bilang ke calon mertuaku, kalau kamu tidak akan membebani mereka selama kamu sama aku". Lanjut Darvin.
"Tak perlu, aku tidak membutuhkan bantuanmu, pulanglah. Aku mau bersiap diri keluar rumah". Kataku sambil beranjak dari tempat duduk ku, lalu berjalan kekamarku. Darvin pun pergi dengan wajah senang, yang membuatku makin kesal.
Setiap toko, supermarket dan restoran yang ku datangi mereka tidak butuh karyawan. Sudah larut malampun aku tak mendapatkan satupun pekerjaan, aku mulai lelah dan memutuskan untuk pulang. Tiba dirumah, aku kaget melihat Darvin yang duduk di teras depan rumahku sambil memainkan handphonenya. Aku berjalan kearahnya dengan kesal
"Tuan Darvin, kamu tidak butuh istirahat yah? Ini sudah malam, kamu kan bukan robot." Kataku dengan nada kesal. Iapun berdiri dan tiba-tiba memelukku dengan erat, aku kaget.
"Tolong, izinkan aku sebentar saja memelukmu. Aku hanya butuh pelukan", pinta Darvian dengan nada sedih. Aku terdiam mematung, rasaku pun bercampur aduk, marah, kasihan dan perasaan bersalahku terhadap Rayyan. Setengah jam Ia memelukku dan membuat kaki ku kram.
"Tuan Darvin, bisakah ini dihentikan. Ini sudah setengah jam". Pintaku dengan nada emosi. Darvin pun melepas pelukannya dengan pelan-pelan, lalu menatapku dengan mata yang berbinar-binar. Aku kaget melihat wajah itu, wajah yang selalu dingin dan terlihat sangar berubah menjadi hello kitty. "Wajah yang mengingatkanku terhadap Rayyan, yang ketika ada masalah selalu memelukku sebagai penenang dalam dirinya, aku berpikir mungkinkah Darvian sedang dirundung masalah?" Gumamku.
"Maaf, aku telah mengganggumu. Istirahatlah, besok aku akan datang lagi, anggap pelukan ku tidak ada artinya". Kata Darvin sambil berjalan menuju keluar dari pagar rumahku. Aku kaget mendengar perkataannya "tidak ada artinya", gumamku.
"Tunggu". Kataku mencegatnya, Ia pun berhenti dan tidak berbalik. "Apa katamu?" Tanyaku dengan emosi. "Kau pikir aku ini perempuan yang seenaknya bisa dipeluk-peluk?" Lanjutku dengan wajah penuh amarah.
"Tapi kau menikmati pelukan ku juga kan, buktinya aku bilang sebentar, kau berdiam diri selama setengah jam, hahaha". Katanya sambil tertawa, Ia benar-benar sedang menggodaku, akupun terdiam. "Sudahlah, pergi tidur sana aku mau pulang". Lanjutnya sambil melambaikan tangannya ke arahku.
Aku benar-benar marah padanya, akhirnya aku tidur dengan penuh amarah bukan dengan tangisan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments