Episode 3

Aku kembali ke kampus dalam keadaan memikirkan jawabanku kepada Darvin. Aku tidak fokus pada semua mata kuliahku hari ini, sehingga semuanya tidak bisa ku serap ke otak ku, baru kali ini aku kuliah tidak fokus selama 3 tahun, Darvin benar-benar mengacaukan pikiranku. Gumamku dalam hati sambil menghela nafas dan memijat-mijat jidatku, karena pusing memikirkannya.

Ditaman kampus aku duduk sendiri di bangku taman, sambil memandangi foto Rayyan dan sesekali mengelus-elus bingkai foto itu. Tidak lama aku duduk, seniorku datang menghampiriku.

"Kau terlihat selalu sendirian". Katanya yang berdiri disampingku, aku pun mendongakkan kepala ku kearahnya.

"Kak Hans Govinra." Kataku dengan wajah sedih. Melihatku sedih, ia duduk disampingku.

"Hei, Are you okay?" Tanyanya khawatir.

"Ya, aku baik-baik saja Kak Hans".

"Naomi, aku tidak tahu kenapa kau begitu menyukai kesendirian. Dimana-mana kau terlihat selalu sendiri, apa kamu minder dengan dirimu?" Tanyanya dengan penasaran.

"Ya, aku senang dengan kesendirian ini. Aku sudah terbiasa, aku bukan minder Kak Hans, hanya saja sendiri itu menyenangkan bagiku". Kataku sambil menundukkan wajahku.

"Nao, cobalah bergaul dengan orang-orang dikampus ini, kau mahasiswi berprestasi, mereka pasti akan welcome terhadapmu".

"Justru itu Kak Hans, aku tidak ingin diterima karena berprestasi, aku ingin diterima bukan karena itu".

"Nao, sudah 3 tahun berlalu. Dari awal kau masuk ke universitas ini, kau selalu sendirian, selalu menolak setiap kali ada lomba antar universitas. Apa kamu tidak bosan hidup sendiri selama 3 tahun?" Tanyanya dengan raut wajah sedih. Akupun memalingkan mukaku kearahnya.

"Entahlah, Kak Hans. Aku juga bingung dengan diriku sendiri, aku seperti tidak membutuhkan sesuatu lagi selama 3 tahun ini. Kak Hans, terima kasih sudah mengkhawatirkan ku". Kataku sambil tersenyum.

"Nao, setidaknya kalau kamu tidak bisa menerima pria untuk dekat denganmu, bertemanlah dengan perempuan. Agar kau merasa masih ada orang disekitarmu." Katanya sambil beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi meninggalkan ku.

Hans Govinra seniorku dikampus yang sejurusan denganku, ia juga berusaha akrab denganku semenjak ia mengospek ku diawal masuk kampus. Setahun aku dikampus, ia menyatakan rasa sukanya terhadapku, tapi aku menolaknya, padahal ia adalah idola kampus, tampan & kalangan orang berada. Hans sering dikejar-kejar perempuan kampus, tapi sudah 2 tahun setelah ku tolak ia tetap saja menungguku.

Dari jauh ada yang memanggilku "Naomi Arka", teriaknya dengan nada penuh amarah. Aku berbalik kerah suara tersebut dan kaget, ternyata "Tasyi Aurora". Ia perempuan yang tergila-gila kepada Hans Govinra, tidak bisa ku pungkiri ia memang cantik, bodynya bagus dan sekelas dengan Kak Hans.

"Ya, ada apa? Bisakah kau tidak berteriak? Aku bukan orang tuli. Kataku dengan santai.

"Kau memang tuli, beberapa kali ku peringatkan untuk menjauhi Kak Hans, kenapa kau tidak mempedulikannya". Katanya sambil menunjuk-nunjukku.

"Tasyi, dari tadi kau memata-matai kami ya? Tasyi, berhentilah. Yang perlu kau ingatkan bukan aku, tapi Kak Hans. Aku sama sekali tidak tertarik padanya."

"Kau pembohong Naomi. Kau selalu berduaan dengan Kak Hans." Katanya dengan emosi.

"Tasyi, ku beritahu. Daripada kau memperingatkan aku, lebih baik kau berpikir bagaimana caranya untuk memenangkan hati Kak Hans". Kataku sambil tersenyum.

"Bagaimana aku bisa mendapatkannya, kalau kau masih berada di kampus ini".

"Jadi kau mau aku keluar dari kampus ini?" Tanyaku heran. Tasyi mengangguk. "Jangan mimpi kamu, Tasyi. Aku kesini untuk belajar, bukan datang merebut para lelaki atau mencarinya". Kataku dengan mata melotot dan suara tinggi.

" Kalau bukan itu tujuan mu, maka pergilah". Katanya sambil mengusirku. Aku tahu Tasyi anak konglomerat yang berpastisipasi dalam dana kampus, jadi seenaknya mengusir orang.

"Dengarkan aku baik-baik Tasyi, selama aku belum lulus dari kampus ini, aku Naomi Tavita Arka, tidak akan pergi sebelum tujuan ku tercapai. Kalaupun kau berusaha mengusirku, maka berpikirlah, jangan sampai aku mempermalukanmu". Kataku dengan tegas dan sedikit mengancam, lalu pergi meninggalkannya. Tasyi sangat mengenal kepribadianku, karena awal aku masuk di kampus ada anak laki-laki yang berusaha melecehkanku, tapi gagal karena sebelum beberapa bulan masuk ke universitas B, Darvin Imanuel guru seni bela diriku mengajariku. Pada akhirnya, anak laki-laki itu ketika melihatku, mereka menundukkan kepalanya. Karena aku membuatnya babak belur di wajah, sehingga lebam dan hidungnya mengeluarkan darah.

Terpopuler

Comments

yulia ari

yulia ari

yuhuuuu semangat kakak 🙏

2020-07-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!