Hampir semua keluarga Darvin mengenalku, mereka baik terhadapku. Aku belum pernah bertemu dengan orangtua Darvin, tapi kata Livy Rose mereka orang yang baik sangat menerima apapun keputusan kakaknya.
Tak banyak yang ku tahu tentang mereka, karena Darvin hanya memperkenalkan mereka kepadaku, yang ku tahun Vania Aurora anak yatim piatu yang ditinggalkan orangtuanya sejak usianya 2 tahun karena sebuah kecelakaan pesawat.
Sejak saat itu Darvin mengadopsinya dan menyayanginya seperti layaknya anak sendiri, tak heran jika Vania begitu akrab dengan Darvin.
"Kak Nao, kata Om Darvin ketika kalian sudah jadi suami istri nanti aku boleh memanggil kalian Papa dan Mama". Katanya dengan senyum lebar, sudah ku pastikan dia begitu sangat senang denganku dan mengharapkan ku jadi bagian dari mereka.
"Kalau itu terjadi". Kataku singkat. "Lagipula itu hanya kata Om mu saja, aku sama sekali tidak mengiyakannya". Lanjutku.
"Kak Nao, apa yang sebenarnya membuatmu tidak menyukai Om Darvin, Ia begitu baik padamu, terlebih begitu sayangnya padamu, Ia Om yang begitu sempurna menurutku". Kata Vania dengan wajah sedih.
"Ku akui Om mu memang pria paling sempurna, Van. Tidak ada perempuan yang akan menolaknya jika Ia mau memilih yang lain dan melepaskan perasaannya padaku". Kataku sambil meminum air putih.
"Tapi, Kak. Om ku hanya sayang padamu, Ia begitu sulit menerima wanita manapun sejak ku tahu perasaannya padamu". Katanya yang begitu yakin.
Aku menghela nafas ku dengan panjang, agar hati-hati berkata kepada bocah yang baru menanjak dewasa. "Yah, kamu benar sayang". Kata ku tersenyum. "Makanlah, lalu kita kerumahmu, menemui Tante Livymu". Lanjutku sambil memegang tangannya.
"Kak Nao, aku mengharapkanmu bisa sama dengan Om ku, kamu begitu baik, aku juga sayang sama kamu, berharap benar-benar akan ku panggil mama kelak". Katanya sambil menarik tangannya dan memalingkan wajahnya ke kanan.
"Vania, kalaupun bukan aku..." Kataku sambil menghela nafas dan tersenyum kepadanya "akan ada mama terbaik untuk Om mu kelak dan dirimu". Lanjutku.
"Apakah Omku masih ada harapan bersamamu?" Tanyanya penuh harap.
"Biar waktu yang menjawabnya sayang, percayalah dengan sebuah doa".
"Baiklah, aku akan berdoa agar Kak Nao bisa menjadi Mamaku kelak". Katanya tersenyum dan akupun membalas senyumnya sambil mengelus telapak tangannya. "Oh, ya Kak Nao ada urusan ketemu dengan Tante Livy? Tanyanya.
"Iya sayang, hari ini ada les privat mengajar Tantemu Livy". Jawabku dengan tersenyum.
Tiba dirumah Livy Rose tepat jam makan malam, aku kaget saat yang membuka pintu Darvin. "Kalian habis janjian ya? Tanyanya heran.
"Tidak, Om. Aku dan Kak Nao tidak sengaja ketemu di warung". Jawab Vania dengan manja sambil memeluk Darvin.
"Kenapa panggilanmu berubah jadi Kakak ke Naomi? Bukannya harusnya Tante?" Tanyanya lagi.
"Kak Nao, tidak setuju". Jawab Vania dengan raut wajah sedih.
"Ayo masuk, makan malam bersama dulu". Ajak Darvin sembari memegang tangan Vania, akupun berjalan dibelakangnya. Tiba-tiba Livy Rose keluar menyambutku dengan penuh kegirangan.
"Nao, akhirnya kau datang". Katanya sambil memelukku dengan erat, akupun membalas pelukannya. Darvin yang melihat hal itu jadi ketus. "Ayo kita makan malam dulu, setelah itu mari kita belajar piano dikamarku". Lanjutnya.
"Baiklah", kataku singkat sambil menarik tanganku menuju ruang makan.
Sungguh tegang, ditambah lagi wajah Darvin yang begitu dingin terhadapku dari awal aku datang. Mungkin Ia marah padaku, tapi sudahlah, jika ia marah bukankah itu hal bagus. Gumamku dalam hati sambil memasukkan beberapa sendok makanan masuk ke mulut ku. Darvin yang tidak berhenti menatapku terus menerus di meja makan, membuat Livy dan Vania terdiam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments